YangLe melihat KaiLe lama, bagaimanapun pangeran muda di depannya memang terlihat polos walau sebenarnya ia cukup pintar, hanya kurang berpengalaman, menjadi salah seorang kepercayaan Kaisar bisa menjadikan KaiLe salah seorang yang patut dicurigai juga, ia tidak bisa mempercayai sepupunya itu sepenuhnya.
"Aku tidak tahu bagaimana plakat perintahku bisa sampai ada di sana, setiap bulan pengawal Song akan memberikan plakat untuk setiap pengawal yang bertugas membawa namaku ke setiap pelosok negeri, beberapa menjadi relawan di perbatasan, ikut infantri istana, dan akhirnya beberapa plakat mungkin akan menghilang, kami tidak bisa mengendalikan hal seperti itu terjadi, kalau kau ingin menyelidikinya aku perlu tahu siapa nama pengawal yang membawa plakat ini, nama dan pangkatnya akan memudahkan pencarian, kurasa, divisi penyelidik istana harusnya sudah lebih dahulu melakukannya khan, kalian kelompok khusus yang dilatih oleh negara, harusnya hal seperti ini tidak sampai ke permukaan sebelum kalian benar menyelidikinya lebih lanjut"
KaiLe menelan ludahnya, ia tahu telah gegabah dan Putra Mahkota seperti biasa adalah orang yang sangat pintar, ia tahu kemungkinan besar bukan YangLe karena kalau memang benar KaiLe tidak akan berani langsung menemuinya begitu saja, akhirnya KaiLe menundukkan kepalanya memberi hormat pada YangLe.
"Maafkan hamba telah lancang, hanya, hamba juga berpikir, kalau kakak, pasti menyembunyikan sesuatu, semua kasus ini selalu mengarah pada kakak, semua orang yang melihat pada permukaan akan bisa langsung menyimpulkan kalau orang dibalik semua penyerangan adalah Putra Mahkota yang dicurigai telah berkomplot dengan para pemberontak, semua, harus hamba selidiki, karena, hamba tidak percaya akan semua rumor itu, semua begitu jelas"
YangLe menurunkan cangkir tehnya, tak lama muncul BuAn dari arah pintu.
"Yang Mulia, maafkan hamba telah lancang menganggu, tapi, ada hal penting yang hendak hamba laporkan"
YangLe menganggukkan kepalanya.
"Yah katakana saja Bu, hanya ada KaiLe di sini"
BuAn melirik KaiLe yang perlahan mengangkat cangkir tehnya, lalu ia mendekati Putra Mahkota dan agak berbisik.
"Yang Mulia, Baginda Kaisar kembali mengirimkan surat perintah agar Yang Mulia segera kembali ke istana utama dalam waktu dekat, mengenai kelompok pemberontak yang berhasil ditangkap di perbatasan"
KaiLe menegakkan kepalanya, bagaimana ia bisa tidak tahu mengenai hal itu? Ia menoleh pada Tao yang juga menggelengkan kepalanya. YangLe melirik KaiLe yang sepertinya bingung.
"Apa maksudnya kelompok pemberontak? Bagaimana paman bisa meringkus kelompok pemberontak sedangkan kepala divisinya duduk di depanku kini?"
KaiLe menahan tangan BuAn.
"Siapa yang melakukan penangkapan Bu?" tanyanya.
"Kabar berita dari pengawal yang mengantarkan surat perintah kelompok Lotus Merah yang berhasil melakukan penangkapan"
Lotus Merah, salah satu divisi istana yang dibentuk sebagai bagian lain dari kelompok penyelidik istana, tadinya khusus untuk mengawasi bagian militer saja tapi berkembang menjadi divisi yang juga melakukan pengawasan atas nama Kaisar, kelompok yang kini dikepalai oleh Jendral Xia, jendral muda yang juga adalah tunangan dari putri YanYe, jadi kekuasaan Lotus Merah tentunya cukup kuat kini mencoba menyaingi kelompok penyelidik istana yang dikepala KaiLe FaHua.
YangLe menatap KaiLe sejenak, hingga menghabiskan cangkir tehnya yang tersisa sedikit.
"Heh, apalagi yang diinginkan XiaLo kali ini"
......
DaHuang memasuki kamar pavilion Peony dan mendekati ranjang.
"Tuan muda hamba sudah membelikan pesanan anda" Pria muda itu menunjukkan sebuah tentengan di tangannya.
Hong yang duduk menyandar di ranjang mengerutkan dahinya melihat apa yang dibawa pengawal itu, hingga FeiEr tersenyum melihat padanya.
Tak lama kemudian, Hong sudah duduk di depan meja menikmati makanan kecil yang sengaja dibeli DaHuang jauh-jauh ke kota, matanya berbinar dengan mulut yang terus mengunyah, makanan itu begitu enak, entah bagaimana tapi rasanya juga tidak asing.
Fei mengelus punggung HongEr.
"Pelan-pelan dik ini masih banyak jangan makan terburu-buru nanti kau bisa tersedak"
Hong menoleh pada Fei dengan mata yang menghilang dibalik senyumnya yang sangat lebar, sakit apapun sudah tidak dirasakannya lagi, perasaan saat makan kue kacang berbentuk kotak kecil itu sangat indah, perasaan yang begitu nyaman dan membuat dadanya lega, kakak Fei di depannya bisa saja memberikan ia obat semanjur ini.
YuTang yang melihat dari dekat pintu menelan ludahnya bulat, tanpa sadar ia tergiur melihat Pangeran kecilnya makan dengan lahap.
"Gleuk"
DaHuang menepuk dada YuTang dengan gagang pedangnya.
"Jaga sikapmu, bisa-bisanya kau tergiur melihat tuan muda makan"
YuTang cepat-cepat menghapus sedikit air liur di tepi bibirnya, ia menggaruk kepalanya malu.
"He maaf, hamba tidak sengaja"
Fei membelai rambut HongEr, hal itu membuat Hong menghentikan gerakan tangannya, beberapa bayangan muncul di kepalanya.
"He adik Hong jangan makan terlalu banyak nanti perutmu sakit" suara yang sangat akrab, sosok kak Fei yang membelainya di depan orang banyak, orang-orang yang dikenalnya, semua seakan begitu senang menggodanya.
"Hehehe nanti dia akan mengeluh sakit perut setelah ini"
Ada sedikit sensasi di kepalanya, tapi, semakin lama sakit itu semakin berkurang, belaian tangan lembut kak Fei seakan mengurangi rasa sakit itu, Hong tersenyum.
"He kak"
Fei lega, walau adiknya mungkin belum bisa mengingat dirinya dan siapapun saat ini, tapi ia tetap Hong yang dulu, Hong yang manis dan selalu ceria bagai matahari, tidak ada yang berubah dari dirinya selain ingatannya yang hilang, ia, akan mendapatkan adiknya kembali bagaimanapun juga, perlahan, tidak perlu terlalu buru-buru.
Fei memajukan tubuhnya dan membelai rambut yang jatuh di dahi HongEr.
"Em apa, adik mau jalan-jalan mencari udara segara? Kau sudah berbaring selama dua hari di kamar, matahari di luar begitu cerah mungkin bisa sedikit menghangatkan tubuhmu"
Hong mengangguk, masih dengan mulut yang terus mengunyah ia mengangguk tanpa ragu.
"Emm"
Fei tertawa kecil melihat wajah imut Hong seperti biasanya, bahkan YuTang yang berdiri di samping DaHuang sampai terpana melihat senyum indah itu.
"Oh Yang Mulia, hamba baru melihat senyumnya yang begitu indah"
DaHuang kembali menyenggol lengan YuTang.
"Ehem! Pengawal Yu!"
....
Matahari sudah terbenam sejak tadi, kedatangan KaiLe ke istana Gao tidak membuahkan hasil dan malah mendapat omelan kakaknya, kalau bukan karena YangLe begitu menganggapnya adik ia mungkin tidak akan melepaskannya begitu saja karena sudah menuduhnya sembarangan.
Tao mendekat dengan dua ekor kuda yang dibawanya mendekati KaiLe.
"Yang Mulia apa kita akan kembali ke istana? Kita tertinggal banyak berita hingga tidak tahu kalau divisi Lotus Merah ternyata sudah membuat gerakan mendahului kita, ini semua mungkin tidak akan menguntungkan kita"
KaiLe bersiap menaiki kuda besarnya.
"Yah aku tahu Tao, tapi apa yang paling buruknya? Divisi kita hanya akan dibubarkan, anak buah banyak yang telah gugur dengan sia-sia tanpa tahu siapa penyerangnya, dan kita tidak bisa berbuat banyak saat ini karena bukti yang kita dapatkan juga sepertinya sudah diatur sedemikian rupa"
#######