Tải xuống ứng dụng
22.68% The Hidden Smile / Chapter 22: Daniel #2

Chương 22: Daniel #2

Nadia berjalan santai ke kelas sambil memikirkan fakta bahwa Intan yang pindah dari sekolah mereka hari ini. Gue yang kalah atau dia yang nyerah? Pikirannya kembali memutar kejadian yang berkaitan dengan gadis itu dari beberapa hari belakangan, bagaimana Intan sudah tidak melakukan apapun lagi namun imbas yang terjadi akibat tindakannya dari awal yang sangat signifikan.

Tiba-tiba saja seseorang sudah datang dan berjalan bersamanya. Nadia menatap orang itu yang adalah Alex yang memasang wajah berseri-seri. Pemuda itu terlihat sangat bahagia, ia tersenyum sambil merangkul gadis itu.

"Lo kenapa sih? Abis ditolak cewek? Jadi reseller narkoba? Abis bunuh orang?" tanya Nadia bingung. Alex menatapnya lalu menarik hidung Nadia dengan kesal.

"Bisa nggak pertanyaan lo yang positif gitu sama gue? " kata Alex kesal. Namun setelah itu ia menatap Nadia dan kembali tersenyum. "Gue lagi seneng aja, soalnya lo cantik hari ini." Jawab Alex berseri-seri membuat Nadia semakin bingung dengan sikapnya.

"Lo salah makan racun tikus ya? Atau motor lo dijual trus lo harus berangkat bareng bokap tiap pagi?" tanya Nadia lagi.

Alex sudah tidak memperdulikan pertanyaan-pertanyaan Nadia yang mengundang makian itu, namun terus merangkulnya hingga tiba di depan kelas.

"Masuk gih, entar kalo ada apa-apa jangan lupa telpon gue." Katanya dan mengedipkan matanya lalu pergi ke kelasnya. Nadia memandang Alex yang berjalan pergi ke kelasnya namun masih menyisakan aura kebahagiaan. What I've missed, again?

Ia menggelengkan kepalanya untuk melupakan pemuda gila itu, lalu masuk ke kelas. Ia terkejut melihat wali kelasnya, Pak David yang sedang berdiri di depan kelas dengan wajah berseri-seri. Ia berjalan ke tempat duduknya yang kemudian disusul oleh Intan yang juga masuk ke kelas. Keduanya berdiri terpaku di tempat duduk masing-masing menatap wali kelas di hadapan mereka. I win? Nadia kemudian mengingat tingkah Alex tadi. So, this is why he got crazy this morning?

"Silahkan duduk, harap tenang." Kata pak David yang dituruti semua orang termasuk Nadia dan Intan yang segera duduk.

"Gimana kabar kalian?" tanya Pak David. Semua orang menjawab pertanyaannya dan membuat kelas kembali ramai dengan jawaban mereka yang beragam.

"Kangen sama saya?" goda pak David. Tak disangka semua menjawab kompak bahwa mereka merindukannya, membuatnya tersenyum manis dan terharu.

"Jadi, kalian sudah tau kalau saya kakak dari teman kalian Nadia?" tanya pak David lagi.

Kembali mereka serentak menjawab sudah dan tanpa ada yang berbalik dan menatap Nadia penuh kebencian, seperti Intan yang saat ini menjadi satu-satunya yang melakukan hal itu.

"Saya ingin menjelaskan bahwa Nadia tidak pernah saya berikan perlakuan khusus selama ini, jadi kalian tidak usah khawatir. Saya akan berusaha menjadi wali kelas yang baik untuk kalian." Kata pak David yang disambut tepuk tangan dari semua orang. David tersenyum manis, menatap mereka semua satu per satu termasuk Nadia yang sudah tidak berada di tempatnya, kemudian mengangguk dan keluar dari kelas.

Baru saja David keluar dari kelas, tiba-tiba saja Nadia sudah belari dan memeluknya kencang. David tersenyum lalu melepaskan pelukan gadis itu.

"Professional, dong!" katanya lalu menyentuh kening adiknya. Nadia hanya tertawa malu-malu.

Alex tiba-tiba sudah bergabung dan juga memberikan pelukan pada David. Ketika Alex melepaskan pelukannya, keduanya lalu bersalaman.

"Lo pasti seneng banget karena sekarang lo nggak harus sendirian lagi ngejagain tuan putri, ya?" kata David pada Alex yang tertawa malu.

Nadia menatap keduanya kesal. "Gue bisa jaga diri sendiri, kali." Katanya lalu masuk kelas meninggalkan keduanya di luar.

"Selamat, mulai dari sekarang anda resmi dapat melakukan kontak dengan Nadia secara langsung." Kata Alex bergaya formal pada David yang membuat pemuda itu tertawa.

"Iya Lex, herannya gue malah seneng setelah ketahuan. Rasanya tuh, kayak gue akhirnya bebas kalo mau ngasi perhatian ke Nadia tanpa harus nutupin apapun lagi." Jawab David senang.

Nadia menuju mejanya yang ternyata sudah ditempati oleh Intan. What again?! Gadis itu berdiri menatap Intan yang hanya duduk terdiam memandangi seisi kelas. Semua orang sama sekali tidak mengerti, semua orang sama sekali tidak perduli, layaknya tidak ada apapun yang terjadi. Intan berbalik menatap Nadia, air matanya mulai mengalir, entah air mata kebencian ataukah air mata kekalahan.

"Lo kalo mo nangis jangan di meja gue. Ganggu banget!" kata Nadia pelan.

"Selamat ya, ternyata lo yang menang. Ternyata sensasi yang udah gue buat, semuanya sia-sia." Kata Intan lalu menyeka air matanya.

"Nggak ada yang sia-sia. Berkat semua sensasi lo, akhirnya lo pindah dan akhirnya kakak gue bisa terang-terangan ngasi perhatian ke gue." Jawab Nadia dingin.

Intan sudah tidak mampu lagi menahan perasaannya yang campur aduk. Gadis itu segera meninggalkan kelas entah kemana. Lagi pula siapa yang perduli padanya? Bukannya tadi ia mengatakan bahwa ia pindah sekolah hari ini? Berarti ini adalah hari pertamanya di sekolah barunya, ia tidak seharusnya terlambat di hari pertamanya.


SUY NGHĨ CỦA NGƯỜI SÁNG TẠO
Weird_Unicorn Weird_Unicorn

Like it? You may want to add this book to your library!

If you have some idea about my story,

please be free to comment it and let me know.

Creation is hard, so cheer me up!

*ps: your power stone will be refill every 24 hours,

so spare me one of them, please.

Thank You xoxo.

Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C22
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập