Tải xuống ứng dụng
38.63% Blue Diamond Ring / Chapter 17: Sayang Kamu

Chương 17: Sayang Kamu

Vina Plot -

Badanku terasa sakit semua.. Kugerakkan tanganku perlahan, tapi terasa berat! Pelan-pelan kubuka mataku, seorang lelaki memelukku dengan sangat erat. tangannya berada diatas tanganku. Dia merangkulku seakan aku akan jatuh jika dia tak memegangku. Aku hampir berteriak, kalau tidak melihat cincin di jari manisku dan mengingat peristiwa kemarin.

Lelaki ini.. Yang memelukku.. Dia adalah suamiku sendiri.. Rangga... Rangga Pranata yang kini menjadi suami sah ku.. Aku tersenyum, masih dalam pelukannya. tadi malam, adalah malam pertamaku tidur bersamanya sebagai istrinya. Dan kuingat peristiwa kemarin. Tadi malam.. Yah, tadi malam diranjang ini.. Hihi, kini aku hampir tertawa.. Tapi tetap kutahan, Karena aku tak ingin membangunkannya.

"sudah bangun, sayang?",

"eh, iya, yang.. Aku baru bangun.. Kamu?"

"aku juga!", Rangga mengecup keningku

"mmm... Mau bersih-bersih?"

"sebentar dulu, aku masih mau sama kamu disini..", aku cuma diam mendengar keinginannya. Kupererat pelukanku padanya.

"apa kamu mencintaiku?", aku tak langsung menjawab pertanyaan ini. Karena sekarang adalah hari ke tiga aku bersamanya. Apa cinta bisa datang secepat itu? Sedangkan dulu, Aku butuh waktu 7 tahun sebelum benar-benar yakin tentang hatiku pada kak doni.

"aku.. Aku ga tau.. Tapi aku ga mau kehilangan kamu.. Aku ga mau kamu pergi..", aku mencoba menjawab sejujurnya perasaanku.

"apa kamu percaya padaku?", kali ini aku juga hanya terdiam.

"aku juga ga tau.. Tapi hatiku saat ini Tidak meragukanmu..", jawabku kembali.

"jangan jauh-jauh dariku, sayang.. Karena aku selalu membutuhkanmu didekatku", kali ini aku tidak menjawab. Aku hanya mengangguk dan mempererat pelukanku..

TING TONG TING TONG

suara bell berbunyi.

Aku menatap rangga, dia pun juga begitu.

"tunggu sebentar!", rangga mengambil jubah mandi dan pergi meninggalkanku dikamar.

Aku masih duduk ditempat tidurku, hmm.. Aku pasti merindukan apartemenku ini.. Sebentar lagi, aku akan pindah ke rumah rangga. Apartemen ini akan kutinggalkan selamannya.. Hmmm..harus kuapakan apartemen ini? Aku sangat menyukai tempat ini...

Klek

Rangga membuka pintu dan menutupnya kembali.

"ayo kubantu membersihkan diri, kamu sudah ditunggu, sayang..",

"siapa?"

"metha, asistenmu.",

"hah???", metha mau apa dia kesini hari minggu begini??? Melihat Rangga hanya memakai jubah mandi seperti ini, pasti pikirannya macam-macam..

"ga usah khawatir, sayang.. Aku sudah bilang ke metha kalau kita sudah menikah.", rangga tersenyum didepan wajahku.

"justru aku semakin khawatir sekarang!!! Arghhhh!!!", aku mencubit pipinya.. Aku yakin, metha pasti..

Belum sempat aku memikirkan, Rangga sudah mengangkatku dari ranjang, membawaku ke kamar mandi dan mendudukkanku di toilet. Kemudian dia mengisi bathtub.

"ga usah, aku bisa sendiri!!", tolakku saat dia mau membersihkan bekas pipisku..

"istriku tak boleh menolakku!", begitulah suamiku.. tetap saja dia membersihkannya tanpa menghiraukan perasaanku.

"mulai sekarang, kamu ga perlu malu padaku..", sambil mengecup bibirku.

"sayang.. Kamu keluar dulu dong.. Aku mules.."

"ga mau.."

"terus???"

"ya sudah, keluarkan aja, nanti kubersihkan.."

"ga mauuuuuu.. Please, keluar dulu, kali ini aja.. Please... ", aku memohon padanya, dengan sedikit berdebat, akhirnya dia mau keluar.. Fuihhh..

Rangga masuk kembali sebelum aku memanggilnya. Untung saja, aku sudah meng-splash dan membersihkan tubuhku setelah buang hajat. Lalu dia memandikanku di bath tub seperti ibu memandikan anaknya, membawaku keluar kamar, memberikan cream pada bekas luka-luka beling ditubuhku, yang sekarang tampak lebih baik, kemudian memakaikan pakaianku. aku mamakai blouse lengan panjang, dan celana panjang. Sangat formal menurutku, tapi kata Rangga, kami akan pergi ke acara lunch formal nanti siang, jadi aku setuju. Setelah selesai, dia menyisir rambutku, sambil aku memakai sedikit make up diwajahku.

"Kamu mau ketemu metha sekarang?",

Aku mengangguk.

Rangga menggendongku ke ruang tamu. Sebenarnya aku sudah menolak dan meminta untuk jalan, karena kepalaku sudah ga terlalu sakit. Tapi, percuma berargumen dengannya.. Yang ada aku pasrah saja sekarang.

Klek

Pintu kamarku terbuka. Rangga membawaku keluar, masih dengan memakai jubah mandi, dengan menunjukkan sedikit dada bidangnya. lalu mendudukkanku di sofa. Aku sempat melirik metha, matanya hampir jatuh kebawah melihat adegan ini.. Hufff... Ini yang ku khawatirkan..

"kamu mau sarapan sekarang, sayang?", rangga bertanya sambil menaruhku diatas sofa.

"enggak nanti aja, yang!! Hmm.. Kamu siap-siap dulu aja, nanti kita sarapan bareng.", aku sengaja mengusir rangga. Aku takut, Tubuhnya yang proporsional menggoda metha yang dari tadi melongo melihat kami. Hihi.. Bagaimanapun, trauma masa laluku masih ada, saat dimana teman baikku sendiri mengambil kekasihku..

Rangga mencium keningku sebelum meninggalkan aku dan metha. Dia kembali ke kamar utama untuk mandi.

"hoaaaaaa... Daebaaaak!!!!", hanya itu yang keluar dari mulut metha saat rangga sudah memasuki kamar.

"ehm.. Kenapa kamu hari minggu kesini?"

"bu vina, beneran nikah sama pak rangga??"

"eh.. Itu.. Metha, itu bukan urusanmu!! Pertanyaanku belum kamu jawab!!", aku coba alihkan pikiranya

"hihi.. Penganten baru ga boleh galak-galak buuuu"

"apa kamu ga mau terima gajimu bulan depan?", tanyaku lagi.. Sedikit galak sekarang.

"eh, jangan dong bu... Bahaya nanti dapur saya ga ngebul, hehe.. Tapi selamat ya buuuu.. Pokoknya didoain langgeng sampe kakek nenek!! Xixixi.."

"ehmm.... Amiin deh!", kataku kemudian sambil tersenyum.. Kata almarhumah nenek, kalau ada yang mendoakan baik, harus diaminkan, hihi..

"hmm bagaimana dikantor? Semua baik-baik saja? Dan.. ada urusan apa metha, kamu kesini pagi-pagi?"

"aman, bu.. Saya sudah buat jadwal sesuai dengan instruksi ibu. Agenda untuk hari senin juga sudah saya buatkan sesuai instruksi ibu. Pokoknya ibu ga usah khawatir, hehe..",

"instruksi?"

"iya bu, ga ada yang kelewat, semua instruksi ibu, sudah saya jalankan!"

"hmm.. Betulkah?"

"iya bu! Betul, nanti ibu bisa lihat besok!", metha tersenyum. Baiklah, sekarang aku mengerti, Rangga memberikan instruksi melalui handphoneku. Jadi, selama ini aku tidak meninggalkan perusahaan menurut mereka..

"mm.. Apa kamu kesini hanya untuk menyampaikan itu saja?"

"eh itu bu.. Kemarin.. Ada yang datang ke kantor minta surat ini diberikan ke ibu sebelum hari senin.", metha memberikan surat dalam amplop berwarna dasar Kuning dengan lukisan timbul bunga tulip kuning kepadaku.

Hmm.. Warna kesukaanku.. Dan bunga favoritku.. Kubuka amplop itu. Dan mulai kubaca suratnya.

Aku menunggumu

Menunggumu baik pagi ataupun malam

Menunggumu baik panas ataupun hujan

Menunggumu sampai batas umurku

Menunggumu membuka hatimu

Menunggumu menerima cintaku dan mengatakan "ya"

Segera kulemparkan surat itu kebawah, tapi tak mendarat mulus, karena tangan rangga sudah meraih surat itu. Dia menatapku lekat, dan membaca surat itu.

Tubuhku terasa gemetar, nafasku tak beraturan, dan aku merasakan sakit didadaku..

Rangga menghampiri dan memelukku erat, saat itu akupun langsung menangis dipelukannya, tak memperdulikan metha masih ada diruangan ini

"siapa yang memberikan ini?", suara Rangga terdengar sangat marah.

"ss..saya enggak tahu pak. Dia cuma bilang, surat ini penting untuk bu vina", jawab metha. Dia tampak serba salah melihatku menangis.

"baiklah, ada lagi yang ingin kau katakan?"

"ng..nggak ada!!!", metha menjawab cepat.

"kalau begitu, tolong tinggalkan apartemen ini."

"bb..baik.. Permisi, bu vina, pak rangga!"

Klek

Metha telah pergi, tapi aku tak terfokus padanya, aku masih menangis dipelukan rangga. Dia pun tak menanyakan apa-apa. Hanya diam dan memelukku. Sampai tangisanku berhenti.

"apa kamu mau sarapan sekarang?", Rangga bertanya padaku, saat aku sudah berhenti menangis. Kupikir, dia akan bertanya siapa penulis surat itu, tapi dia justru mengkhawatirkanku yang belum sarapan.

Aku beranikan diri keluar dari pelukannya, menatap wajahnya. Dia terlihat mengkhawatirkanku, tapi senyum selalu terlihat diwajahnya.

"yang.. Aku.."

"ada yang ingin kamu katakan?"

Aku mengangguk.

"apa kamu suka bunga tulip?"

Aku mengangguk.

"apa kamu suka warna kuning?"

Aku mengangguk.

"apa kamu suka tulip berwarna kuning?"

Aku mengangguk lagi, lalu rangga tersenyum.

"baiklah sayang, apa kau mau sarapan sekarang?"

"hah?", aku ga ngerti sama jalan pikiran rangga..

"ada lagi yang mau kamu katakan, sayang?"

"kamu, ga mau tahu siapa pengirim surat itu?"

"aku sudah tahu."

"maksudmu? Kamu tahu kalau pengirimnya kak doni?"

"aku tahu pengirimnya seseorang dari masa lalumu, tapi.. Aku ga bilang dia doni!", rangga tersenyum..

"maksudmu? Lalu.. Siapa?"

"nanti kucari tahu, sekarang, apa kamu mau sarapan? kamu hanya makan salad kemarin!", lagi, Rangga menanyakan hal yang sama.

Melihat tak ada perubahan dari sikapnya, dan merasa aman dari kemarahannya, kuberanikan diri untuk mengangguk.

"tapi, sarapannya yang sekarang, kita beli diluar gapapa, sayang? Soalnya aku belum sempet belanja, tadi habis mandi, niatnya mau keluar belanja, tapi feeling aku ga enak lihat muka kamu waktu baca surat itu.."

"gapapa yang.. Asal sama kamu sarapannya. Dimana aja aku mau!", jawabku.

"baiklah, ayo kita berangkat! Aku ambil kunci mobil dulu, dompet, sama handphone di meja.", tangannya menunjuk ke arah meja makan.

Aku mengangguk dan melepaskan tangannya. Rangga berdiri, mengantongi kunci mobil, handphonenya, dan dompetnya. Dia kemudian memasukkan handphoneku kedalam handbag yang didalamnya juga terdapat dompetku.

"aku mau jalan.."

"kamu yakin?"

Aku mengangguk.

"Baiklah, tetap berada didekatku, ya sayang.."

Aku mengangguk, dan langsung meraih tangannya. Tangan kanan rangga merangkulku, dan kami berjalan keluar apartemenku, menuju lift, langsung ke basemen.

"kita mau kemana, yang?", aku membuka pembicaraan.

"kita mau makan soto ayam."

"soto ayam?"

"iya... Kamu ga suka?"

"nggak, aku suka kok.. Tapi aku lebih suka masakan kamu, yang..", rangga tersenyum dan refleks menatapku.

"ishh... Ga usah liat-liat, lurus aja ke depan, kan kamu lagi nyetir!!", aku memegang wajahnya dan membuatnya menatap lurus ke jalan.

"ya sudah, nanti sore kita belanja bahan makanan dulu sebelum pulang, ya buat isi kulkas!"

"sore? Memang kita sarapannya sampai sore?"

"sekarang, kita sarapan, terus ke butik, beli baju buat kamu, sama make up in kamu, terus kita lunch di ritz calton, terus belanja, malemnya aku masak buat dinner kamu.."

"hah??? Banyak amat agenda kita, yang.. Aku pikir cuma sarapan.."

"kamu udah ada agenda lain?"

"nggak ada, cuma mau packing.. Hehe.. Aku kan udah janji sama kamu, dan malem ini.. Aku ikut kemanapun kamu bawa aku.."

Rangga tak berkata apa-apa, hanya tangan kirinya berpindah dari kemudi lalu memegang tanganku dengan erat.

Dreeeet dreeet dreeeeet

Suara getar handphone dikantong Rangga bergetar. Tapi tangan kiri rangga masih memegang tanganku dan tangan kanannya masih memegang stir. Tak ada niat untuk mengangkat telepon, sepertinya.

"yang, handphonemu bergetar.."

"iya, sayang."

"ga kamu angkat?"

Rangga melepaskan tangan kirinya dari tanganku, merogoh kantong celana kirinya dan melihat nomor penelpon, dan memberikan handphonenya kepadaku.

"maksudny?"

"kalau kamu mau angkat, angkat aja, sayang.."

"hah?", rangga memberikan handphonenya ditanganku. Pandangannya tetap lurus kejalan, tanpa peduli dengan si penelpon.

Deringnya mati..

Ya, dering teleponnya udah mati, karena sudah lebih dari 1 menit. Tapi, rangga seperti tak peduli.

Dreeet dreeet dreeet

"yang, kayanya penting.. Nomornya telepon lagi..", kali ini, rangga hanya melirikku tanpa mengatakan apapun. Tapi tatapannya.. Aku masih ingat tatapan itu..

"angkatlah, jika kamu mau angkat. Biarkan saja kalau kamu ga mau angkat, sayang.", dia mencoba berbicara lembut padaku, tapi matanya dan wajah itu.. Mungkin tebakanku benar tentang siapa penelpon ini.

"apapun yang akan kukatakan pada si penelpon, kalau aku memgangkatnya, apa tidak masalah bagimu?", tanyaku meyakinkannya

Kali ini rangga mengerem dan menepi ke bahu jalan.

"sayang, kamu adalah istri sahku, kamu berhak melakukan apapun atas diriku.. Karena aku adalah milikmu sekarang. Aku suamimu..", dia tersenyum hangat.. Kemarahan dalam matanya yang kulihat tadi, tak lagi tampak dihadapanku.

Aku tersenyum, dan aku mendekatinya, mencium bibirnya.

"ko sebentar?"

"husshh!! Kita kan dipinggir jalan, ya ga bisa lama, dong yang.."

"tapi aku jadi kepengen... Gara-gara kamu cium aku..!!"

"ish... Yaudah sana, balik nyetir!! Biar ga mesum lagi, pikirannya!!"

"yah, mesum sama istri sendiri kan gapapa, dong..!", tatapan dan kata-kata rangga menggodaku sebelum dia kembali fokus ke kemudi.

Dreeeeet dreeeet dreeet

Lagi, dering telepon dihandphonenya dengan nomor yang sama kembali berdering.

baiklah.. Sekarang, aku sudah pede untuk mengangkatnya

"aku angkat, ya yang..", rangga tidak menjawab. Hanya tangan kirinya mengelus kepalaku dengan sangat pelan.

"beb, kenapa lama amat sih, angkat teleponku???? Aku tadi malem nungguin kamu didepan apartemenmu, tapi karena kamu ganti pasword kuncinya, dan kamu ga dateng, aku ga bisa masuk! sekarang aku nginep di ritz calton. Jemput aku, dong beb.. Aku sekarang sudah mantap jadi istrimu!! Aku.. Aku kabur dari jeremy. Maafkan aku beb, aku menyesal meninggalkanmu... Kamulah yang terbaik untukku.. Jemput aku, ya beb", Wanita itu menangis

Sekarang aku bingung harus bilang apa.. Ahhhh... Dia,, wanita yang membuat rangga menyiksaku 3 hari lalu.. Tapi karena dia juga, aku sekarang memiliki suami yang aku akan perjuangkan untuk tetap disampingku! Aku ga akan mau kehilangan dia. Kali ini.. Adalah pertama kalinya aku egois untuk mempertahankan sesuatu yang sudah menjadi milikku.

"beb, kok kamu diem aja sih? Maafin aku ya, udah percaya sama gombalnya jeremy yang bakalan ngorbitin aku di hollywood.. Aku..yakin kamu pasti mau maafin aku, kan.. Aku yakin kamu masih sayang sama aku.. Jemput aku sekarang, ya beb.. Terus kita shopping di butik langgananku. Aku kabur cuma bawa sedikit baju itu pun baju lama!udah sebulan aku ga belanja baju, masa iya kamu tega aku pake baju out of date?"

Hello.... Ini cewe.. Gold digger!!! Aku ga habis pikir suamiku pernah suka sama cewe kaya gini, kutatap rangga.. Tapi dia masih tetap fokus menyetir, tanpa ada rasa peduli pada wanita ditelepon ini.

"beeeeb!!! Kamu lagi apa sih? Ko diemin aku gini???!"

"sorry, dear.. Rangga is my husband now. So from now on, please leave him alone!! Don't you ever try to call my husband again, or i will do something bad to you that you never imagine!"

Klik

Ku tutup teleponnya.

Dreeeet dreeeet dreeeet

Tapi nomor itu menelpon lagi..

"yang, tolong menepi sekaraaaaang!!!", aku berteriak,

"hah? Ii..iya sayang..", rangga tampak agak kaget dan menepikan mobilnya dibahu jalan. sedangkan aku mengangkat telepon itu lagi. Kali ini aku loud speaker.

"hey youuu b*tch!!! Please give this phone to rangga! I know he is hiring you to talk like that to make me jealous..."

Belum sempat dia melanjutkan kata-katanya, aku mengganti panggilannya ke mode video, setelah tersambung, aku membuka seatbeltku, aku berdiri dari kursiku, kutaruh handphone bersandar dipintu penumpang, dengan camera pas menatap kearah rangga, di kursi pengemudi. Lalu aku berpindah duduk ke kursi pengemudi, tapi menghadap ke arah rangga, duduk dipangkuannya dan menciumnya, menciumnya dengan liar, yang belum pernah aku lakukan sebelumnya. Rangga membalasku, membuatku semakin liar kubuka kancing kemejanya dengan cepat, diapun memasukkan tangannya kedalam blouse ku, Bergerilya memegang semua aset pentingku. Tanpa membuka bajuku, tapi aku benar-benar menikmati sentuhan tangannya, sampai suara desahan pun keluar dari mulutku..

"beb.. Beb.. Beb.. What you doing beb... Perempuan j*l*ng!!! Menjauhlah dari rangga.. Dasar cewe murahan!! Bla bla bla.. ", kudengar berbagai macam teriakan dari wanita itu. Tapi aku tak peduli. Dia harus tahu, aku istri sah rangga, dan tubuhnya, hatinya, semua yang berhubungan dengannya adalah milikku. Dia milikku dan ga ada yang bisa mengambilnya sampai maut memisahkan kami!

Tut.. Tut.. Tut ..

Telepon itu akhirnya mati. Kuhentikan semua aktifitasku dengan tubuh rangga. Nafasku masih terengah engah, dan jujur.. Sudah sekali kurasakan pelepasan karena sentuhan rangga. Kusenderkan kepalaku didada bidangnya. Dan rangga memelukku erat.

"sayang.. Aku ketanggungan nih..", protesnya

"hihi.. Maafkan aku yang.. Sabar sampe dirumah ya,,", aku mengangkat wajahku dan menatapnya. Rangga kemudian mencium kening dan bibirku.

TOK TOK TOK

aku dan rangga terkaget, seseorang berbaju polisi mengetuk jendela pintu pengemudi. Untungnya jendela mobilku gelap, dan.. Refleks, aku berpindah ke kursi penumpang.

TOK TOK TOK

Rangga segera membuka jendela kaca.

"selamat pagi, pak! Bisa tunjukkan sim dan stnk?"

Rangga mengeluarkan dompet untuk mengambil sim dan aku, mengeluarkan stnk dari dashboard mobil dan menyerahkan ke rangga.

"ini, pak.", menyerahkannya pada polisi yang bertugas. Dan polisi itu memeriksa surat-surat rangga, kemudian, mengembalikannya lagi setelah dilihat semuanya beres.

"tolong lain kali, kalau mau memadu kasih, cari tempat yang lebih layak, jangan dibahu jalan, dipagi hari begini!"

Hyaaaaa... Pak polisinya liat!!! Aku malu sekali.. Huffff.. Rangga menutup kaca jendela, lalu mengancing kemejanya yang masih terbuka, sambil melirik kearahku dengan senyum jahil diwajahnya!

"mau lagi, ga sayang, hehe.."

"ishhh.. Kamu menggodaku!"

"hah? Ga salah? Kamu kan yang mulai, sayang.. Hehe.. "

"inikan gara-gara gold digger itu yang!!! Kenapa juga kamu bisa kepincut sama cewe kaya gitu, arrrgggghhh!!!", kucubit pinggang rangga kenceng-kenceng

"aduududuuuuh, sakit dong yang...!!"

"biarin, rasain!!! Awas kalau kamu berani nemuin dia, aku mutilasi jadi seribu bagian!!"

"aduuuh, ampuuun.. Galaknya istrikuuuu"

Rangga hanya ketawa cekikikan, kemudian kembali fokus ke kemudi. Tak berapa lama, rangga menepikan mobilnya.

"kita sudah sampai, sayang.."

"disini?"

"iya, itu warungnya", sambil menunjuk warung tenda pinggir jalan bertulisan soto ayam surabaya. Kemudian rangga turun dari mobil, berjalan mengitari mobil ke arahku. Sejujurnya aku ragu untuk turun dan makan disini.. Tapi.. Aku percaya sama Rangga.. Aku pun tersenyum saat dia membuka pintuku. Aku Membuka seatbelt ku dan mengambil tas tanganku, bersiap turun.

"ga usah dibawa tas nya, taruh aja dimobil!", aku mengangguk, dan menaruhnya kembali, memegang tangannya, dan menyebrang jalan ke arah warung tenda.

"sotonya dua pak. Yang satu kayak biasa. Sayang, kamu mau nasinya dipisah atau dicampur?

"dipisah aja, yang.."

"yang satu nasinya dipisah pak!",

"ah, siyaaaap. Tumben beberapa hari ni ga keliatan, mas.. Sekalinya keliatan, udah punya gandengan.. Cantik lagi mba nya!", sapa bapak penjual soto. Sepertinya rangga sudah sering makan disini.

"iya pak, ini istri saya."

"wah, sudah menikah, toh? Berarti kemarin ga kesini persiapan nikah, ya?", rangga tersenyum dan mengangguk.

"eh, mas rangga, apa kabar? Kemana aja baru keliatan lagi? Mau minum apa nih? Biasa?", sapa seorang wanita setengah baya, yang baru saja memasuki warung soto. Sepertinya dia adalah istri bapak penjual soto.

"bu, mas rangga ni baru aja nikah, nah mba ayu ini istrinya!"

"ealah, tenanan to? Walah.. Selamet ya mas, dapet istri cantik banget. Kaya bidadari!", aku hanya tersenyum menimpali obrolan ini. Sedikit canggung, karena aku ga terbiasa ngobrol dengan sembarang orang dijalan.

"terima kasih, bu. Vin, kamu mau minum apa? Ada teh manis, sama air jeruk.",

"aku.. es jeruk .. Ga deh, jeruk hangat aja, yang.."

"oke. Tambahan jeruk angetnya satu ya bu!",

"siap, mas rangga!!!"

Pasangan suami istri itu dengan cekatan mempersiapkan pesanan rangga, dan sepertinya kurang dari 3 menit soto ayam dan minuman sudah siap untuk disantap. Awalnya aku ragu mencicipinya, tapi. Aku ga mau menyinggung rangga.. Dan aku sudah niat, apapun rasanya, aku akan makan soto ini sampai setengah porsi.

"dikasih jeruk limau dulu, yang.. Biar tambah enak!", rangga memeras setengah jeruk limau dimangkukku. "kamu mau tambah kecap atau sambel?", kulihat mangkuk sambal dan botol kecap..

"nggak.. Aku gini aja..", jawabku. sebenernya aku suka makanan pedas. Tapi, aku ga berani liat sambalnya.. Takut dihinggapi lalat dan sakit perut.

Kulihat rangga memasukkan 2 sendok sambal dan kecap ke sotonya, lalu mulai makan dengan lahap.. Kuberanikan diri menyuap sesendok kuah soto, menyeruput..

Hmm... Rasa ini.. Wow... Ini... Mirip seperti soto buatan nenek!! Aku ga percaya, kali ini kusendok lebih banyak, dengan isiannya juga, dan rasanya.. Yaaaa.. Ini 100% mirip dengan buatan nenek.. Akupun sangat antusias memakannya...

"pelan-pelan makannya, sayang.. Nanti tersedak!"

"hm... Iya yang.. Ini.. Enak banget...", rangga tersenyum melihatku, lalu mengelap bibirku dengan tissue.

"eh.. Mmm.. Aku makan berantakan ya?"

"enggak kok.. Udah, habiskan makanannya kalau enak!", aku mengangguk, dan kembali menyantap sotonya. Tak terasa, sudah habis sepiring..

"oh, no...."

"kenapa sayang?"

"aku makan banyak banget, yang.. Aku harus nge gym hari ini!!", keluhku.

"jangan!! Kepalamu masih sakit, lagian, aku ga keberatan kok kalau kamu jadi gendut!", dia tersenyum menatapku. Kali ini aku ga mau berargumen dengannya.

"berapa semuanya, pak?", tanya rangga

"soto dua, air jeruk sama teh manis, nggeh?"

"iya pak!"

"empat puluh ribu, mas!"

"ini pak, ambil aja kembaliannya"

"walah, buanyaaak buanget ini sisanya, mas.. "

"gapapa pak, bu.. Saya pamit dulu! Terima kasih", aku dan rangga berpamitan. Dan kami meninggalkan warung itu. rangga masih merangkul pinggangku, kami hendak menyebrang jalan kembali ke mobil yang diparkir.

"mas rangga!!!!"

Kami berdua pun menoleh ke arah suara, seorang lelaki muda dengan sepeda motor bebek yang aku sangat hapal betul.. Itu motor yang dipakai rangga, spion tujuh puluh lima ribu!!! Dia berhenti didepan kami.

"kemana aja lu, mas? Bos nyariin lu tuh! Udah 3 hari lu ga masuk, bengkel kekurangan tenaga! Eh, si..siapa ni cewe, mas? Cantik banget! Kenalin mba, kawai!", lelaki itu menyodorkan tangannya untuk bersalaman, namun ditepis oleh rangga

"hushh! Ga usah salam-salaman! Ini bini gue!", jawab rangga galak

"hah, beneran? Dimana bisa dapet yang kaya begini? Weisssss.. Pantesan aje ga kerja-kerja, ngelemburrrr teroooooos dirumah! Ngecooor! Ngadooon anak! Hehe.. Mba cantik, punya temen yang kaya mba satu lagi, ga? Kenalin mba, kalau ada.. Saya jomblo mba. Kalau soal kerjaan ama gaji, ga beda jauh lah ama mas rangga, heheh",

"ga ada temen-temenan! Sono balik ke bengkel!!!"

"nah, lu ga kerja lagi, mas? Seriusan? Bos bakalan marah besar ama lu, mas!"

Rangga menarik napas.. "sorry, bro.. Gue ga bisa kerja lagi disana. Besok, gue bakal dateng nemuin bos! Oh iya.." kali ini rangga merogoh dompetnya.. Mengambil cukup tebal lembaran uang ratusan ribu didompetnya.. "ambil ni, buat tambahan nyokap lu berobat!", rangga menyerahkan uang itu ke lelaki yang mengaku bernama kawai.

"mas.. Ini banyak banget mas.. Ga nge prank, kan??"

"serius, ambil nih!!

"bb..banyak amat ni.. Mas, gapapa?"

"udah, ga usah dipikirin! ambil aj buat biaya berobat!"

"mm..mmakasiih mas, makasih banyak.. Makasih, ya mba cantik!!"

Dreeet dreeet dreeet..

Handphone dicelana rangga berbunyi, diapun merogoh kantongnya, mengecek siapa yang menelpon.

"iya pah?".. Menunggu jawaban dari seberang sana.. "oke pah, nanti malam aku ke rumah papa!" rangga menyudahi obrolan dan memasukkan handphonenya ke kantong celananya kembali

"widiiiiiih.. Handphone mas rangga ada apel kegigitnya sama kamera kotak mata tiga!!! Mantep mas, keren banget, dah ah! Ga ketemu beberapa hari udeh jadi tajir begini!", kawai masih berdecak kagum dengan rangga.

"udah sono balik kerja, gue cabut duluan ye!"

"oke mas, ati-ati, Ya!", kawai meninggalkan kami, aku dan rangga pun menyebrang jalan kembali ke mobil

"jadi?"

"jadi apa, sayang?", tanya rangga, sambil menancap gas mobil meninggalkan kawasan itu, menuju destinasi kedua kami.

"jadi.. Ceritakan semua kepadaku!"


Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C17
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập