Tải xuống ứng dụng
11.34% The Hidden Smile / Chapter 11: David #1

Chương 11: David #1

Sudah satu minggu sejak Nadia diketahui sebagai seorang anak adopsi. Dari hasil wawancara oleh wali kelas yaitu Pak guru David, maka diputuskan bahwa Intan dan Nadia sama-sama bersalah. Keduanya diberi peringatan dengan tidak diizinkan masuk sekolah selama tiga hari.

Steven menyadari bahwa ia telah menoleh ke tempat duduk Nadia yang kosong sebanyak tiga puluh kali sehari, sepuluh kali pada setiap jam pelajaran. Ia sering terkena bola basket saat bermain karena terlalu banyak memikirkan Nadia yang tidak masuk. Ia bukannya menebak-nebak apa yang terjadi dengan gadis itu karena dia sudah mengetahui tentang hukuman skors itu, namun ia lebih merasa khawatir dengan apa yang Nadia rasakan dan apa yang Nadia lakukan.

Pemuda itu secara kebetulan melihat Alex yang sedang berjalan menuju motornya di tempat parkir. Ia segera meninggalkan permainan basketnya dan berlari menemui pemuda itu dengan mengesampingkan ketidak sukaannya pada sikap kasar Alex.

"Lex!" Alex mendengar namanya dipanggil dan segera berbalik mendapati Steven yang mendekatinya.

"What's up?!" jawab Alex santai.

"Mm... Gimana ya... Lo... Lo tau kabar Nadia nggak? Dia baik-baik aja, kan?" tanya Steven ragu-ragu. Alex menatapnya bingung.

"Apa urusan lo sama Nadia? Lo lupa kalo dia belahan pinang gue?" kata Alex asal.

"Justru karena lo belahan pinangnya Nadia, gue tanya sama lo gimana kabar Nadia." Jawab Steven keras. Alex menatapnya terkejut. Ni cowok apaan, sih?

"Gue nggak tau kabar dia. Dia nggak ngubungin gue. Puas lo?!" jawab Alex cuek. " lagian Nadia emang mending di rumah. Dia suka tidur, paling dia bakal tidur seharian sampe lupa mandi." Lanjutnya lagi.

Steven tidak puas dengan jawaban Alex. Ni cowok, gue tanya serius, malah dijawab asal! Alex telah berjalan pergi saat Steven menahannya lagi.

"Gue minta nomor telepon Nadia." Kata Steven serius.

Alex menatapnya lalu tertawa. "Sekarang lo malah mo modusin dia?" tanya Alex tak percaya.

"Cepetan!" desak Steven.

"Nggak. Gue nggak bakal ngasi nomor telepon dia. Minta aja sama orangnya langsung. Itu juga kalo lo bisa." jawab Alex serius.

"Kalo gitu, kasi tau gue alamat rumahnya." Kata Steven lagi dan kali ini terdengar lebih serius.

"Apalagi itu, Nggak. Nadia nggak suka ada kunjungan di rumah." Jawab Alex cepat. "Lagian lo ngapain sih? Lo ada niat jahat sama Nadia, kan?!" tanya Alex tajam.

"Gue cuman mo ketemu sama dia!" kata Steven yang mulai tak sabar.

Alex terkejut dengan perubahan nada bicara Steven yang menjadi lebih keras hanya untuk meminta profil pribadi Nadia.

"Udah gue bilang Nadia nggak suka kunjungan di rumah. Lo ikut gue aja, biar lo bisa ketemu sama dia." Jawab Alex tenang lalu berbalik pergi menuju motornya.

Steven yang dengan terpaksa dan ragu-ragu akhirnya menyetujui saran Alex akhirnya segera menuju motornya untuk mengikuti pemuda itu. Mereka kemudian berhenti di sebuah café. Steven masih tidak percaya namun tetap mengikuti Alex. Mereka memesan es kopi, Alex memesan es coklat dan mereka duduk menunggu Nadia.

Tak lama, Nadia akhirnya muncul. Steven yang duduk menghadap ke arah pintu terkejut melihat Nadia yang memasuki café. Dia…

Nadia memandang sekeliling tempat itu dan akhirnya melihat kepala seseorang yang dia kenal. Wajahnya datar berjalan ke arah meja orang itu.

Steven semakin gugup saat Nadia menatap ke arahnya, namun ia masih sempat memperhatikan penampilan Nadia yang terlihat casual dan cantik tanpa seragam sekolah. Wajahnya diberi riasan tipis yang cocok dengan anak SMA pada umumnya, rambutnya dikuncir kuda, dan jaket biru langitnya begitu kontras dengan kulitnya.

Nadia sudah ada dihadapannya dan mengejutkannya dengan tiba-tiba menunduk dan mendekatkan wajahnya pada wajah Alex.

"Ngapain lo suruh gue ke sini? Lo tau kan, gue suka rumah gue?" bisik Nadia dan membuat Alex terkejut namun hanya tersenyum manis.

Gadis itu lalu duduk di hadapan Alex, tepat di samping Steven, kemudian Alex menyodorkan es cokelat yang sudah dia pesan tadi. "Sogokan lo." Katanya singkat. Nadia terlihat tidak senang dengan pertemuan tiba-tiba ini.

"Cowok di sebelah lo yang bikin kita ada di sini. Pertama, dia minta nomor telepon lo, nggak gue kasi. Kedua, dia minta alamat lo, itu lebih parah lagi. Jadi mending ketemuan aja di sini." Jawab Alex lalu menikmati es kopinya.

Ketiganya kemudian sama-sama terdiam. Alex yang cuek menikmati minumannya, Nadia dengan ketidak nyamanannya, dan Steven dengan kegugupannya.

"So, ngapain kita di sini?" tanya Nadia akhirnya.

"Dia cuman pengen ketemu sama lo, katanya." Jawab Alex santai. Nadia berbalik menatap Steven.

"Lo Cuman mo ketemu gue? Nggak bisa nunggu sampe masa skors gue selesai? Lo kangen sama gue?" tanya Nadia bertubi-tubi.

Steven merasakan wajahnya menghangat. Buset! Gue gampang banget kebaca! Iya! Gue kangen sama lo. Gue terus-terusan mikirin lo seharian ini. Gue...

"Gue penasaran sama kabar anggota kelas gue yang lagi di skors, secara gue ketua kelas lo." Jawab Steven tenang. "Gimana kabar lo?" tanya Steven lalu tersenyum manis.

"Well, karena lo masih bisa liat gue di sini, berarti gue belom bunuh diri." Jawab Nadia cuek.

"Lo butuh buku catatan gue nggak? Biar lo nggak ketinggalan pelajaran." Tanya Steven lalu mengambil tasnya.

"Nggak usah. Nadia nggak butuh." Jawab Alex cepat. Steven menatapnya kesal.

"Kenapa harus lo yang jawab?" tanyanya kesal.

"Udah gue bilang, karena gue belahan pinangnya dia. Puas?!" jawab Alex santai.

Nadia langsung menendang kaki Alex dan membuat pemuda itu menjerit kaget, menatapnya kesal, kemudian melirik Steven sebentar, lalu tersenyum jahil pada Nadia.

"Nggak usah, Steven. Gue bakal minta ke wali kelas kita aja." Jawab Nadia tenang.

Steven terkejut dengan jawaban Nadia. Itu adalah pertama kalinya Nadia menyebut namanya. Nama Steven yang keluar dari mulut Nadia, terdengar lebih manis dari biasanya.

"Well, karena lo udah tau gue baik-baik aja, udah nawarin catatan juga, berarti misi lo udah selesai, dong. Gue mo pulang. Pak Agus udah nungguin di luar." Kata Nadia lalu beranjak pergi setelah menempelkan wadah es cokelatnya ke wajah Alex.

"Dia nggak pernah mo bilang terima kasih." Kata Alex kesal sambil menyentuh pipinya. Steven memperhatikan hal itu dengan seksama dan kemudian mendekatkan wajahnya pada Alex.

"Lo berdua, pacaran?" tanya Steven curiga. Alex membuang muka mendengar pertanyaan itu.

"Gue sahabatan sama dia mulai umur kita tujuh tahun. Puas lo? Jadi cowok nggak usah kepo maksimal, deh!" jawab Alex kesal lalu beranjak pergi. Aneh banget sih!

Dan setelah pertemuannya dengan Nadia itu, rasa kesepian Steven terus bertambah saat dua hari tidak bisa bertemu dengan gadis itu hingga dia akhirnya benar-benar menunggu hari kamis besok, saat Nadia kembali ke sekolah.


SUY NGHĨ CỦA NGƯỜI SÁNG TẠO
Weird_Unicorn Weird_Unicorn

Like it? You may want to add this book to your library!

I tagged this book, so come and support me with a thumbs up, please!

If you have some idea about my story,

please be free to comment it and let me know.

Creation is hard, so cheer me up!

*ps: your power stone will be refill every 24 hours,

so spare me one of them, please.

Thank You xoxo.

Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C11
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập