Saat Victor dan Jimi keluar dari Villa, mereka langsung dijadikan pusat perhatian. Fans Jeka tentu saja yang paling penasaran soal insiden live instagram tadi. Pasalnya Jeka berkali-kali menegaskan jika Unaya hanya saudara kembarnya. Tapi kalau sampai pangku-pangkuan dan kecup-kecupan apa masih bisa dianggap demikian?
Victor dan Jimi berjalan cepat dengan tudung hoodie yang menutupi kepala mereka. Keduanya tentu tidak berani membuka suara, kalau apa yang mereka ucapkan tidak sesuai dengan keinginan Jeka. Kelar sudah! Apalagi Jeka belum tahu soal kejadian ini. Tapi sungguh sayang, yang namanya fans garis keras tidak semudah itu dibujuk dengan kalimat; nanti tunggu aja Jeka-nya speak up. Mereka ingin tahu kebenarannya sekarang juga!
"Kakak Victor dan Kakak Jimi, bisa jelaskan soal foto ini". Zara di garda terdepan menghalangi langkah Jimi dan Victor sembari menunjukan hasil screen shoot live instagram tadi. Unaya dan Jeka yang lagi pangku-pangkuan terpampang nyata disana.
"Mana saya tahu, kan saya tempe". Sahut Victor yang membuat fans-fans Jeka semakin marah.
"Kakak Victor, serius! Jadi selama ini Kak Jeka bohongin kita?!". Tanya Zara mulai nge-gas. Sebenarnya gak masalah juga kalau Jeka ada apa-apa dengan Unaya, tapi kenapa Jeka harus membohongi publik? Sedih loh sebagai fans yang udah ngarep ada peluang meski cuma satu persen untuk memiliki Jeka tapi dihempas dengan kenyataan pedih. Kalau tahu Jeka udah ada yang punya kan mereka gak akan ngarep dari awal.
"Gini ya Adek-Adek yang cantik, cemiwiw. Kan ini masalah Jeka sama Unaya, jadi kita gak ada hak dong buat kasih penjelasan. Daripada menimbulkan fitnah hayoooo". Sahut Jimi sambil menunjuk-nunjuk Zara.
"Kita cuma mau tahu Kak Jeka sama Kak Unaya itu saudara kembar beneran apa enggak? Kita gak butuh penjelasan panjang-panjang kok. Iya kan teman-teman?". Seru salah satu fans Jeka.
"IYAAAAA BETUULLLL!". Sahut mereka kompak. Victor dan Jimi menghela nafas panjang. Gara-gara teledor jadi bikin masalah nih. Ini pasti masalahnya gak cuma sampai anak-anak kampus Big Hit aja, tapi se-Indonesia juga pasalnya Unaya kan selebgram terkenal.
"Sekali enggak, tetap enggak. Berhenti urusin privasi orang lain ya Dek. Kalau ngefans sama Jeka gak usah sampai pingin tahu sampai ke dalem-dalem, jatohnya bukan ngefans lagi tapi terobsesi". Tegur Victor mulai tegas.
"Yaudah kalau gitu kita bakal mogok makan sampai Kak Jeka kasih penjelasan!". Ancam mereka. Agak terlalu berlebihan memang, toh kalau Jeka dan Unaya ada hubungan emang kenapa? Terus kenapa juga harus jelasin ke mereka-mereka ini. Emang mereka yang ngerawat Jeka dari bayi?
"Ya udah gih sono pada mogok makan. Ntar jatah makan kalian semua buat gue aja, yok Jim cabut". Kata Victor sadis. Pemuda itu merangkul Jimi dan pergi begitu saja. Para fans Jeka mencak-mencak, mereka tersinggung dengan perkataan Victor. Untung disini masih ada Zara yang waras, gadis itu menghentikan keributan yang terjadi.
"Gini deh teman-teman kalian tenang dulu. Gue kan sekamar sama Kak Unaya, gimana kalo ntar gue aja yang nanya secara langsung. Tapi janji ya kalian jangan nyerang Kak Unaya begitu aja. Inget disini kita cuma kecewa karena Kak Jeka bohong". Kata Zara memberi usul. Para fans Jeka tanpa pikir panjang langsung menyetujui usul Zara. Untung saja mereka bukan fans bar-bar yang anarkis.
Sementara itu Jeka dan Unaya yang belum tahu soal insiden live instagram duo cumi yang melibatkan mereka itu masih asyik bermesraan. Ada Jeka disampingnya membuat kesedihan gadis itu sejenak terlupakan. Panitia ospek tidak ada yang mempermasalahkan interaksi keduanya, mereka sibuk dengan urusan masing-masing.
"Bobok sana, besok masih ada kegiatan lho". Kata Jeka sembari mengusap kepala Unaya lembut. Unaya manyun kemudian menggelengkan kepalanya.
"Masih mau sama kamu". Sahut Unaya manja. Gadis itu menyenderkan kepalanya di dada Jeka.
"Kamu tuh sebenarnya manja begini karena butuh kekuatan kan? Lagi ada masalah beneran nih kayaknya". Tebak Jeka tepat sasaran. Meski Jeka mendesak Unaya untuk bercerita, namun gadis itu memilih untuk menyimpannya sendiri. Beban Jeka pasti udah banyak banget, kasihan nanti kepalanya meledak kalau gak kuat.
"Haus nih, ambil minum sana". Ujar Unaya sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Lah itu Aqua banyak, jangan bilang kalau suruh nyariin merk lain. Aduh capek Na, kalau mau ke jalan besar jauh". Keluh Jeka yang membuat Unaya terkekeh. Gadis itu memukul paha Jeka pelan.
"Apaan sih lebay banget. Mau jus aja, aku lihat tadi di dapur ada buah-buahan".
"Mager ahhhhhh... dapur jauh banget". Keluh Jeka kemudian pura-pura tidur.
"Please... kalau baik dapet hadiah cium". Rayu Unaya. Biasanya sih kalau dikasih hadiah Jeka bakal nurut. Apalagi kalau hadiahnya cium, disuruh beli jus di planet sebelah juga langsung dijabanin.
"Siaaaaaapppppp laksanakan!". Tuh kan. Belum apa-apa Jeka langsung berdiri dan bergegas ke dapur untuk menjalankan titah si Kanjeng.
Unaya geleng-geleng kepala melihat tingkah Jeka, baru juga memejamkan mata sejenak teleponnya berdering. Gadis itu menghela nafas panjang, siapa lagi sih? Please semoga kabar baik kali ini.
"Om Jun? Tumben malem-malem telepon". Gumam Unaya. Dengan cepat ia mengangkat telepon dari Bos-nya itu.
"Ya, Halo Om. Ada apa?". Tanya Unaya langsung.
"Kamu udah baca pesan Om belum?".
"Hah? Pesan yang mana ya Om?". Tanya Unaya kebingungan karena memang jarang buka WhatsApp. Tak heran kadang pesannya banyak yang tertimbun. Terdengar helaan nafas panjang dari Jun diseberang sana.
"Cepat baca artikel yang Om screenshoot biar Om bisa segera kasih klarifikasi".
Tutttt... tuutttt...
Jun langsung mematikan sambungan telepon, lelaki itu terdengar kecewa. Tapi Unaya tidak tahu apa sebabnya. Bergegaslah ia membuka pesan dari Jun dan membaca highlight artikel yang dikirimkan lelaki itu.
VIRAL! Una Frozen terlibat skandal dengan ketua BEM ganteng kampus Big Hit. Katanya kembaran tapi kok jadi STM; Saudara Tapi Masuk!
Artikel nyeleneh itu membuat Unaya menganga, jelaslah kaget. Ada kalimat yang ambigu seakan-akan apa yang ia lakukan dengan Jeka itu tindakan tidak senonoh. Unaya juga melihat foto yang disertakan dalam artikel tersebut. Ia dan Jeka terlihat kecil di foto itu, tapi kok ya mata netizen jeli banget.
"Ck! Kok gue gak ngeh sih kalau tadi Jimi sama Victor live IG? Selalu deh kalau lagi sama Jeka dunia serasa milik berdua, yang lain ngontrak". Gerutu Unaya kemudian bergegas menyusul Jeka. Unaya merutuki kecerobohannya, ia terkadang lupa jika sudah menjadi selebritis. Hal sekecil upil bisa jadi besar seperti ini jika sudah bocor ke publik. Hal sepele terkadang bisa menjadi berita yang heboh kalau media mulai membesar-besarkan dan menggiring opini. Jadi semakin melebar lagi jika disebarkan dari mulut ke mulut.
Segala kejadian bisa dilihat dari segala sisi, jadi Unaya tidak menyalahkan pendapat orang-orang itu. Ibaratnya seperti sebuah bolpoint, ada orang yang melihat wujud bolpoint itu ya begitu saja tidak ada yang special. Tapi ada juga yang melihat bolpoint dan mengimajinasikannya sebagai sumpit, roket, tongkat sihir, dan lain sebagainya. Tergantung persepsi masing-masing.
--Ex-Bangsat Boys--
"Kak Jekaaaaaa...". Teriak Zara begitu melihat sosok Jeka dari kejauhan. Jeka yang baru saja membuat jus untuk Unaya pun menghentikan langkahnya. Jadi dapur umum dibuat di depan vila, semacam tenda begitulah agar leluasa masaknya. Jeka menunggu Zara menghampirinya pemuda itu memasang wajah datar. Zara mengatur nafasnya yang terengah sebelum bicara.
"Kakak, aku mau minta klarifikasi". Ujar Zara yang membuat Jeka menarik sebelah alisnya karena tidak mengerti arah pembicaraan gadis didepannya ini.
"Soal?".
"Soal insiden IG live".
"Hah?". Jeka jelas saja bingung. Insiden IG live yang mana? Buka sosmed aja jarang. Seingat Jeka, ia sama sekali belum pernah mencoba fitur IG live selama punya instagram.
"Itu lho Kak yang...".
Dorrr!
Tiba-tiba keduanya dikejutkan dengan suara tembakan yang diluncurkan diudara. Jeka membulatkan matanya kemudian menatap sekitar, mencari-cari siapakah sosok misterius yang meluncurkan tembakan itu. Sementara Zara sudah tremor, bayangin aja denger suara tembakan secara live. Denger dan lihat di film aja udah ngeri, apalagi langsung.
"K-kak, itu tadi apaan?". Tanya Zara sambil gemetaran. Jeka langsung menarik tangan Zara dan membawa gadis itu mendekat.
"Lo masuk ke vila sekarang! Suruh anak-anak yang lain tetep di dalem sampai situasi aman. Jangan nekat keluar!". Perintah Jeka. Zara langsung mengangguk dan bergegas lari kedalam vila, tak lupa meminta teman-temannya untuk masuk juga. Sementara itu Jeka tanpa takut mendekati pusat tembakan yang tadi diluncurkan.
Unaya yang hendak menyusul Jeka pun heran melihat wajah panik Zara. Ketika gadis itu cerita soal tembakan misterius, Unaya langsung ikutan panik. Apalagi katanya Jeka sedang mencari si penembak misterius itu. Victor dan Jimi sebagai anak buah Jeka pun langsung sigap menelepon antek-antek yang lain.
"Jae! Jae ini gawat. Di vila si Bos ada penembak misterius. Lo bisa bawa pistol bokap lo gak?!". Kata Victor dengan cemas. Ayah Jaerot kan polisi, pasti punya lah pistol yang dibawa ke rumah. Sebanyak-banyaknya anggota Bangsat Boys kalau lawannya bawa pistol pasti mereka kalah.
"Gila ya lo!". Sahut Jaerot dari seberang telepon.
"LO MAU SI BOS MATI DITEMBAK HA?! BURUAN KESINI SAMA YANG LAIN! BAWA PISTOL BOKAP LO, KALO LO MASIH PEDULIIN NYAWA KITA SEMUA!!!". Teriak Victor sebelum mematikan sambungan telepon. Unaya dan Zara yang sedari tadi menyimak pun sempat ngeri dengan raut marah Victor. Ternyata pemuda absurd itu bisa marah juga ya.
"Ayo Vi buruan kita susul si Bos". Kata Jimi tidak sabaran. Victor mengangguk, mereka sudah hendak pergi namun Unaya mencegah.
"Gue ikut ya?". Mohon gadis itu dengan mata berkaca.
"Gak usah aneh-aneh Bu Bos. Kalo lo ikut, lo cuma mempersulit kita". Sahut Jimi sedikit nyelekit. Ini keadaan gawat dan bahaya sekali, kalau Unaya nekat ikut yang ada bikin ribet. Nanti kalau luka gimana? Jeka juga yang stress dan ngamuk-ngamuk.
"Ta-pi Jeka...".
"Kak udah ayo kita masuk aja. Tadi Kak Jeka udah ngewanti-wanti buat masuk ke Villa dan gak boleh keluar sampai situasi aman. Ayo... Kak... kakak gak mau kan Kak Jeka kecewa sama Kakak?". Bujuk Zara. Dan akhirnya Unaya menurut, ia masuk kedalam vila dengan berat hati. Ya Tuhan semoga mereka kembali dengan selamat.
--Ex-Bangsat Boys--
Jeka berjalan menuju hutan pinus tanpa ragu, ia mengikuti suara langkah penembak misterius itu. Suara gesekan kaki dan dedauan begitu jelas ditelinga Jeka. Ia tidak mau su'udzon, barangkali orang itu tengah berburu hingga tanpa sengaja melepaskan tembakan ke udara. Pemuda itu juga hendak memperingatkan untuk lebih hati-hati saat menggunakan senjata, banyak warga yang tinggal di pemukiman dekat hutan pinus.
Srekkkkk!
Jeka sontak berbalik begitu mendengar suara dari arah belakang. Ia melihat sekelebat orang berpakaian serba hitam dan penutup wajah yang berpindah dari satu pohon ke pohon yang lain. Perlahan Jeka mengambil balok kayu yang ada di depannya, ia dekati pelan-pelan pohon yang diyakini tempat bersembunyi penembak misterius itu.
"Keluar lo! Jangan jadi pecundang, hadepin gue!". Teriak Jeka. Orang itu diam, hanya terdengar suara helaan nafasnya saja. Jeka semakin mendekat kearah pohon itu, kakinya sudah penuh goresan ranting karena ia hanya mengenakan celana pendek selutut dan atasan hoodie bertuliskan panitia ospek dibelakangnya.
"Mau lo apa Ha? Kenapa ngusik gue? Siapa yang nyuruh lo?". Teriak Jeka sekali lagi. Tadinya ia tidak mau su'udzon tapi kok tingkah penembak misterius itu mencurigakan. Kalau memang tidak berniat jahat, kenapa orang itu bersembunyi? Mata Jeka bersiborok dengan mata penembak misterius itu. Tanpa pikir panjang, Jeka langsung menendang perut orang itu hingga jatuh ketanah. Ia kunci tubuh orang itu dengan tubuhnya dan segera mengambil alih pistol yang ada di saku celana orang itu.
"Siapa yang nyuruh lo?!". Jeka melepas penutup wajah penembak misterius itu. Begitu kagetnya setelah melihat siapa orangnya. Tubuhnya lemas, ia menyingkir dari atas tubuh orang itu.
"Mario?". Gumam Jeka. Tak pernah ia sangka jika ia akan kembali berhadapan dengan Mario sebagai musuh. Apa tujuan pemuda itu sampai-sampai mengincarnya? Jeka menggeram, ia kembali naik keatas tubuh Mario dan meletakan mulut pistol tepat ke pelipis pemuda itu.
"Lo emang ngincer gue? Atau ada yang nyuruh lo?!". Desis Jeka. Mario meneguk ludahnya susah payah, ia pun tidak tahu jika Jeka adalah targetnya.
"Jek, tunggu! Please dengerin gue dulu, gue cuma disuruh Jek". Ujar Mario gelagapan. Jeka semakin menekan tubuh Mario dan hendak menarik pelatuknya.
"Siapa yang nyuruh lo, Sat! Brengsek! Gue pingin hidup tenang!". Teriak Jeka kalap. Ada-ada saja masalah hidupnya. Kenapa genre hidupnya mirip film Action? Sungguh kejadian ini tidak pernah ia bayangkan akan terjadi di hidupnya. Ia diincar dan hendak dibunuh dengan pistol. Jujur ini pun kali pertama Jeka memegang pistol sungguhan.
"Gue beneran gak tahu kalo lo targetnya, gue butuh duit Jek. Gue disuruh". Ungkap Mario. Ia benar-benar tidak tahu kalau Jeka adalah target yang harus ia habisi. Mario tadi hanya diminta untuk menggertak Jeka, makannya ia tadi kabur karena takut. Pemuda itu sudah lama tidak masuk kuliah sehingga tidak tahu kalau kegiatan ospek dilaksanakan di vila Jeka.
Jeka melepaskan Mario, ia menjauhkan mulut pistol dari kepala pemuda itu. Ia memberikan kesempatan Mario untuk menjelaskan.
"Orang yang nyuruh gue namanya Guan, dia kirim tiga kelompok bersenjata termasuk gue. Kalau gue tahu lo yang jadi targetnya, gue gak mungkin mau lah Bro!". Jelas Mario. Jeka mengumpat, sudah ia duga pasti ini ulah lelaki cupu bernama Guan itu. Oh jadi sekarang ia mengirim kelompok bersenjata setelah ajudannya gagal menghabisinya?!
"Cih! Masih aja sembunyi dibelakang prajurit...". Umpat Jeka.
"Lo gila ya Yo?! Ngapain lo jadi kelompok bersenjata Ha?!". Lanjut Jeka yang tidak habis pikir dengan pola pikir Mario. Setelah tidak bisa meminta uang pada Yeri lagi, Mario terpaksa menerima pekerjaan haram seperti ini demi menyambung hidup.
"Gue butuh duit Jek! Lo gak ngerti hidupnya orang susah...". Sahut Mario. Ditengah perdebatan itu, Jimi dan Victor datang dengan tergopoh-gopoh mereka sungguh mengkhawatirkan Bos mereka.
"Bos! Bos! Lo gak kenapa-napa kan? Katanya ada yang mau nembak lo? Mana orangnya?". Tanya Victor dengan hebohnya. Jeka menggedikan dagunya kearah Mario.
"Nih orangnya! Disuruh Guan dia". Jeka melemparkan pistolnya kearah Victor yang langsung ditangkap oleh pemuda itu.
"Sumpah lo Yo?! Tega banget lo mau bunuh temen sendiri". Victor hendak menyerang Mario namun langsung dicegah Jeka.
"Tahan Vi, dia gak bakal bunuh gue katanya. Dia gak tahu kalo gue targetnya". Jelas Jeka.
"Tapi tetep aja lo keterlaluan Yo. Kerjaan kayak gini dosa! Istighfar lo jadi orang. Mending lo jual diri ke tante-tante biar gak dosa-dosa amat". Komentar Jimi. Apa bedanya jadi anggota kelompok bersenjata dengan jual diri? Sama-sama pekerjaan haram, dasar Jimi.
"Ini lagi situasi darurat lo malah ngelawak! Lawan kita bawa pistol! Sebanyak-banyaknya jumlah anggota Bangsat Boys, kita bakal kalah". Tegur Jeka. Jimi dan Victor langsung mikir keras. Parang VS pistol sudah kelihatan jelas mana yang lebih unggul.
"Tapi Bos pas jaman penjajahan, orang Indonesia nyerang Belanda pakai bambu runcing kok menang hayoooo". Kata Victor.
"Lah iya, malahan Belanda pakai boomerang segedhe kebo". Tambah Jimi. Hmmmmm... bener juga, begitulah pikir Jeka.
"Intinya jangan nyerah meski kemungkinan menang kecil Bos". Lanjut Jimi. Ditengah obrolan itu, ponsel Mario berbunyi. Pemuda itu memberi kode pada Jeka, Victor, dan Jimi untuk diam. Ia bahkan me-load speaker panggilan dari atasannya itu.
"Gimana, kamu sudah berhasil pancing dia masuk ke dalam hutan?!". Tanya seseorang bersuara tegas.
"Sudah Bos, tinggal dieksekusi. Dia masuk ke hutan sendirian". Bohong Mario. Jeka, Jimi, dan Victor menyimak obrolan itu. Ketiganya diam-diam menyusun strategi dikepala masing-masing.
"Bagus. Kita kesana sekarang".
Pip...
"Mereka bakal kesini. Apa rencana lo Jek? Guan gak akan biarin mereka pulang sebelum habisin lo". Ujar Mario. Jeka terdiam, jika ia menghindar, orang-orang suruhan Guan itu akan nekat menyerang pihak yang tidak bersalah. Warga sekitar dan teman-teman kampusnya bisa kena imbasnya. Tidak! Jeka tidak akan membiarkan itu semua terjadi.
"Sini merapat, gue punya ide". Perintah Jeka. Ide yang sekelebat muncul dikepalanya semoga bisa menyelamatkan nyawa banyak orang. Kalaupun ada yang harus kehilangan nyawa malam ini, dirinyalah kandidat yang tepat. Dari awal memang Guan mengincarnya. Jadi mari kita lihat apakah orang suruhan Guan berhasil membawa mayatnya kehadapan lelaki itu, atau justru membawanya dalam keadaan hidup dan melakukan serangan balik?
--Ex-Bangsat Boys--