Enam bulan telah berlalu, tak terasa awal semester dua segera dimulai. Selama enam bulan, Juliet menjalani kehidupannya sebagai mahasiswa kupu-kupu. Terkadang jika paket internetnya sudah habis, dia akan pulang larut malam. Duduk seorang diri di lantai tiga, tanpa ada yang menemani. Sinyal wifi yang bagus dan cepat membuat dirinya lupa diri. Sudah beberapa serial anime yang sudah dia download.
Entah mengapa hari ini dia merasa ada sesuatu yang hilang. Seolah-olah dia hidup tanpa jiwa di dalam raga. Setelah di pikir-pikir rupanya itu adalah kehidupannya di masa perkuliahan. Masa dimana para pemuda bersaing dalam ajang prestasi, bersosialisasi, serta mencari sensasi. Sebagai anak perumahan melakukan hal itu sangatlah sulit.
Suasana kelas yang cukup pasif, serta pemilih dalam berteman. Membuat keberadaanya, tak jauh berbeda dengan sebuah krikil. Krikil kecil dan tak terlihat. Namun di balik kesendirian, dia manfaatkan hal itu untuk belajar. Ketika dia merasa bosan, dia pergi ke ruang perpustakaan di lantai dua, untuk berlatih menulis kanji. Disana banyak sekali berbagai buku, serta meja panjang yang di batasi oleh sekat.
Sinyal wifi disana lumayan bagus, sehingga dia bisa merelaksasikan otaknya, selesai berlatih huruf kanji. Kemudian jika dirinya bertemu dengan wildan, serta orang yang di kenalnya. Juliet bisa berbicara panjang lebar di ruang perpustakaan. Tetapi ketika ia sedang bicara, sebisa mungkin dirinya harus memelankan suaranya.
Jika tidak dia akan di tegur oleh Sang Penjaga Perpustakaan. Penjaga perpustakaan adalah seorang pria yang berusia 35 tahun. Beliau memiliki tubuh ideal, berkulit sawo matang, berambut runcing, serta sorot matanya yang tajam. Juliet pernah sekali di marahi olehnya, sebab dulu dia lupa mengambil kartu perpustakaan, yang sudah dia pesan pada bulan Januari.
Namun dia mengambilnya saat dua bulan kemuadian. Sebenarnya kartu itu selesai pada bulan Febuari. Karena keteledorannya, Juliet terpaksa harus membayar denda sebesar tiga ratus ribu.
Padahal uang itu bisa dia gunakan, untuk paket internet selama empat bulan. Beruntung kedua orang tuanya, selalu mengirimkan uang setiap sebulan sekali. Sehingga dia tidak terlalu memikirkannya. Suatu hari sepulang dari kampus, hujan pun turun dengan deras. Angin berhembus kencang, suara gemuruh terdengar di angkasa. Kilatan cahaya bersinar diantara gelapnya malam.
Juliet duduk disebuah kursi hijau, yang terbuat dari plastik, lalu dia menikmati secangkir susu jahe, sambil menikmati suasana hujan. Lalu dia letakkan susu jahe itu, di atas meja plastik. Beberapa menit kemudian Dedi keluar dari rumahnya. Dia membawa sebuah ember besar berisi cucian, lalu dia menggantungnya pada sebuah teralis besi.
Bajunya berkibar-kibar mengikuti hembusan angin. Beruntung teralis itu memiliki sebuah pembatas, sehingga bajunya bergeser terlalu jauh. Lalu dia melihat Juliet, sedang melihat ke depan sambil menik mati secangkir susu jahe. Pandangannya kosong, tubuhnya terlihat lemas, serta tidak bergairah dalam hidup. Karena penasaran dia pun bertanya.
"Mas Jul, awas jangan ngelamun, nanti kesambet loh." Duduk di kursi tepat di sampingnya.
"Ah iya bro," kata Juliet.
"Ada masalah?" Melirik ke arah Juliet.
"Entah mengapa akhir-akhir ini gue ngerasa bosan."
"Hmm.. kalau begitu carilah kegiatan baru, pasti rasa bosan itu menghilang. Memangnya di kampus seperti nongkrong dan lain-lain?"
"Temen gue cuman beberapa biji, itu juga langsung pulang karena ada kerjaan. Sisanya gue kurang akrab sama yang lain."
"Gak ikutan UKM?"
"Enggak," jawab Juliet.
"Hah. Ya ampun, masa mudamu begitu membosankan. Begini saja, saranku sebaiknya kamu ikutan salah satu UKM."
"UKM yah," ujarnya sambil menghembuskan nafas.
"Coba kamu cari informasi seputar UKM, siapa tau kamu tertarik dari salah satunya. Inget bro, masa muda tidak akan kembali lagi. Jadi sebaiknya kamu manfaatkan itu. Jika seandainya saya gak sibuk kerja, pasti saya daftar dari salah satu UKM tersebut."
"Oke, nanti saya pikir dulu."
Kemudian Dedi pun pamit untuk kembali ke dalam. Sementara itu dia duduk seorang diri memikirkannya. Keesokan harinya saat istirahat pertamadia bertanya kepada teman sebelahnya yaitu Adi. Adi memiliki postur gemuk, berambut mangkok, berkulit putih, serta memiliki kapasitas otak seperti perutnya. Dia adalah tempat mengadu, ketika dirinya di hadapi berbagai masalah, dalam setiap mata perkuliahan.
Terkadang karena banyak pertanyaan dari teman sekelas, dia tidak sempat menjawab pertanyaan yang Juliet tanyakan sebelumnya. Tetapi dia sempatkan waktu untuk menjawabnya, walaupun melalui media sosmed.
Hari ini dia sedang menikmati satu tusuk cilor. Cilor merupakan jajanan khas Jawa Barat yang terbuat dari tepung aci. Wajahnya berkeringat, mulutnya berwarna merah, serta giginya bercabai. Dua menit kemudian cilor itu telah habis. Rasa puas terpancar jelas di wajahnya, lalu dia meminum air dari sebuah botol tupperware hitam, yang dia bawa sendiri dari rumah.
"Jadi laper gue liat elu makan," kata Juliet.
"Belilah bang, diluar gerbang masih ada tuh." Membersihkan mulutnya dengan sebuah tisu, yang dia minta dari teman sekelasnya.
"Bye the way, elu ikutan UKM apa?"
"Baru daftar HMSJ, kenapa bang?"
"Gue jenuh eui, rencananya gue mau ikutan UKM. Cuman bingung ikutan apa."
"Gabung HMSJ aja bang, bareng gue," kata Adi.
Mendengar hal itu dia menolak tawarannya, sebab dia tidak ingin kejadian ketika masa SMK terulang kembali. Dulu dia bergabung dengan ekskul PMR (Palang Merah Remaja). Awal masuk ke dalam organisasi itu, terbilang biasa saja. Banyak kenterntraman serta keharmonisan sesama anggota PMR. Tetapi semakin ke sini, berbagai drama kehidupan telah terjadi.
Satu persatu anggota, telah mengundurkan diri. Hingga tersisa tujuh orang angkatannya, pelatih yang terlalu mendoktrin ke setiap anggota agar PMR menjadi prioritas utama. Akibatnya banyak tugas serta nilai, yang terbengkalai.
Kecuali tiga orang yang memiliki prestasi luar biasa di setiap jurusannya. Orang itu adalah Linggar, Idrus, dan terakhir Siti Fatimah. Linggar memiliki postur sedang, berkulit sawo matang, berambut lurus, serta memiliki kumis tebal. Idrus memiliki postur tubuh tinggi, berkulit hitam, serta memiliki wajah polos seperti bayi.
Sedangkan Siti Fatimah, seorang wanita mengguanakan hijab, berkulit gelap, mata yang simetris, serta giginya yang putih. Diantara mereka bertiga ada salah satu orang yang paling Juliet benci. Orang itu adalah Siti Fatimah.
Semua itu berawal, di hari terakhir mengikuti even JUMBARA (Jumpa, Bakti, Germbira) yang di adakan oleh PMI (Palang Merah Indonesia), yang diadakan di kota lumbung padi. Ada berbagai macam perlombaan, seperti PP (Pertolongan Pertama), PK (Pertolongan Keluarga), tandu darurat, dan terakhir tenda kreatif. Selama tiga hari Juliet beserta anggota yang lainnya, tidur pada sebuah tenda yang mereka bangun sendiri. Kejadian itu terjadi saat malam terakhir even JUMBARA. Waktu itu secara tiba-tiba pihak panitia, mengadakan lomba Drama yang akan segera diadakan saat tengah malam.
Seluruh anggota ingin berpartisipasi dalam lomba itu, namun mereka kebingungan cerita apa yang ingin mereka tampilkan. Kemudian Juliet mengusulkan, agar menampilkan sebuah teater drama musical yang berjudul, "Kebahagiaan di tengah bencana", yang dia buat sendiri. Juliet menjelaskan secara detail tentang cerita, latar, musik, dan terakhir penokohan.
Pelatih beserta anggota menerima masukannya dengan senang hati. Semua orang berlatih sesuai perannya masing-masing. Selesai berhatih, seluruh pemain berkumpul untuk gladi bersih. Semua orang memainkan perannya dengan baik, kecuali Juliet sejak tadi melakukan berbagai kesalahan. Melihat hal itu Siti berkata.
"Kamu bisa enggak?! Kalau gak bisa jangan ikut tampil, cuman jadi beban aja dasar sial! Gak malu apah sama adik kelas kamu? Mending ganti, gak pantes. Segala ngasih ide, ganti-ganti!" Berbicara dengan nada tinggi, di depan para pemain serta adik tingkatnya sendiri.
Setelah itu dia pergi menjauh, berjalan seorang diri mencari sebuah ketenangan. Padahal dia melakukan ini semua, hanya ingin di hargai. Namun dia mendapatkan balasan yang seperti itu, semenjak saat itu dirinya sangat membencinya. Dia sempat meminta maaf, melalui perantara temannya Saluya saat mengikuti program beasiswa ke di China.
Tetapi api kebencian yang ada di dalam hatinya tidak semudah itu di padamkan. Jika dia ingin memadamkan api itu, maka dirinya harus memadamkannya sendiri. Jangan melalui perantara apapun, jika dia tidak ingin disamakan sebagai seorang pengecut.
Kemudian dia sadar dari lamunannya, ketika Adi memanggil serta menepuk tangannya sebanyak tiga kali. Juliet bisa kembali fokus dalam mengikuti materi perkuliahan. Selesai perkuliahan mereka berdua, beserta temannya Adam menemani Juliet untuk berkeliling kampus. Mereka bertiga berjalan menelusuri jalan lorong, menuju pintu gerbang. Kemudian mereka melihat, ada beberapa mahasiswa berlatih tekwondo. Setelah itu mereka duduk di sebuah bangku panjang, sambil menikmati berbagai cemilan yang mereka beli di kantin.
"Gimana Mas Jul, tertarik?" Tanya Adam.
"Anak tekwondo cakep-cakep gila, elu gabung aja bang." Kata Adi.
"Kayaknya gue skip dah, kurang tertarik."
"Idih Mas Jul cakep begitu," kata Adam.
"UKM-nya bukan ceweknya ya ampun." Menujuk ke salah satu mahasiswi.
Setelah diperhatikan, apa yang di katakan mereka berdua memang benar. Sebagian mahasiswi yang sedang berlatih, memiliki paras cantik. Diantara mereka ada salah satu mahasiswi, membuatnya tertarik. Mahasiswi itu berdiri di posis tengah paling depan. Dia memiliki rambut coklat sebahu, berkulit cerah, tubuhnya yang ideal, serta sorot matanya yang indah.
Namun dia bersikap seolah-olah tidak tertarik, tetapi sebenarnya dia sangat tertarik. Sesekali dia mencuri pandangan, untuk melihat paras cantiknya, ketika gadis itu melirik ke arahnya Juliet langsung menundukkan pandangan.
Adam menyadari hal itu, lalu dia duduk mendekati Juliet. Setelah itu dia menawarkan sebuah informasi tentang gadis itu. Tetapi dia langsung menolaknya, sebab dia sadar dengan tujuan sebenarnya. Kemudian dia langsung mengalihkan pembicaraan, dan pergi begitu saja. Satu minggu telah berlalu, sudah beberapa UKM yang telah ia singgahi.
Namun tak ada satu pun membuatnya tertarik. Tingkahnya yang tidak jelas membuat kedua temannya jengkel. Kemudian Adam mengajak Juliet, untuk bergabung dalam salah satu UKM yaitu MANJI (Manga dan Kanji). Awalnya Juliet menolak, namun karena ada paksaan dari dua temannya akhirnya dia bergabung.
Keesokan harinya selesai perkuliahan, Juliet mengunjungi sebuah ruangan yang ada di lantai empat. Kemudian dia melihat pintu ruangan itu dalam keadaan terbuka. Seketika dia menghirup aroma seblak dari dalam ruangan. Lalu dia berjalan memasuki ruangan. Di ruangan ada lima mahasiswa, duduk membentuk sebuah formasi lingkaran.
Diantara mereka berlima, ada dua orang temannya yaitu Wildan dan Rini. Rini memiliki postur agak gemuk, rambut menjulur sebahu, berkulit cerah, serta memakai kacamata. Dan dia adalah teman sekelasnya. Hari ini dia memakai kaos merah, dengan bertuliskan huruf kanji. Sepertinya dia datang terlalu awal, lalu dia langsung duduk di samping mereka, dengan rasa canggung.
Sementara mereka bertiga adalah senior tingkat lima. Kemudian para senior mulai memperkenalkan diri. Yang pertama, senior yang memiliki rambut pendek, berkulit sawo matang, serta bermata sipit, dia bernama Iqbal. Kedua senior menggunakan hijab, berkulit sawo matang, serta berbadan gemuk, senior itu bernama Rifa. Dan terakhir, senior berambut pendek, bertubuh kerempeng, dia bernama Dodi. Kemudian mereka semua mulai berbincang-bincang. Suasana di kelas seketika menjadi hangat, berbagai bahasan serta tutur kata yang lembut. Membuat Juliet merasa nyaman.
Satu persatu anggota baru mulai berdatangan, lalu mereka semua duduk di tempat yang mereka inginkan. Sedangkan ketiga senior sedang berbincang-bincang dengan santai. Setelah berkumpul, satu persatu anggota mulai memperkenalkan diri. Sementara itu Juliet duduk di bangku tengah, sambil memperhatikan anggota baru.
Rupanya tak hanya mahasiwa Jepang yang tertarik mengikuti UKM ini, namun berbagai jurusan berantusias untuk bergabung. Lalu dia pun menatap sekitar, namun tidak ada keberadaan Adam dan Adi disini. Sepertinya mereka sibuk, atau mengerjai dirinya. Meskipun begitu dia memutuskan untuk mencoba untuk mengikutinya. Jika tidak nyaman, dia berencana untuk segera keluar. Lalu melanjutkan rutinitasnya sebagai mahasiswa kupu-kupu.
Suasana yang ramai, membuat dirinya merasa canggung. Kepalanya terasa pening. Di dalam lubuk hatinya, dia berharap untuk segera berakhir dan kembali pulang ke rumah.Selesai perkenalan, pelajaran pertama dimulai. Hari ini para senior memperkenalkan salah satu budaya Jepang yaitu Shodo. Shodo merupakan seni menulis huruf secara artistik di atas kertas dengan menggunakan kuas dan tinta.
Walaupun berasal dari Cina, shodo Jepang juga menggunakan huruf kana yang merupakan bentuk sederhana dari huruf kanji. Pada abad ke enam hingga tujuh, shodo dianggap sebagai pendidikan yang wajib bagi kaum bangsawan dan samurai. Kini kegiatan itu dapat dilakukan oleh siapapun.
Sebelum melakukan kegiatan shodo, pertama siapkan kertas washi dan kuas. Tetapi karena kertas washi tidak ada, sebagai penggantinya para senior membagikan kertas HVS ukuran F4. Setelah itu, Alif senpai membagikan kuas beserta tinta hitam. Dalam penulisan bahasa Jepang ada dua cara penulisan, yaitu Tategaki dan Yokogaki. Tategaki adahal cara penulisan dari atas ke bawah.
Dalam penulisan tategaki, lebih mengarah pada tulisan yang mengandung emosi, seperti novel, komik, buku cerita dan lain sebagainya. Untuk kamus dan koran juga menggunakan penulisan tategaki. Penulisan ini sering digunakan, untuk tulisan yang bersifat emosional, sehingga sangat cocok untuk digunakan menulis kartu ucapan dan kaligrafi. Sedangkan Yokogaki adalah cara penulisan yang biasa kita gunakan, yaitu dari kiri ke kanan.
Yokogaki sering digunakan, untuk menulis hal-hal yang bersifat ilmiah, seperti artikel ilmiah, perjanjian, surat kontrak, laporan, laman web, blog dan lain sebagainya. Cara ini lebih populer dan sering di gunakan oleh kalangan muda. Selesai membagi rata, sekarang sudah waktunya bagi dirinya untuk unjuk gigi. Juliet memegang sebuah kuas dengan tangan kananya, lalu mencelupkan ujung kuas kedalam tinta hitam. Kemudian dia menulis kata, "Ningen", pada sebuah kertas. Ningen sendiri memiliki arti yaitu manusia. Kata tersebut terdiri dari dua huruf kanji, memiliki empat belas coretan.
Ada beberapa kesalahan dalam penulisan kanji, namun Iqbal senpai membantu untuk memperbaikinya. Para anggota baru mengikuti kegiatan itu dengan penuh semangat. Diantara mereka, ada salah satu anggota yang menarik perhatian. Orang itu bernama Rinto Ferdian, mahasiswa fakultas permesinan.
Kemahirannya dalam menggunakan kuas, langkah serta penulisannya yang simetris, membuat dirinya menerima berbagai pujian. Bahkan dia mengajari beberapa anggota baru secara sukarela. Hidungnya yang mancung, kulitnya seputih salju, serta gaya rambut curtain haircut. Membuat para betina mencoba untuk mendekatinya.
Juliet tidak memperdulikannya, lalu dia beserta dua temannya kembali berlatih shodo. Setiap kali Juliet mengalami kesulitan, dia bertanya pada temannya Rini. Dengan senang hati Rini membantunya. Satu jam telah berlalu, akhirnya kegiatan UKM telah berakhir. Sebelum pulang, seluruh anggota menulis absen pada sebuah kertas.
Kemudian Iqbal senpai, memberitahu bahwa kegiatan UKM akan berlangsung, setiap hari hari rabu selesai perkuliahan. Pertemuan kedua telah tiba, selesai perkuliahan Juliet beserta temannya Rini, pergi untuk memasuki ruangan. Disana tiga orang senpai, duduk berbincang-bincang, sambil menikmati makan siang.
Mereka berdua langsung memberi salam, lalu duduk di kursi depan. Sambil menunggu anggota yang lain, ketiga senpai (Senior) mengajak mereka berdua bermain kartu UNO. Pengalaman semasa sekolah, membuat dirinya menang sebanyak tiga kali. Dan sisanya ribuan kekalahan. Canda dan tawa mereka menghiasi setiap sudut ruangan.
Keramahan dari para senpai, membuat Juliet merasa nyaman. Satu persatu anggota mulai memasuki ruangan. Sudah saatnya bagi para senpai untuk memberikan materi. Hari ini para senpai akan mengajarkan, tentang dasar menggambar sebuah karakter, yaitu menggambar anatomi kepala.
Sebelum pelajaran dimulai, Dodi Senpai meminta kepada seluruh anggota untuk mengisi absen, pada sebuah kertas. Lalu Iqbal senpai membagikan kertas HVS satu persatu kepada semua anggota. Dan akhirnya semua anggota siap untuk menggambar. Langkah pertama, yang harus dilakukan adalah membuat sebuah lingkaran.
Sebisa mungkin buatlah lingkaran sempurna, setidaknya tidak terlalu melonjong. Kemudian berilah tanda titik di tengah lingkaran, lalu garis ke arah bawah, dan tentukan proporsi wajah. Buat garis besar bagian bawah wajah. Buatlah dua garis simetris, untuk membuat mata. Gambar hidung di garis tengah setengah bagian bawah, buat lekukan halus di antara mata.
Dan terakhir menggambar rambut, di atas kepala menggunakan berbagai ukiran, dengan menggunakan sebuah ukiran pensil. Setelah berjuang begitu keras, akhirnya gambarnya telah selesai. Berbagai bentuk abstrak terlukis dalam kertas setiap anggota. Melihat hal itu membuat ketiga senior tertawa, lalu mereka memberi sebuah arahan, kepada setiap gambar.
Seluruh anggota mengikuti arahan mereka dengan senang hati. Namun ada seorang anggota, menggambar kepala dengan sempurna. Orang itu tak lain adalah Rinto. Rinto menggambar kepala gadis cantik jelita dengan sempurna. Mata yang besar dan simetris , hidungnya yang mancung, rambut hitam menjulur ke bawah.
Sekali lagi Rinto menerima seribu pujian dari setiap anggota. Sementara itu Juliet terdiam, sambil meratapi nasib gambarnya yang tidak karuan. Kemudian Iqbal senpai mendekati dirinya, lalu dia duduk di sampingnya. Setelah itu dia memberi semangat kepada Juliet, agar terus mencoba dan bangga dengan hasil buatannya sendiri. Juliet pun merasa senang, lalu dirinya kembali bersemangat untuk mencobanya kembali.
Dan hasilnya tidak terlalu buruk dari yang sebelumnya. Tak terasa kegiatan UKM telah berakhir. Juliet berjalan menuruni tangga. Lalu berjalan berdua bersama temannya, mengunjungi sebuah kantin. Suasana kantin hari ini cukup ramai, sebagian mahasiswa duduk menikmati hidangan, sedangkan sebagian lainnya duduk sambil berbincang-bincang.
Ada juga beberapa dari mereka bermain gitar, sambil bernyanyi dengan suara merdu. Disana ada Adi, Adam, Fajar, serta Prasojo duduk di sudut kantin. Kemudian mereka bertiga, melambaikan tangan kepada dua temannya. Setelah itu Ririn dan Juliet berjalan lalu duduk tepat di sekitar mereka.
Sebelum duduk Juliet mampir ke salah satu warung, untuk memesan sebuah minuman dingin. Selesai memesan dia kembali duduk bersama mereka. Namun meskipun mereka adalah teman sekelasnya, dirinya masih merasa canggung. Dia hanya tersenyum sinis, lalu duduk sambil menatap keempat temannya. Lalu Adam pun bertanya.
"Gimana Mas Jul, masih jenuh?" Tanya Adam dengan wajahnya yang berseri-seri.
"Gak tau baru juga mulai," kata Juliet.
"Kalau masih bete, nongkronglah dimari bareng kita-kita," kata Prasojo.
"Iya bang, elu mah menyendiri terus. Duduk di pojokan lantai tiga, awas kesambet luh bang." Kata Fajar, dengan nada menakut-nakuti.
"Dilantai tiga sinyal wiifi kenceng, makanya gue betah."
"Dikantin malah lebih kenceng, iyah enggak di?"
"Oh iyah betul sekali Adam," kata Adi.
Beberapa menit kemudian pesanannya telah tiba. Lalu mereka mulai berbincang-bincang, hingga pukul sembilan malam. Rasa ngantuk telah merasuki dirinya, sudah saatnya bagi Juliet untuk pamit. Kemudian Prasojo menawarkan tumpangan kepada dirinya. Juliet pun menolak, sebab dirinya tidak ingin merepotkan siapapun.
Jika ingin berkunjung, mungkin Juliet akan mengajaknya di lain waktu. Kemudian dia mulai berjalan menelusuri lorong, lalu melangkahkan kakinya keluar gerbang. Juliet berjalan menelusuri jalan trotoar seorang diri. Jalanan yang gelap, tidak mengurungkan niatnya untuk kembali pulang.
Beruntung masih banyak kendaraan umum yang melintas. Sehingga dia bisa melihat, setiap sudut jalan dengan jelas. Sekian lama di perjalanan akhirnya dia sampai, lalu dia berjalan masuk dan menguncinya. Kemudian dia menghembuskan nafas panjang, seketika tubuhnya terasa lemas, setelah melihat pakaiannya yang masih tergantung di depan rumahnya.
Lampu di rumah Dedi belum menyala sejak pagi. Sepertinya dia sedang lembur di tempat kerjaannya, sehingga dirinya tidak sempat untuk pulang. Dedi ini sungguh merupakan seorang pria yang pekerja keras. Seluruh waktu yang dia gunakan, hanya untuk bekerja.
Kemudian Juliet berjalan lalu memasuki rumah. Selesai berganti pakaian, dia langsung pergi keluar untuk mengambil baju. Setelah itu dia pun menyetrika baju, lalu memasukannya ke dalam lemari. Dua jam telah berlalu tak terasa hari sudah semakin gelap. Juliet sangat kelelahan, lalu ketika dia berbaring diatas kasur dirinya langsung tertidur pulas.
Bạn cũng có thể thích
bình luận đoạn văn
Tính năng bình luận đoạn văn hiện đã có trên Web! Di chuyển chuột qua bất kỳ đoạn nào và nhấp vào biểu tượng để thêm nhận xét của bạn.
Ngoài ra, bạn luôn có thể tắt / bật nó trong Cài đặt.
ĐÃ NHẬN ĐƯỢC