Tải xuống ứng dụng
11.36% Blue Diamond Ring / Chapter 5: Lelah

Chương 5: Lelah

TING TONG

Suara bel apartemenku berbunyi, seakan mimpi..

TING TONG

Lagi.. Hufff, kali ini Aku buka besar-besar mataku, kembali ke posisi duduk, kutatap jam di dinding kamarku, jam 11 malam.. Oh, cukup lama Aku tertidur.. Seingatku, Aku sampai ke kamarku jam tujuh malam.

TING TONG

Hmm.. Siapa yang datang tengah malam begini, sih? Keluhku.. Aku melangkah keluar dari kamarku, menuju pintu utama, melihat dilayar monitor, siapa yang datang. Dan betapa kagetnya Aku.. Lelaki itu.. Mmm...mau apa Dia ke apartemenku malam-malam begini? Pikirku menyelidik dan juga kaget..

TING TONG

Lagi! Ia menekan bell.. Tapi Aku masih enggan untuk membuka pintu. Hmm.. Tak akan.. Aku ga akan buka pintu! Atau Aku telepon saja security apartemen dan mengadukan stalker? Ah, ide bagus.. Aku tak ingin berurusan dengannya. Tapi belum sempat Aku menjalankan ideku,

TING TONG

Dia sekali lagi menekan bell..

"Vivi, Aku tahu Kamu ada didalam. Sudah lima kali Aku menekan bell.. Aku yakin saat ini Kamu menatapku, dan mendengar apa yang Aku katakan.", Lelaki itu mulai berbicara, tak seperti sebelumnya hanya menekan bell

"Long time no see, Vi.. Semoga Kamu sehat selalu, Aku datang hanya untuk menanyakan kabar. Dan ini, Aku bawakan martabak keju Bang Saleh. Tadi Aku kebetulan lewat selepas pulang kantor. Kalau Kamu mau, Kamu bisa ambil disini." Dia meletakkan bungkusan didepan pintuku, dan meninggalkan apartemenku menuju lift.

Kudengar suara lift, sepertinya Dia sudah turun. Ah... Martabak! Hufff... Kali ini, Aku tak tahu apa yang kurasakan.. Harus senang atau sedih. Hatiku sakit.. Martabak Bang Saleh, Dia masih ingat..

----- flash back on ----

"Vivi, coba liat apa yang ku bawa..", Kak Doni memasuki kamarku, dan langsung menyerahkan bungkusan, yang dari wangi harum mentega, Aku tahu apa yang Dia bawa.

"Martabak Bang Saleh!!!", Jawabku bahagia. Kebetulan, Aku juga memang sedang pingin cemilan.. Tanpa pikir panjang, kubuka bungkusannya, dan melahap satu demi satu martabaknya.

"Pelan-pelan, nanti tersedak!", Kak Doni mengingatkan.

"Enak banget ini Kak, hmmm... ", Dia hanya tersenyum melihat tingkahku. Seperti biasa, senyumannya begitu manis, bikin Aku betah berlama-lama menatapnya..

"Makasih, Kak.. Udah bawain martabak Bang Saleh.", Aku mengapresiasi apa yang Dia berikan kepadaku, karena sedari tadi, Aku lupa, malah asyik menikmati martabak dan nyuekin Kak Doni.

"Hmm.. Makasih doang?"

"Iya, emang mau apa lagi?"

"Air.. air, ga dapet gitu? Dari tadi namu dianggurin aja!", Keluhnya.

"Ke dapur aja kak. Ada Bi Minarti dibawah, pasti dikasih air, hehe", Jawabku iseng.

"hemmmm... Ga mau, mau nya bikinan kamu aja, moccacino ya Vi!", pintanya, sembari merebahkan badannya di kasurku.

"Ih, emang disini cafe!!!", Aku protes, tapi tetep berdiri, dan berjalan ke arah dapur untuk membuat secangkir moccacino untuk Kak Doni.

Ga butuh waktu lama, kurang dari 5 menit, Aku sudah kembali dengan moccacino pesanan Kak Doni, dan menaruhnya disisi meja di kamarku.

"Thank You, Vi.. Hmm.. It's so tasty."

"Cuma moccacino sachset, Kak.. Hihi", Jawabku sekaligus berusaha ga ge-er mendengar pujian Kak Doni.

"Tetep aja, ini kan buatan kamu Vi.. Jadi special buatku.. Setelah kita menikah nanti, Aku mau minum kaya gini setiap pagi. Minum moccacino buatan Kamu, hehe", kata-kata Kak Doni benar-benar membuatku tambah ge-er!

"Ga sehat dong, Kak! Kata Mommy, tiap pagi minum peresan jeruk lemon, itu yang bagus buat pencernaan.", lagi-lagi Aku coba mengalihkan obrolan ke petuah Mommy untuk menghilangkan rasa ge-er yang bergemuruh di dadaku.

"Hmm.. Aku suka kamar kamu, Vi... girly. Nanti kalau Kita nikah, Aku mau punya anak cewek, dan Aku mau buat kamarnya seindah istana."

Aku mengangguk setuju, karena Aku juga ingin punya anak cewek. "Tapi tetep Kak, Aku mau anak pertamaku cowok, nanti Aku mau kasih dia nama Vido, Vina and Doni, hihi.. pokoknya harus anak cowok.. Supaya bisa lindungin adek-adeknya."

-------- flash back off -----

Vi.. Vido...

Aku menutup mulutku dengan jemari tanganku. Seakan ga percaya, Vido.. Nama itu.. Nama bocah kecil tadi, yang kutemui di pintu masuk lobby..

Vido

Dia menamakan anak lelakinya dengan nama itu.. Nama yang.. Tak sanggup Aku memikirkannya lagi, hanya air mata yang mengalir, lagi dan lagi dan sungguh menyiksa batinku.

Banyak sekali pertanyaan didalam diriku. Kenapa harus nama itu.. Apa Dia masih mengingat kenangan Kita.. Apa Dia masih mencintaiku.. Ah.. No no... Aku memukul mukul kepalaku dengan kedua tanganku..

"Sadar Vi... Sadar!!!", Aku berharap logikaku jalan lagi.. bagaimanapun, Dia suami orang, masih teringat jelas bagaimana drama keluarga bahagia itu di basemen malam kemarin, dan kini.. Karena nama bocah itu, apa Aku berharap mendapatkan cintanya kembali?

Oh no... Aku harus melupakannya!!! Dan.. Ini menjadi semakin sulit karena Dia kini berada satu atap apartemen denganku, bahkan Dia tahu dimana apartemenku.. Haishhhhh... Pikirku semakin tak tenang..

Aku harus pindah.. Tapi kemana? tak mungkin ke rumah daddy.. Sama saja pindah dari sarang singa ke sarang buaya! Mommy akan lebih sering mengenalkan Aku ke banyak eksekutif muda, menawarkanku bagai perawan tua yang butuh kekasih..

Aku menggelengkan kepalaku. Noo... Not Daddy's home.. Tapi.. Tapi kemana???? Pikirku lagi..

Ah, sejenak Aku ingat.. Uncle Farhan memiliki apartemen didekat apartemenku. Memang tidak di penthouse dan semewah apartemenku, tapi untuk saat ini, kupikir akan lebih aman kalau Aku tinggal di apartemennya.

Tanpa pikir panjang, Aku segera berlari ke sofa, membuka handbag-ku, mengambil handphone, dan segera membuka kontak Uncle Farhan. Tak butuh waktu lama, dua kali dering, Dia sudah mengangkat teleponku.

"Yes, can I help you, Vi?", Tanya suara diujung telepon.

"Uncle, can I borrow your apartement for a few days? I'll rent it!", Pintaku tanpa basa basi.

"What's wrong with your apartement?"

"Just.. Small problem.", Aku menolak menjelaskan..

"Ok, Vi.. Kapan Kamu mau pakai?"

"Malam ini!", Jawabku pasti.

"Hah??! Seriously?", Tanyanya tak percaya.

"Ya, dimana Aku bisa ambil kuncinya?"

"Ehm... Wait Me in the apartement lobby. In 30 minutes i'll be there."

"Ok", klik. Aku memutus kontak telepon, langsung mengambil handbag dan kunci mobilku, dan sesegera mungkin keluar meninggalkan apartemenku menuju basemen.

Pintu lift sudah terbuka. Aku keluar dari pintu dan segera berjalan menuju mobilku. Perlahan tapi pasti, Aku starter mobilku, dan berlalu meninggalkan basemen.

Tak sampai 20 menit, Aku sudah sampai di apartemen Uncle Farhan. Aku parkir mobilku dibasemen apartemen, dan menuju ke lobby, menunggu Uncle Farhan.

15 menit kemudian, sosok lelaki yang sudah kukenal berdiri dihadapanku sambil menyerahkan kunci apartemen. Aku mengambil kunci itu, dan ingin langsung menuju kamar apartemen, untuk menghindari berbagai macam pertanyaan. Tapi sepertinya, usahaku kurang berhasil.

"Kenapa mendadak, Vi?"

"Ehm.. Keran apartemenku bocor Uncle. Aku.. Ga bisa tidur.", jawabku sekenanya.

"Hmmm..", Lelaki itu hanya bergumam.. Dia penuh menyelidik, dan Aku yakin Dia tidak percaya dengan yang Aku katakan barusan. Tapi kali ini Dia tidak menyusahkanku.

"Ok, Vi. Uncle pulang dulu, selamat beristirahat.", Dia melangkah pergi meninggalkanku. Dan tanpa menjawab apapun, Aku melangkah menuju lift. Memencet nomor lantai yang kutuju. Hanya Aku didalam lift. Dan tak butuh waktu lama, pintu lift terbuka dilantai yang Aku tuju.

Kondisi disini berbeda dengan kondisi di apartemenku.. Banyak sekali kamar-kamar. Ada 10 kamar dilantai ini. Dan.. Apartemen Uncle Farhan ada dipaling ujung koridor ini. Aku menempelkan kartu kunci, dan pintu pun terbuka.

Kunyalakan lampu, dan huffff... Bagaimana Aku bisa tidur???? Sepertinya kamar apartemen ini sudah lama tak ditempati. Agak berdebu..

"Uncle, berapa lama sudah tak dibersihkan?", Aku langsung menelpon Uncle Farhan, dan sedikit jengkel karena melihat kondisi apartememnnya.

"baru dibersihkan hari minggu lalu, Vi. Uncle menyewa orang untuk membersihkannya seminggu sekali..." Uncle menjelaskan,

Hmm.. Aku menutup teleponnya tanpa menunggunya selesai bicara. Seminggu sekali? Gerutuku.. "what the f*ck!!" dan sekarang Aku harus tidur dengan debu ini? Kuingat lagi, hari ini adalah dini hari jum'at. Berarti sudah 4 malam kamar ini tak dibersihkan. Owh....

Apa Aku harus kembali ke apartemenku? Hmm.. No no.. Dia bisa datang lagi, dan mengganggu ketentraman jiwaku, Aku menggelengkan kepala, dan.. Mungkin malam ini Aku harus menerima tidur disini. Pikirku.

Aku menuju kamar, apartemen ini sangat kecil. Mungkin 1/4 ukuran apartemenku. Tapi, tak apalah.. Aku akan mencari apartemen baru nanti, dan sementara ini, Aku akan bertahan disini.

Aku duduk diatas bed, kemudian mengeluarkan smartphone-ku, lalu mengetik alamat apartemen ini, dan Aku kirim ke Dinda juga Metha. Memastikan supaya besok Metha menjemputku disini, dan Dinda membersihkan apartemen ini.

Ha.. Hatchiiiiiim..

Hidungku mulai bereaksi. Sedari kecil, Aku memang alergi debu. Sedikit debu menempel sudah membuatku bersin-bersin dan kadang, bisa membuatku sampai pilek demam.

Kubuka hand bag ku.. Mencari obat alergi, tapi nihil.. Hmm.. Barang-barang pentingku semua ada di apartemenku. Karena buru-buru, Aku sedikit ceroboh, dan tidak mempersiapkan dengan teliti apa yang harus kubawa.

Ha.. Hatchiiiiim..

Lagi.. Arkkkhhhh.. Aku segera menuju lemari, mengambil selimut baru, dan mencopot selimut lama, meletakkannya dibawah lantai. Selimut baru tak berdebu, sepertinya ini bisa menyelamatkanku. Aku letakkan di atas kasur selimut tersebut dan kurebahkan badanku diatas kasur. Karena sudah sangat lelah, Aku tak mau banyak berpikir lagi.

Yang kuinginkan hanya tidur. Tidur pulas sampai pagi. Melupakan semua yang terjadi hari ini.

.... 300 domba, 301 domba, 302 domba, akhhhhh... Aku tak bisa tidur!!! Pikiranku masih carut marut mengingat semua peristiwa hari ini ... Kak doni.. Hufff.. Dadaku sesak setiap kali aku mengingat masa lalu.

Tapi pikiranku seakan tak mau bekerjasama. Semua hanya berisi kenangan masa laluku bersamanya. Sepertinya komputer di otakku sudah mulai hang, sehingga tak habis habisnya memutar kembali setiap kenangan itu.

Segala cara sudah Aku lakukan untuk membuat otakku bekerja normal, dan Aku bisa tidur.. Tapi.. Tetap saja! Hufff.. Semuanya berulang.. Andaikan Aku tak bertemu dengannya tadi pagi, mungkin Dia tak akan tahu dimana Aku tinggal. Argghhh.. Ini semua gegara tukang tagih itu!! Rangga.. Yaa,, karena Dia!! Kalau Dia ga datang ke apartemenku demi tujuh puluh lima ribunya, tentu saja Aku masih aman dan bisa tidur di apartemenku yang nyaman.. Pikiranku semakin kesal.

Kurubah posisiku, dari tidur menjadi duduk. Aku melirik sekilas smartphone-ku, jam sudah menunjukan pukul 2 dini hari. Dan Aku masih terjaga!! Owh.... 2 hari Aku begadang ga jelas, pikirku.

Kruuuuk kruuuuk.

Hah, perutku terasa lapar. Aku baru ingat, hanya smoothies dan perasan air lemon yang Aku makan kemarin, itupun tak habis karena kedatangan si tukang tagih.! Urggghh, Aku menggerutu kesal! Kemarin Aku terlalu sibuk dan tak sempat untuk lunch. Malamnya, Aku terlalu lelah dan melewati dinnerku. Owh, kupegang perutku, rasanya seperti perih. Asam lambungku mungkin meningkat.

Seingatku, Aku tak pernah punya penyakit maag. Tapi sepertinya, terlambat makan, stress dan kurang tidur yang kulalui dalam 2 hari ini membuatku mengalami peningkatan asam lambung.

Hmm.. Mau bagaimana lagi, Aku melangkah ke dapur, membuka kulkas dan.. Tak ada yang kutemukan didalamnya.

Bahkan air putihpun tak ada!!! Owh.... Bagaimana ini.. Keluhku. Saat ini Aku benar-benar lapar! Sesaat Aku teringat martabak dipintu kamar apartemenku.. Hmm.. Andai tadi kubawa kesini, setidaknya Aku punya cemilan.. Ah.. Kutepis pikiran itu dengan menggelengkan kepalaku. Bodoh, Aku ga boleh memakannya! Logikaku mengingatkan untuk melupakan martabak dari penjual yang sudah 10 tahun tak pernah kusantap.

Apa pesan delivery online saja, ya? Pikirku kemudian. Aku segera mengambil smartphone-ku, dan membuka aplikasi delivery makanan online. Mencari restoran yang masih buka disekitar apartemen ini. Dapat!!! Aku memesannya, dan kemudian menunggu makananku tiba.

Bip bip.. Bip bip..

Smartphoneku berdering. Akupun beranjak, untuk mengangkatnya

"Iya hallo!"

"Mba, Saya pengantar makanan, Saya tunggu Mba di lobby. Karena tidak diizinkan naik oleh security.", Penjelasannya.

"Apa??? Ah, baiklah. Tunggu sebentar!"

Sedikit kesal, tapi mau bagaimana lagi, mungkin memang peraturan disini seperti itu. Aku sudah sangat lapar! Akhirnya Aku keluar menuju lobby, mengambil makananku, lalu bergegas kembali ke lift, memencet nomor lantai apartemenku.

Ting

Pintu lift terbuka pas di lantai yang kutuju. Akupun keluar. Hoaaa.. Perutku sudah benar-benar lapar! Tak ada lagi yang kuharapkan selain segera masuk ke kamar apartemen dan menikmati makananku. Aku berjalan agak cepat, Aku melewati kamar-kamar dikoridor itu menuju apartemenku. Tepat satu pintu sebelum apartemenku,

Aku mendengar suara pintu terbuka, dan tampak seorang dibalik pintu itu

"Kamu sudah datang!",

"A.. Apa???"

Tanpa menjawab pertanyaanku, Dia menarik tanganku begitu kuat, hingga Aku hampir terjatuh, menutup pintu kamarnya, dan menguncinya

"Hey!!!!", Jawabku karena kaget.. Masih belum bisa Aku merespon otakku, Dia.. Dia menutup pintu??? Aku mencoba melepaskan genggaman tangannya pada tangan kananku dengan melempar bungkusan makanan yang ada ditangan kiriku. Tapi sepertinya dia tidak merasakan apapun

"Kamu datang!! Jangan coba-coba melawan!", katanya lagi,

"let me goo!!! Sh*t!!" Aku memukulnya dengan tangan kiriku. Tapi kemudian tangannya memegang tangan kiriku. Lalu mendorongku ke dinding apartemen dengan sangat keras, sampai Aku merasakan benturan dikepalaku begitu sakit.

"Kita ada di Indonesia, jadi bicaralah bahasa Indonesia! Dan Aku sudah membayarmu.. Maka puaskan Aku!", katanya dan kemudian tanpa aba-aba melumat bibirku. Masih kurasakan nafasnya yang bau alkohol, sepertinya orang yang ada dihadapanku sedang sangat mabuk.

"Ehmmm... Aku menggigit bibirnya, lalu menendang selangkangannya dengan kakiku, dan berhasil melepaskan tangannya dari tanganku, dan tampak dia kesakitan. Aku bergegas berlari menuju pintu. Dan belum sempat Aku meraih gagang pintu,

Praaang!!!!

Sesuatu seperti mendarat dikepalaku, dan tetesan air seperti mengalir dari kepalaku. Aku tak dapat melihat warna cairan itu, karena kamar ini begitu gelap, tak ada cahaya diruangan ini, tapi indra penciumanku masih berfungsi baik. Aku tahu dan sadar ini bau darah.

"beraninya kamu.. Jangan coba-coba pergi dariku!"

"Arrrrghh.. Lepaskan!!", Lagi-lagi Dia menjambak rambutku dengan sangat kencang, dan sakit di kepalaku pun belum sepenuhnya hilang karena pecahan benda diatas kepalaku tadi.

Tak sempat Aku berpikir apa yang terjadi, Dia sudah menyeret rambutku, kemudian melemparkan badanku di lantai,

"Aaakhhh..", sakit sekali seluruh badanku, belum sempat Aku membenarkan posisiku. Tubuhnya sudah berada diatasku, mengikat kedua tanganku dengan kencang, bukan dengan tali, tapi menggunakan kabel dan mengikatnya dikaki lemari yang ada dibelakangku, sehingga tanganku tak bisa lagi bergerak

"Lepaskaaaaaan!!!!", Teriakku lagi, kali ini Aku benar-benar panik dan ketakutan. Entah apa yang harus kulakukan, tapi.. Kejadian ini benar-benar sungguh tak pernah terlintas dalam benakku.

"Jangan berharap j*l*ng!! Malam ini Kamu harus memuaskanku!! Kreeek!!", Tangan laki-laki itu langsung membuka kancing kemejaku dan berhamburan entah kemana, merobek bajuku, menyisakan hanya bra yang kukenakan. Kemudian dia berlanjut membuka celana panjangku. Aku berusaha menghentikannya, tapi tak ada usahaku yang berhasil. Tenaganya begitu kuat, sampai Aku tak bisa lagi mengingat apa yang Dia lakukan. Kepalaku pening, dan akhirnya, Aku hilang kesadaran.


Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C5
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập