Pagi ini adalah hari terakhir SMA Airlangga bertamu di SMA Wijaya Kusuma. Meskipun banyak hal yang diupayakan, nyatanya semuanya tak semudah yang dipikirkan oleh pihak guru. Sebab, mereka masih terkesan kaku dan jaga jarak satu sama lain.
Terlebih Nathan, dan antek-anteknya. Bahkan disapa pun, dia memilih membentengi dirinya dengan sikap sedingin es. Jauh berbeda pada saat pertama kali dia datang ke sini. Ditambah dengan peristiwa yang ia alami di rumah Dinda. Dia benar-benar ingin menjadikan Panji sebagai tanda abadi pilar miliknya.
"Nath...," sapa Regar, sambil menepuk bahu sahabatnya. Nathan yang tampaknya sudah siap menunggu bus jemputan dari sekolah pun menoleh, memandang teman-temannya yang sudah sibuk sendiri. Kemudian, pandangannya teralih kepada Dinda, yang sibuk berpelukan dengan teman-teman lamanya. "Lusa ulang tahun elo, kan? Mau lo rayain di mana?"
"Udah kayak cewek aja sih, ultah pakek dirayain," kata Nathan sambil tersenyum geli.