Selena melihat dengan muka tercengang pada seorang remaja yang sangat tampan, tubuhnya tinggi menjulang di depannya. Pria itu dengan kain biru di bahu kanan menekuk punggungnya sambil memegangi kaki kirinya yang sudah dia tendang.
Selena yang merasa menyesal akan perbuatannya barusan, langsung menunduk meminta maaf, "Maafkan aku, Kak. Aku tidak sengaja, a-aku kira tadi..."
Belum selesai Selena meminta maaf pada remaja itu, saat tiba-tiba dari arah sampingnya, suara wanita terdengar sambil memekik.
Seorang wanita berjalan tergesa menghampiri Selena dan pria yang kena tendangan itu, raut wajahnya terlihat cemas saat ia bertanya, "Lucas, apa kamu baik-baik saja?"
Pria yang dipanggil Lucas itu pun kemudian menegakkan punggungnya yang tadi membungkuk. Nyeri di lututnya secara perlahan tidak terasa sakit lagi. Ia baru saja akan menegur junironya sebelum kemudian ia dikejutkan dengan salah satu temannya yang mendorong adik kelas tersebut sampai tejatuh.
"Berani sekali kamu memukul seniormu sendiri! Cari mati Huh!" Teriak wanita itu dengan wajah marah kearah Selena. Dengan keras Byanca lalu mendorong tubuh Selena sampai gadis itu jatuh di atas rumput. Selena yang tidak siap dengan dorongan mendadak itu, terjatuh dengan tangan kanan terlebih dulu.
Mulutnya memekik lirih, saat sakit berdenyut dia rasakan dari pergelangan tangan kanannya. Saat Selena melihat lebih dekat, pergelangannya merah dan memar, jari kelingkingnya juga kaku. Sepertinya tangannya terkilir.
Selena yang kesakitan berusaha menahannya sekuat yang dia bisa, hanya saja wajahnya yang pucat pasi menahan sakit itu mengkhianati keadaannya yang tidak baik-baik saja.
Sial, sial. Tanganku sakit! Batin Selena ingin pingsan.
Lucas yang melihat adik kelas itu jatuh terdorong oleh Byanca, tiba-tiba merasa kesal. Wanita genit ini suka sekali ikut campur urusannya.
Lucas menatap dingin Byanca. Wajahnya yang tampan terlihat garang, dengan mata melotot, Lucas menatap tidak suka ke arah Byanca yang sudah bergelayut manja di sampingnya.
Lucas melepaskan tangan Byanca dengan kasar. Dengan raut yang mengerikan dia berkata dingin, "Menjauh dariku. Kamu menjijikkan." Ucapnya tanpa perasaan.
Lucas berjalan menghampiri siswa baru yang sudah menendangnya barusan. Gadis itu masih bertahan di posisinya, tidak beranjak.
Lucas menyipitkan matanya, melihat dengan datar gadis tersebut. Tubuh tingginya berdiri di depan Selena yang bersimpuh. Walaupun dia tahu, gadis itu sedang membutuhkan bantuan, tapi Lucas tidak memiliki niat untuk mengulurkan tangan membantu Selena. Yang ada, pria itu justru membentak Selena dengan suara keras. Dilihat dari ekspresi di wajah Lucas yang rupawan itu tampak mengeras, bisa diketahui kalau remaja itu sungguh-sungguh kesal.
Dan penyebab dari kekesalannya tak lain adalah gadis di bawahnya itu.
"Bangun! Sampai kapan kamu terus duduk disitu siswa baru. Kamu tidak tahu bagaimana cara menghormati seniormu!"
Beberapa siswa-siswi yang penasaran, mencuri lirikan untuk sekedar melihat keributan tersebut. Pasalnya, ini adalah pertama kalinya mereka melihat Ketua OSIS sekolah Cempaka yang tak acuh banyak bicara, dan bahkan menunjukkan kekesalan secara nyata seperti hari ini.
Selena mengerutkan alisnya tidak suka dengan suara keras di atas kepalanya. Meski begitu, ia tidak punya pilihan selain mengikuti perintah menjengkelkan itu. Selena berdiri tepat di hadapan Lucas. Begitu tangannya yang luka di tarik oleh Lucas, ia tidak menahan suara jeritnya yang kesakitan.
"Akhh!" Denyut sakit dari pergelangan tangannya yang terkilir membuat Selena gemetar sesaat. Sepasang matanya yang jernih pun sudah berubah berkaca-kaca. Namun Selena menahan air matanya tumpah. Ia tidak mau menjadi lelucon di hari terakhir masa orientasi siswa hari ini. Pasti akan sangat memalukan. Dia tidak mau jadi bahan ejekan selama sekolah disini.
"Maafkan aku. Maaf, Kak." gumamnya dengan suara lirih. Karena Selena menyadari bahwa dia yang salah kini, Selena diam dengan kepala menunduk. Dalam batin dia mensugesti dirinya sendiri untuk bersabar, jangan sampai emosi dan menyebabkan masalah lalu menjadi pusat perhatian. Itu adalah hal yang tidak pernah dia inginkan, tidak sama sekali.
Lucas melihat gadis di depannya yang hanya seleher itu dengan tajam, dia marah juga kesal. Selama dia sekolah di sini baru kali ini dia ditendang seorang gadis, juniornya pula.
Benar-benar hari yang sial!
Lucas merupakan seorang siswa berprestasi yang menjadi panutan di sekolah ini, meskipun sedikit berandalan kata pamannya yang notabene Kepala Sekolah, tapi namanya sudah menjadi tenar karena prestasi pria itu selama ini. Ditambah dengan sosok tingginya yang tidak seperti siswa kebanyakan, dengan wajah memikat ratusan gadis sekolah, maka tak heran Lucas banyak disukai gadis-gadis remaja SMA Cempaka 01.
Apalagi Lucas merupakan Ketua OSIS yang populer dan ini adalah tahun keduanya dia menjabat. Tidak ada yang berani membuat masalah dengannya selama ini, dan tak seorangpun yang berani mendekatinya.
Dan sekarang, pria populer yang tidak mudah didekati itu, ditendang di tulang keringnya yang mana membuat ekpresi Lucas bocor. Pria itu mengaduh dengan memalukan dan alhasil menghancurkan citra kerennya yang selama ini terukir dalam diri Lucas. Bagaimana mungkin dia tidak jengkel?
"Ikut aku!" perintahnya dingin, lalu berbalik meninggalkan Selena.
Selena tanpa banyak bertanya, mengikuti seniornya tersebut, dia tidak tahu dan tidak mengenal orang yang ditendangnya. Tapi, saat dia melihat kain biru di bahu Lucas, dia sadar itu adalah ketua OSIS mereka.
"Apa yang kalian lihat. Kembali ke tempat masing-masing!" Teriak Ben galak, dan kerumunan itu pun kembali ke barisan masing-masing dan bisikan siswa-siswi baru karena kejadian barusan yang tidak terduga itu sudah menjadi bahan obrolan baru mereka, lapangan yang tadinya hening menjadi berisik seperti suara sekumpulan lebah.
"Diam semuanya. Jika kalian masih mengoceh seperti tadi, maju ke depan dan kalian akan berbicara terus menerus disini selama dua jam sebagai hukuman. Terus bergosip kalau kalian tidak percaya." Renata wakil ketua OSIS, tubuhnya mungil dengan wajah sedikit imut. Tapi suaranya yang lantang, menggelegar seperti singa, itu menakutkan.
Semua bungkam.
***
Don't forget support for this novel. Please vote, review and comment if you like this story. Thank you, guys.