-----------
Hari berikutnya.
Hari pendaftaran peserta dimulai.
Beberapa panitia sudah memenuhi aula depan untuk menerima kedatangan peserta, FeiEr dan DaHuang termasuk yang membantu.
Sementara BaiHu dan TangYuan duduk di kursi kehormatan yang secara darurat disiapkan untuk keduanya, itu juga karena ada FeiEr dan HongEr yang ikut menjadi panitia dadakan, ia harus mengawasi anak-anaknya.
Sementara HongEr berusaha kembali ceria seperti tidak terjadi apapun kemarin, ia berusaha kuat karena semua orang begitu mengkhawatirkannya, tidak mungkin membiarkan semua orang terus melihatnya dengan mata tak tega.
Ia duduk tak jauh dari gerbang penerima tamu bersama SongEr, TingTing dan FanSui, karena bosan ketiganya membantu membungkus amplop berisi peraturan yang akan dibagikan pada peserta yang melewati pintu, sebenarnya sudah ada petugasnya masing-masing tapi dasar anak-anak itu memang tidak bisa berdiam diri.
TangYi duduk santai di bawah payung besar menikmati teh dan kudapan kecilnya, dikelilingi oleh pengawal dan para pelayan pribadinya, ia sangat khawatir pada HongEr sehingga memutuskan untuk terus menempel pada adiknya itu kemanapun ia berada.
"AYao perhatikan tamu yang masuk, matamu lebih awas aku tidak mau ada orang tidak jelas ikut masuk" ujar TangYi. AYao yang berdiri di sampingnya mengangguk.
"Siap Yang Mulia"
Di tempat HongEr.
"Ini kak" seru HongEr ceria menyodorkan amplop merah yang sudah disegelnya pada SongEr yang mengumpulkannya di kotak di sampingnya tak jauh dari meja panitia yang membagikan amplop.
"Tanganmu sakit tidak Hong? Kau harus bilang yah kalau sakit" tanya SongEr, Hong mengangguk dengan wajah penuh senyum, senyum yang lebar dan indah seperti matahari yang sangat cerah pagi itu, SongEr sampai tak kuasa menahan diri karena wajah bersinar pemuda di depannya.
"Ohh"
Di sisi BaiHu dan TangYuan.
ErNiang baru menuangkan teh hijau yang khusus dibawa dari lembah Jie yang rasanya tiada tanding, beberapa pelayan pribadi TangYuan ikut dari rumah hingga rumah besar SangGuan sudah seperti rumahnya sendiri,
BaiHu melirik istrinya yang sesekali memijit keningnya.
"Sayang kau kenapa? Sakit kepala? Apa kelelahan karena perjalanan?" Tanya BaiHu.
TangYuan menoleh, matanya menatap suaminya tajam seolah menghakiminya.
"Kau masih bertanya, kalau bukan karena sayang tidak melarang ku untuk marah mungkin semua kekesalan ini tidak akan tertinggal dan membuat sakit kepala seperti ini, menyebalkan sekali"
BaiHu harusnya tahu jadi ia tidak bertanya dan kembali membuat istrinya marah.
Diangkat cangkir tehnya menghirupnya pelan.
"Hong bilang ia sudah tidak apa-apa, kenapa kau masih pusing memikirkannya?"
TangYuan merubah posisi duduknya, menghadap suaminya dan menurunkan tangan BaiHu yang hampir menyodorkan cangkir kembali ke mulutnya, hampir saja menumpahkan isinya saat TangYuan meraih cangkir itu dan meletakkan kembali ke atas meja.
"Jangan minum teh yang ku bawa, kau ini tidak peka, seumur hidup Hong ia tidak pernah terluka, tergores pisaupun tidak, tapi lihat, ohh.." TangYuan menangis lagi saat melihat Hong dari kejauhan, ErNiang segera menyodorkan sapu tangan padanya.
"Ia terluka di sana sini, ada bekas luka di mana-mana, huks Hong-ku yang malang"
BaiHu sudah mengerti bagaimana sifat berlebihan istrinya, bukan hal aneh lagi.
"Sayang Hong tidak apa-apa, dia itu bukan anak kecil lagi, sebentar lagi jadi seorang pria dewasa, sedikit cedera tidak akan jadi masalah besar"
TangYuan melengking mendengar ucapan santai suaminya.
"Sayang kenapa kau bisa berpikir seperti itu? Walau Hong sudah mau dewasa sekalipun ia tidak boleh terluka, aku merawatnya dengan sangat hati-hati sejak ia bayi bagaimana aku bisa tega melihat ia terluka, huks" ErNiang berusaha menghibur tuannya.
"Tuan Putri tenanglah"
BaiHu menarik napas panjang.
Ia tidak akan pernah mengerti bagaimana pikiran TangYuan, di dunia ini hanya ia yang boleh mencubit Hong sampai merah sesuka hatinya dan orang lain tidak boleh, walau ia bisa mengerti kalau rasa sayang istrinya pada anak-anaknya adalah hal yang sangat wajar, walau istrinya sangat manja pada awalnya tapi ia Ibunda yang sangat hebat.
"He, lalu, apa kau akan menemui Yang Mulia Kaisar? Beliau mungkin sudah tahu kau ke sini khan?"
TangYuan mengangkat cangkir tehnya, menggigit kue sagu sedikit di ujungnya.
"Nanti saja setelah acara selesai, kakak lebih bawel dariku, kalau beliau melihat luka di wajah dan tangan Hong beliau bisa mengamuk, mungkin akan menghukum mati satu keluarga SangGuan"
BaiHu menelan ludahnya bulat, ada benarnya juga, ia hampir lupa kalau kakak iparnya alias Yang Mulia Kaisar itu sangat menyayangi HongEr melebihi putranya sendiri, bisa terjadi masalah besar.
"Heh Iyah juga yah"
BaiHu ingat waktu usia Hong tiga belas tahun dan ia terluka karena jatuh dari kuda, Yang Mulia Kaisar menghukum kusir yang menuntun kuda dan mengasingkan mereka sekeluarga ke perbatasan, hingga kini entah bagaimana nasib mereka, bagaimanapun lebih baik menyembunyikan hal yang tak perlu untuk mengurangi kehebohan.
TangYuan memegang keningnya.
"Aduh aku sakit kepala, ErNiang, kita kembali ke kamar saja yah" seru TangYuan meminta ErNiang membantunya berdiri.
"Sayang aku pergi dulu yah, awasi HongEr jangan sampai ia melukai dirinya sendiri lagi" ujar TangYuan sebelum beranjak.
BaiHu mengangguk.
"Tentu sayang kau istirahatlah dengan tenang"
Peserta yang mengantri masuk semakin panjang, banyak wajah baru dengan nama lama yang terlihat menjadi peserta tahun itu.
SangGuan JiuYe mendekat bersama ajudannya GuYe.
**GuYe, aslinya seorang satrawan mantan murid utama SangGuan JiuYe yang ikut pensiun dan menemani JiuYe mengelola aula Phoenix, ia pria bertubuh kurus tinggi dengan wajah yang sudah agak keriput, rambut keabuan dan pakaian sederhana seperti ciri khasnya, tangannya kerap memegang kipas putih dengan tulisan syair hadiah dari Kaisar sebelumnya atas dedikasinya dulu, masih terawat sempurna.
"Adik Bai" sapa JiuYe
BaiHu berdiri dan memberi hormat.
"Kak Jiu"
Mereka melirik ke arah gerbang, beberapa pemuda berpakaian dominan hitam menarik perhatian mereka, terlebih pemuda yang terdiri dari dua pria dan dua wanita itu kerap melirik sekitarnya waspada.
"Tahun ini perwakilan dari Gagak Hitam bertambah" ujar JiuYe menyadari arah pandang BaiHu.
BaiHu memiliki firasat tak baik, walau ia tidak tahu apa, tapi dadanya bergetar melihat orang-orang itu di sana.
"Tadi juga ada perwakilan dari Bulan Merah, anggota yang datang cukup banyak, apa kakak mengundang semuanya?"
JiuYe mengelus janggut panjangnya.
"Tiap klan memiliki kuota dua hingga empat orang, tapi orang yang ikut dibatasi hingga empat orang per peserta, kita tidak bisa melarang mereka membawa anggota di bawah dari itu, apa yang adik Bai pikirkan?"
BaiHu serius melirik para anggota klan pemburu yang memang terlihat mendominasi tamu dengan peserta yang masuk, lalu melirik putra-putranya.
"Entahlah kak, aku, hanya ada yang mengganjal dalam hati, situasi saat ini apapun bisa terjadi"
JiuYe mengerti arah pembicaraan BaiHu, ia menepuk pundak BaiHu pelan.
"Tenang saja adik, kediaman SangGuan memiliki pengawal dengan kemampuan di atas rata-rata, kita akan buka mata kebar-lebar"
BaiHu mengangguk.
"Iyah kak, BaiHu tahu itu, heh" tetap ia menarik napas panjang di ujungnya.
Di sisi FeiEr dan DaHuang.
Peserta yang masuk sudah hampir memenuhi kuota, masing-masing peserta mendapatkan undangan sejak tahun lalu lolos seleksi untuk bertanding, FeiEr menghentikan tangannya mencatat nama saat mendengar nama yang cukup dikenalnya.
Ia mengangkat kepalanya, melihat siapa pemuda yang sudah berdiri di depannya, seorang pemuda dengan wajah tampan, pakaian yang indah dengan ornamen unik.
"Eh anda?"
.........