Tải xuống ứng dụng
25.8% Bonoki / Chapter 40: Yang sebenarnya terjadi

Chương 40: Yang sebenarnya terjadi

Pagi yang indah disebuah terminal kota Bekasi. Suara mobil mulai bergemuruh, serta aroma bensin yang menyengat di pagi hari. Orang-orang mulai berjalan untuk memulai aktivitasnnya. Ada yang pergi ke pasar, memeriksa kondisi kendaraan, menaiki kendaraan umum, dan lain sebagainya. Sudah saatnya bagi seorang pemuda, untuk memulai aktivitasnya.

Pemuda itu bernama Syamsudin, seorang pengangguran yang menyandang gelas sebagai "Panjang Tangan". Gelar ini ia dapatkan, ketika dirinya menduduki bangku SMA di salah satu sekolah terkenal di kota itu. Waktu itu dia berhasil mencuri phonsel milik salah satu siswi disana. Bukan hanya itu, dia berhasil menjamah seluruh isi dompet milik salah satu pengguna jalan.

Sebenarnya dia tidak ingin melakukannya. Namun karena masalah ekonomi yang melanda keluarganya, serta desakan dari pihak sekolah, maka terpaksa ia harus melakukannya. Syamsudin bukanlah anak yang cerdas, sehingga ia tidak mendapatkan beasiswa dari pihak sekolah. Sepulang sekolah selain mencuri ia bekerja sebagai tukang parkir di kawasan mini market.

Itu semua tidaklah cukup, maka dia mencari penghasilan tambahan sebagai seorang pencopet. Dia sering beraksi saat orang-orang tertidur lelap. Sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga. Begitulah pribahasa sedang ia rasakan, ketika aksinya terbongkar oleh salah satu CCTV di sekolahnya. Mengetahui aksinya pihak sekolah langsung mengeluarkannya.

Hari ini dia berencana untuk memulai aksinya, waktu sudah menunjukan pukul setengah delapan pagi. Namun dia belum menemukan mangsa. Orang-orang antusias memegang dan menjaga erat barang berhargannya. Suatu hari terjadi keributam di sebrang terminal. Keributan itu terjadi karena seorang anak punk mengambil sebuah dompet merah terbuat dari kulit.

Kemudian seseorang bertubuh kekar melerai semuanya. Beberapa menit kemudian datanglah seorang wanita, berusia dua puluh delapan tahun berbaju kotak dan celana jins. Rambutnya keriting menjulur ke bawah, namun terikat seperti ekor kuda. Wajah anak punk itu babak belur, namun mereka tidak memperdulikannya. Lalu wanita itu menjelaskan, bahwa dompet itu adalah milik temannya saat tertinggal di dalam bus. Karena panik temannya berteriak dan menunduhnya sebagai copet.

Padahal anak punk itu berusaha untuk mengembalikannya. Samsyudin tidak menyia-nyiakan kesempatan, lalu dia memakai topi, serta penutup wajah. Setelah itu dengan lihainya, Syamsudin berhasil mengambil dompet seorang pemuda, berjaket merah di dalam saku belakang celananya. Lalu ia berjalan secara perlahan seolah-olah tidak ada yang terjadi.

Aksi yang dia lakukan cukup profesional. Sudah sepuluh korban aksinya tidak di ketahui, namun yang dia lakukan hanyalah sebuah trik kecil. Masih banyak trik yang dia lakukan dalam menjalankan aksinya. Setiap langkah kakinya, tak ada seorang pun yang menyadari aksinya.

Dirinya bagaikan berjalan di dalam kegelapan, namun entah mengapa pemuda itu sadar lalu memalingkan wajah ke arahnya. Spontan dia pun berteriak sekencang mungkin, lalu dia beserta warga sekitar berlari dan berusaha untuk menangkapnya. Syamsudin pun langsung berlari sekencang mungkin, menghindari amukan masa.

Lampu pun berganti warna, keberuntungan sedang berpihak padanya. Dengan lincah ia menyelinap diantara celah mobil. Kemudian ia memutar lalu menyelinap diantara padatnya lalu lintas. Sikap individualis, yang dimiliki oleh para pengguna kendaraan memudahkan aksinya.

Kemudian lampu di seberang jalan, berganti warna menjadi hijau. Dengan nekat Syamsudin pun menyebrang, tiba-tiba dia mendengar suara tabrakan. Seketika ia pun menoleh ke belakang. Sekilas dia melihat sebuah mobil truck terangkat ke atas, namun ia pun tidak memperdulikannya. Kemudian dia pun memanjat pagar, salah satu rumah warga. Dia pun bersembunyi hingga aman.

Setelah aman dia kembali memanjat pagar, lalu berjalan menuju tempat tongkrongannya. Tongkrongan itu, berada dekat disebuah perumahan kumuh, samping jalan dekat rumahnya. Samping jalan terlihat sebuah sungai membentang luas. Sungai itu berwarna coklat, mirip seperti coklat panas, yang biasa kalian nikmati ketika hujan.

Disana terdapat berbagai hiasan yang terbuat dari plasti dan sterofom. Plastik itu di sponsori oleh berbagai perusahaan minuman ternama. Sehingga menambah keindahan di sungai. Sekian lama di perjalanan dia pun sampai. Sebelum itu dia ambil seluruh uang yang ada di dompet. Sisanya dia buang di sebuah tong sampah tak jauh dari tempat tongkrongan.

Tongkrongan tak lain adalah bekas pos hansib. Sedangkan pos itu sendiri sudah berpindah lokasi, di tempat yang lebih strategis. Tepatnya di pertigaan jalan utama dengan dua gan kecil. Disana terdapat dua orang temannya, yang sedang menikmati secangkir kopi hitam.

Teman itu bernama Zuki dan Ferdi. Zuki memiliki postur tinggi 165 cm, berbadan cungkring, berkulit sawo matang, serta kedua tangannya yang kekar. Dia memakai baju bengkel motor ternama, berwarna merah bergaris hitam, serta logo bengkel di punggung tempat dia bekerja. Sedangkan Ferdi memiliki tinggi 170 cm, hidung mancung, berbadan kekar, serta memiliki model rambut seperti cucuk.

Hari ini Ferdi memakai baju werpak, berwarna biru berlengan pendek, serta celana bahan berwarna hitam. Sesampainya di lokasi Syamsudin pun langsung memberikan tos kepada mereka. Lalu dia membuat secangkir kopi hitam, dengan satu saset kopi dan dispenser, yang berada di belakang mereka. Setelah itu dia pun duduk diantara mereka, sambil merangkul kedua pundak temannya.

"Coba tebak hari ini, gue dapet berapa?" Kata Syamsudin.

"Palingan elu dapet dua ratus, yakin dah gue," kata Ferdi.

"Jangan begitu elu Fer, paling dia dapet gocap." Menatap wajah kedua temannya, dengan sedikit menyombongkan diri.

"Satu juta bosku." Melepas rangkulannya, lalu mengambil uang hasil curiannya di saku celanannya, setelah itu menunjukkannya kepada mereka berdua.

Mendengar hal itu mereka berdua merasa senang. Rencananya malam ini Syamsudin akan meneraktir mereka, dengan minuman berakohol. Mereka pun semakin tidak sabar untuk menikmatinya. Namun mereka harus menunggu hingga matahari terbenam. Kemudian Syamsudin, menceritakan bagaimana ia melakukan aksinya. Kedua temannya antusias mendengarkan kisahnya. Selesai bercerita kini giliran dua temannya untuk bercerita.

Dimulai dari Ferdi, satu bulan yang lalu ketika ia sedang bekerja. Ferdi berhasil mencuri tiga phonsel, milik karyawan disana. Dia mencurinya ketika Sang Korban, meninggalkan phonselnya ketika sedang mengisi daya, bersama karyawan yang lain. Tempat itu adalah tempat biasa bagi mereka untuk mengisi daya. Sempat menjadi perdebatan, ketika berada di dalam bus mobil jemputannya.

Satu persatu karyawan di periksa, seluruh isi dari kantong dan tas di keluarkan satu persatu.Namun hasilnya nihil, sehingga pihak korban harus merelakannya. Aksinya dia lakukan tidaklah sendiri, melainkan temannya yang berprofesi sebagai satpam. Sehingga temannya bisa menghapus segala bukti di kamera CCTV.

Sungguh aksi yang cukup cerdas yang mereka berdua lakukan. Setelah menjalankan aksinya, mereka berdua menjualnya pada salah satu deler phonsel ilegal. Setiap penjualan, mereka berhasil mengantongi uang sebesar sepuuh juta rupiah. Terkadang mereka hanya mendapatkan tiga bahkan empat juta rupiah. Semua itu tergantung dari kualitas phonsel tersebut.

Sedangkan Zuki dia adalah salah satu begal yang bengis dan kejam. Biasanya dia menjalankan aksinya ketika semua orang sedang tertidur lelap. Sekali aksinya, dia berhasil mendapatkan sebuah motor beserta barang berharga milik korban. Jika korban yang ia temui adalah seorang wanita, maka ia tak segan-segan untuk memperkosannya. Kemudian ia bunuh dan dikubur secara tidak layak.

Syamsudin pun pernah terlibat dalam aksinya, keuntungan yang ia dapatkan lebih besar dari hasil mencopetnya. Bahkan dia pernah membunuh, bahkan memutilasi korbannya hingga tak dikenal. Pekerjaanya sebagai seorang montir, yang Zuki lakukan, tak lain hanyalah kamuflase belaka. Ketika ia sedang bekerja tanpa sepengetahuan karyawan yang lain.

Zuki mengambil informasi seputar alamat korban. Setelah mengetahui alamat korbanya, dia pergi bersama komplotannya, untuk merampok rumah korban. Begitulah kisah bengis dari ketiga penjahat, yang sedang bersenang-senang diatas penderitaan orang lain. Tak terasa hari sudah berganti malam. Sudah saatnya bagi Syamsudin untuk meneraktir kedua temannya, di salah satu bar di pinggiran kota Bekasi.

Lebih tepatnya bar itu berada di samping jalan, tak jauh dari pantai. Di tempat itu tak hanya menyediakan minuman alkohol, melainkan beberapa obat terlarang, yang dijual secara ilegal. Sudah delapan tahun lamanya transaksi itu berjalan. Namun sampai sekarang transaksi itu belum terbongkar.

Sebelum berangkat dia membersihkan diri terlebih dahulu, lalu dia pun pergi untuk mampir ke rumah temannya. Setelah itu Syamsudin bersama temannya, pergi ke bar dengan dua buah sepedah motor. Sesampainya disana Syamsudin bersama tiga temannya, duduk di kursi depan, lalu mereka pun berpesta pora.

Beberapa wanita cantik, serta minuman berakohol menghiasi kebahagiaan mereka. Tanpa mereka sadari ada sosok berbaju merah mengikuti mereka. Sosok itu adalah seorang wanita cantik, ia menggunakan kebaya merah dengan motif bunga, selendang kuning, kedua kakinya diselimuti oleh kain batik berwarna coklat, berambut panjang, dan menggunakan mahkota terbuat dari emas. Dia memiliki mata berwarna merah, berkulit putih, dan berhidung mancung. Serta mengenakan mahkota.

Sosok itu tak lain adalah Kirana, Sang Ratu Buaya penguasa seperempat wilayah Jawa Barat. Wilayahnya meliputi kota Cirebon hingga Bekasi. Sosoknya menjadi legenda karena kesaktiannya, serta sosoknya yang misterius bagi para makhluk gaib. Sudah seribu tahun lamanya, Kirana tidak keluar dari jangkauan istana.

Kini karena suatu alasan dia berani keluar istana, bahkan berani pergi seorang diri, bersama teman manusiannya yaitu Juliet. Sejak kejadian yang dialami oleh Juliet, dia terus mengikuti Syamsudin kemanapun ia pergi. Sekarang dia duduk diatas atap, lalu menatap Syamsudin sambil tertawa. Lalu dia pun berkata.

"Ara-ara coba kita lihat, manusia seperti apa yang berani berbuat jahat pada Juliet." Duduk menyilangkan kaki, salah satu tangannya memegang dagu.

Pandangannya hanya tertuju, pada orang yang sudah mengambil dompetnya. Tiba-tiba dari samping kanan munculah sosok kuntilanak. Kuntilanak itu memakai baju terusan berwarna putih, berambut panjang, menggunakan jepit rambut berbentuk bunga matahari, di samping kanan. Dia bermata sipit berwarna coklat, serta parasnya yang cantik. Jika dilihat dengan indra ke enam, wajahnya mirip sekali dengan penyanyi youtuber asal Negeri Ginseng, yaitu "Lee Raon".

"Sedang meminta tumbal?" Tanya kuntilanak itu.

"Tidak hanya sedang mengamati, ngomong-ngomong bagaimana keadaan Juliet?"

"Tanpaku beritahu sepertinya, Ratu Sudah tau."

"Begitu yah, sungguh pria yang malang. Sudah aku bilang sebelumnya, jangan memanggilku Ratu. Cukup panggil nama depanku saja."

"Baiklah terserah, jadi apa kamu sudah menemukan dompetnya?" Tanya kuntilanak.

Kemudian, Kirana pun memegang dan menunjukkan dompet di belahan oppai-nya (Payudara). Sepertinya dia sangat bangga sekali dengan ukuran, yang ia miliki. Melihat hal itu dia menarik nafas panjang, lalu menunduk sambil menghembuskannya. Setelah itu Kuntilanak pun bertanya, tentang mengapa Kirana sampai melakukan hal itu.

Kirana pun tertawa lalu dia memberitahu, bahwa suatu saat nanti dirinya akan segera mengetahuinya. Kuntilanak itu penasaran, namun tak ada yang bisa dia lakukan, selain menikmati kisah yang sedang berlangsung, di depan mata. Lalu Kirana bertanya.

"Sekarang ceritakan padaku, seperti bagaimana dia tinggal, apa favoritnya, dan apa saja yang dia lakukan selama hidupnya." Memegang dagu sambil Syamsudin.

"Sudah aku duga kamu akan bertanya seperti itu. Baiklah aku akan memperkenalkanmu, pada tiga narasumber terpercaya. Kalian bertiga keluarlah!"

Dari samping kiri, munculah tiga makhluk halus di balik kegelapan. Tiga makluk itu adalah genderuwo, pocong, dan terakhir sosok berkulit merah dengan sebuah tanduk. Mereka memiliki tinggi 150 cm, wajah dan tampilan mereka seperti remaja berusia 12 tahun. Mereka pun menghampiri Kirana, lalu memperkenalkan diri.

"Sampurasun Nyai, perkenalkan aku adalah Susi," kata kuntilanak.

"Perkenalkan saya Bode, yang berarti Bojong Gede." Selesai berbicara, sosok bertanduk pun tertawa terbahak-bahak secara tidak jelas.

"Baiklah, selanjutnya." Menatap Bode, dengan ekspresi wajah sedatar mungkin.

"Aku adalah sosok yang paling di takuti, diseluruh Nusantara. Kehadiranku membawa teror dan ketakutan, di kalangan masyarakat. Dan aku adalah.."

"Suep!" Kata Susi den Bode, sambil menarik tali serta kain kafan hingga terlepas.

Kirana dan Kuntilanak itu tertawa terbahak-bahak, ketika melihat wujud asli di balik balutan kain kafan. Sosok itu berkepala botak, berkulit pucat, mata seperti panda, serta sebuah kain putih yang menutup selangkangannya. Suep pun merasa malu karena di perlihatkan sosok aslinya secara paksa.

Namun dia kembali tegar, lalu berdiri dengan rasa bangga. Setelah itu mereka pun bercerita tentang kehidupan Syamsudin. Kirana pun mendengarkan cerita mereka dengan serius. Sedikit demi sedikit, aura tubuh Kirana mulai berubah.

Sebelumnya terlihat netral kini terlihat seperti sosok iblis yang meminta tumbal. Seluruh bagian matanya berubah menjadi merah. Kukunya memanjang, gigi taringnya memanjang, dan sebagian kulitnya mulai berubah menjadi kulit reptile. Dinginnya udara serta ganasnya dentuman ombak, membuat suasana semakin mencengkram.

Tiga makhluk itu menjadi sangat ketakutan, sedangkan Kuntilanak itu memperhatikan Syamsudin dengan santai. Semua yang dia lakukan saat ini, semata-mata hanya untuk mengekspresikan rasa senangnya. Sebab dia sudah tau apa yang harus dia lakukan. Lalu Kirana pun bertanya.

"Ini sangat menarik. Hei kalian bertiga, kalian masih pemula bukan?" Menatap mereka dengan wajah mereka bertiga.

"Iyah." Jawab mereka bertiga dengan tubuh gemetar.

"Baiklah kalian semua bantu aku, lalu aku akan tunjukan bagaimana caranya menakut-nakuti hingga mampus!" Menatap mereka bertiga, dengan wujudnya yang mengerikan, lalu tertawa dan bertingkah layaknya psikopat.

Tiba-tiba petir pun bergemuruh diangkasa. Semua orang di luar bar masuk ke dalam, sedangkan mereka berlima duduk diatas atap sambil tertawa. Sepertinya sebentar lagi, Syamsudin beserta dua temannya akan mengalami hal buruk. Sebelum itu terjadi semoga mereka bertiga segera menyadari kesalahannya masing-masing.


SUY NGHĨ CỦA NGƯỜI SÁNG TẠO
Tampan_Berani Tampan_Berani

Berani berbuat, berani bertanggung jawab. Itulah yang akan segera terjadi padanya. Jangan lupa komentarnya :D

Chương 41: Yang sebenarnya terjadi 2

Hujan turun dengan lebatnya, semua orang masuk ke dalam. Para pengendara roda dua menepi ke sisi jalan, mencari perlindungan dari derasnya hujan. Binatang malam pun kembali memasuki saranggnya. Melodi indahnya malam mulai tidak terdengar oleh kilatan petir. Mendengar suara kilatan Sang Ilahi, membuat sebagian orang merasa ketakutan. Seketika mereka teringat akan dosa yang diperbuat sebelumnya. Lalu merafalkan doa agar tidak terkena amarah Sang Langit. Kecuali sekumpulan manusia, yang berada di sebuah bar pinggiran kota.

Sudah tengah malam, namun mereka masih saja berpesta pora dengan sebotol miras. Terkadang ada beberapa dari mereka, mencapurnya dengan obat-obatan. Bersenang senang dalam kenikmatan, dibawah naungan kejahatan. Aroma tembakau menghiasi setiap sudut ruangan. Sebotol miras sudah ia nikmati seorang diri, disamping kanan dan kiri terdapat dua orang gadis cantik menemani dirinya. Berkali-kali ia melakukan hal mesum kepada kedua gadis itu.

Namun kedua gadis itu menikmatinya selama dirinya terus membayarnya. Lalu kedua gadis itu pergi untuk memenuhi sebuah panggilan. Kemudian ia melirik, ke arah jendela tepat berada disamping kirinya. Tampak seorang gadis berdiri menatapi dirinya, dibalik kaca yang basah oleh air hujan. Gadis itu menggunakan kebaya merah dengan motif bunga, selendang kuning, kedua kakinya diselimuti oleh kain batik berwarna coklat, berambut panjang, dan menggunakan mahkota terbuat dari emas. Berdiri dan terdiam dengan tatapan kosong.

Sepertinya ia adalah seorang pemain sinden jalanan, yang sedang berteduh dari derasnya hujan. Melihat hal itu Syamsudin memperlihatkan sebotol miras, yang sedang ia nikmati. Dengan sombongnya dia berkata.

"Take a beer dulu neng, nanti mati loh." Menempelkan botol itu ke Jendela, tepat didepan wajahnya.

Kemudian Syamsudin pun kembali ke tempat duduknya, lalu menikmati seteguk miras. Setelah itu kembali melirik ke arah gadis itu. Tiba-tiba gadis itu menghilang dibalik kilatan cahaya. Seketika lampu di bar mulai redup, lalu listrik pun padam. Dua menit kemudian listrik kembali menyala. Tiba-tiba gadis itu berada tepat di hadapannya. Gadis itu duduk sambil menatapnya dengan wajah dipenuhi oleh darah, serta sebongkah daging. Bola matanya keluar, bergelinding tepat mengenai botol mirasnya. Aroma amis yang menyengat telah merasuki hidungnya. Spontan ia pun terkejut lalu terjungkal ke belakang, hingga mengenai temannya Zuki yang sedang melakukan transaksi, dengan seorang pengedar narkoba.

Pengedar narkoba itu berusia sekitar empat puluh tahun. Dia menggunakan kaos merah berkerah, dibalik mantel coklat berlengan panjang miliknya. Zuki langsung membantunya berdiri, lalu mengajaknya untuk ikut serta dalam melakukan transaksi.

"Jadi bagaimana apakah kalian berdua sanggup?" Tanya Sang Pengedar narkoba itu.

"Sanggup untuk apa?" Kata Syamsudin dengan wajahnya yang linglung.

"Biar aku jelaskan. Jadi kita ada bisnis, untuk mengantarkan obat ini kepada salah satu penjabat di kota ini. Selesai memberikan benda itu, kita akan mendapatkan uang sebesar sepuluh juta. Tertarik?"

"Tentu saja, gue gak akan melewatkan kesempatan itu." Memegang miras dengan erat, ditangan kirinya.

Setelah itu Sang Pengedar memberikan sebuah narkoba dengan berat 5 Kg, dalam sebuah kotak. Katanya, mereka berdua boleh menjualnya setelah memberikan pesanan. Selesai berjabat tangan orang itu pergi ke luar, lalu memasuki sebuah mobil Toyota Rush hitam yang sedang diguyur hujan. Kemudian menjalankan mobilnya, pergi meninggalkan bar. Zuki pun teringat tentang kejadian yang dialami oleh Syamsudin.

Dia penasaran lalu bertanya kepadanya, Syamsudin pun menjawab, bahwa apa yang dia alami karena dirinya, masih dalam pengaruh minuman keras. Zuki pun tertawa lalu meledeknya karena satu botol sudah membuatnya mabuk. Syamsudin pun menggelengkan kepala, lalu mengatakan bahwa dirinya sanggup meminum lima botol sekaligus.

Begitulah senda gurau yang dilakukan oleh mereka berdua. Di luar hujan pun mulai reda, sudah saatnya untuk kembali pulang. Sesampainya di rumah, Syamsudin berjalan menuju pintu dengan sempoyongan. Sensasi yang dia dapatkan dari sebotol miras, sungguh tidak membuatnya nyaman. Kepalanya terasa pening, ketika ia melihat ke depan pintunya terbelah menjadi tiga.

Pintu pun terbuka, tiba-tiba dia merasa seperti ada yang memegang pundak kirinya. Saat menoleh tidak ada siapapun disana, lalu dia pun masuk ke dalam. Ketika ia mulai melangkahkan kakinya, sesosok tangan memegang kaki kirinya. Tangan itu berkulit biru pucat, serta memiliki bercak darah yang terlihat seperti baru.

Seketika wajahnya menjadi pucat, dengan sekuat tenaga dia menarik kakinya hingga terlepas. Akhirnya dia pun terjungkal ke depan, hingga kepalanya membentur tembok. Syamsudin pun mengalami luka memar di kepalannya. Kemudian dia pun keluar, tetapi tidak ada siapapun disana, kecuali beberapa motor yang melintas di depan rumahnya. Setelah itu dia berjalan kembali memasuki rumah, lalu berjalan lurus ke arah dapur untuk membasuh mukannya.

Sosok wanita berambut panjang, berbaju terusan berwarna putih berlumuran darah, berdiri di belakangnya. Sosok itu memiliki wajah berlumuran darah, kedua bola matanya tidak karuan, serta dipenuhi belatung. Syamsudin belum menyadarinya. Ketika menatap cermin, dia pun menyadarinya. Seketika jantungnya berdetak begitu kencang, tubuhnya terasa berat untuk digerakan, mengangkat kakinya sendiri pun ia tak sanggup. Dengan sisa tenaga yang ada, dia langsung menoleh ke belakang. Sekali lagi tidak ada siapapun kecuali dirinya.

Dia pun langsung berlari menuju kamarnya, lalu ia pun tertidur. Tiga hari telah berlalu, Syamsudin terbangun dari tidurnya. Kantung matanya menghitam seperti panda, wajahnya pucat tidak seperti biasanya. Sebab dua hari sebelumnya hingga sekarang, dirinya sulit untuk memejamkan mata. Kemudian ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu dia berjalan menuju terminal untuk bekerja.

Syamsudin bekerja sebagai seorang kenek, Bus Turun Bero jurusan Sukabumi. Sekian lama di perjalanan akhirnya dia pun sampai. Kemudian ia berjalan menuju Bus yang sedang terparkir disana. Setelah itu dia pun bersalaman, dengan seorang supir bertubuh gemuk. Sopir itu bernama Guntur, dia sudah bekerja disini selama lima tahun.

"Selamat pagi bos," kata Syamsudin.

"Pagi din, muka elu pucat amat. Habis minum semalam yah?"

"Iyah bos."

"Sial kau, tidak ngajak-ngajak padahal gue lagi pengen." Memegang pundak keneknya.

"Tenang gue ada barangnya, pokoknya ada uang beres." Berbisik sambil memberi jempol kepada bosnya.

"Yasudah ayo kerja, kamu cari penumpang sana." Menunjuk ke arah keramaian di jalan.

Kemudian dia pun berjalan ke arah keramaian, lalu menawarkan tumpangan ke setiap orang yang ia temui. Sedikit demi sedikit dia mendapatkan penumpang, setelah semua bangku terisi, Sang Supir bisa memulai perjalananya. Tak terasa hari sudah gelap, beberapa penumpang yang tak terhitung jumlahnya, berhasil mereka dapatkan. Sepanjang perjalanan Syamsudin selalu menghitung pendapatannya. Setelah dihitung dengan teliti, rupanya hari ini mereka mendapatkan tiga juta rupiah. Guntur pun membagi hasil sebesar satu juta kepada keneknya.

Sungguh pendapatan yang luar biasa hari ini, biasanya satu hari mereka hanya mendapatkan satu juta rupiah. Di tengah perjalanan mereka melintasi sebuah jalan tol. Jalan tol itu sangat sepi, hanya terlihat satu atau dua mobil yang melintas. Tiba-tiba ada seorang pekerja proyek berlari menyebrang jalan. Tanpa sengaja mereka menabrak lalu melindasnya. Guntur pun mulai panik, dia pun menambah kecepatan mobilnya. Syamsudin membuka jendela pintu, kepalanya keluar lalu melihat ke belakang. Namun tak ada mayat yang tergeletak di jalan, lalu ia memberitahu hal itu kepada Guntur.

"Tidak ada mayat atau apapun dijalan bos."

"Serius elu!" Pandangannya fokus ke depan, namun jiwanya diselimuti oleh rasa panik.

"Beneran bos, serius gak bohong!"

"Yasudah lupakan saja, anggap itu angin lalu," kata Guntur.

Tanpa sengaja Syamsudin melihat ke kaca spion yang ada di atas. Kemudian ia merasa, ada seorang duduk di belakang, namun ia tidak percaya begitu saja. Akhirnya dia pun memutuskan untuk memastikannya. Dia pun berjalan seorang diri, menemui sosok yang sedang duduk di kursi belakang. Saat didekati rupanya sosok itu adalah wanita cantik yang sedang memainkan sebuah phonsel. Gadis itu memakai kacamata, berambut panjang, berkulit putih, serta hidungnya yang mancung. Diatas rambutnya terdapat sebuah jepit rambut, dengan motif bunga matahari. Dia menggunakan kaos ketat ungu berlengan pendek, serta menggunakan celana jins biru dongker. Melihat hal itu Syamsudin pun merasa lega, lalu dia bertanya kepada gadis itu.

"Neng disini dari kapan?"

"Sejak dari terminal Sukabumi, memangnya kenapa?"

"Gak apa-apa neng, abang cuman ingin tau."

Mereka berdua pun mulai berbincang, ternyata gadis itu adalah seorang mahasiswi salah satu Universitas di kota Bekasi. Hari ini dia berencana untuk kembali ke kosannya, sebab dia harus segera menemui Dosen untuk menyelesaikan skripsinya. Namun Syamsudin tetap curiga kepada gadis itu, normalnya tidak ada seorang pun duduk di kursi belakang seorang diri. Apalagi di kursi belakang adalah tempat yang pengap dan gelap.

Kemudian dia meminta gadis itu untuk berdiri, dengan polosnya dia menuruti apa yang dikatakan Syamsudin. Dia menatap gadis itu dari ujung kaki hingga kepala. Tidak ada hal yang mencurigakan padanya, dan akhirnya Syamsudin menjadi yakin, bahwa gadis itu adalah manusia.

Kemudian Syamsudin pun duduk disampingnya, lalu perbincangan pun dilanjutkan. Entah mengapa ia menghirup aroma bunga kamboja. Kepalanya mulai terasa pusing, lalu seketika aroma itu menghilang, kemudian aroma itu berganti dengan bau busuk yang sangat menyengat. Seketika aroma busuk itu menghilang, digantikan dengan aroma bunga melati yang entah dari mana. Tiba-tiba ia mendengar suara tawa seorang wanita, terdengar sangat jelas.

Syamsudin pun bertanya kepada gadis itu, apakah dirinya mendengar suara dan mencium aroma itu. Ternyata dia juga menghirupnya. Bersama-sama mereka berdua mencari asal suara dan aroma tersebut, namun mereka tidak menemukannya. Setelah itu mereka berdua kembali duduk. Syamsudin sejak tadi menatapi kedua paha dari gadis itu, lalu pandangannya berpindah menuju bagian yang menonjol. Dia berjalan ke depan lalu berbincang dengan Guntur. Setelah itu ia kembali duduk tepat disampingnya.

Seketika hasrat seksual mulai membakar jiwanya, sedikit demi sedikit akal sehatnya mulai menghilang. Dengan sengaja tangan kananya menyentuh bagian paha gadis itu. Spontan gadis itu terkejut, lalu dia langsung berpindah ke kursi paling belakang. Melihat hal itu Syamsudin meminta maaf, lalu dia beralasan bahwa dirinya ingin memastikan, bahwa dirinya adalah manusia. Dia pun mendekat, dengan nekat Syamsudin memegang oppainya dengan sengaja. Gadis itu langsung menamparnya dengan sangat keras.

"Dasar berengsek, beraninya berbuat seperti itu kepadaku!" Menatapnya dengan amarah, lalu menunjuk tepat dihadapan wajahnya.

"Sudahku bilang, gue cuman ingin memastikan aja bahwa elu manusia." Berjalan secara perlahan, memandang gadis itu dengan sangat mesum.

Kemudian Syamsudin langsung menerkam mangsanya, lalu ia menciumnya sambil menahan pergerakannya. Lidah mereka saling beradu, terkadang ia pun menghisapnya, agar hasrat seksualnya ikut terpancing dalam permainannya. Setelah mangsanya tidak bisa berkutik, tanpa membuang kesempatan dia memegang sebuah gundukan yang ada didepannya. Ketika dia meremasnya, dirinya merasakan sesuatu yang jangal disana. Rasanya dia seperti meremas sesuatu yang basah dan berlendir.

Dia pun menurunkan pandangan, lalu melihat apa yang ada ditangannya. Betapa terkejutnya saat dirinya mengetahui, bahwa yang dia remas adalah sebongkah daging busuk yang dipenuhi oleh belatung.

Seketika seluruh tubuhnya terasa berat, keringat mulai bercucuran, serta ekspresi wajahnya berubah menjadi sangat pucat. Sepuluh menit lamanya ia dalam posisi itu, namun dia belum sempat menatap wajahnya. Sedikit demi sedikit, gadis itu mulai menampakkan wujud aslinya. Tanpa sadar kepalanya mulai bergerak sendiri, dan akhirnya dia melihat wujud asli dari gadis itu. Wajahnya yang rusak, penuh bercak darah, serta belatung membuat Syamsudin semakin ketakutan. Beberapa belatung mulai berjalan menaiki tangannya. Dia langsung melepaskan genggamanya, lalu berlari sekencang mungkin menemui Sang Supir. Sesampainya di depan Guntur pun bertanya.

"Gimana sudah dapet belum? Gantian dong gue juga pengen," kata Sang Supir dengan wajah yang mesum.

"Bos apapun yang terjadi, jangan pernah liat ke belakang." Dengan suara perlahan, serta wajahnya ketakutan.

"Kenapa?"

"Lakukan saja!" Meneriakinya di dekat telingannya.

Supir pun mulai ketakutan, sepertinya Sang Kenek telah mengalami suatu hal yang mengerikan. Namun sebagai seorang manusia dia pun penasaran. Lalu ia melihat ke belakang melalui kaca spion di atasnya. Dari kursi paling belakang, ia melihat sosok pocong duduk disana. Wajahnya hancur, serta kain kafan dipenuhi oleh darah. Tiba-tiba pocong itu terbang lalu mendarat tepat di belakangnya. Seketika wajahnya menjadi sangat pucat, jantungnya berdetak begitu kencang, keringat pun bercucuran hingga membasahi seluruh tubuhnya. Yang ada dipikirannya sekarang adalah bagaimana cara bisa cepat sampai ke terminal.

Guntur pun mulai menambah kecepatannya, lalu Syamsudin memperingatkannya agar tidak gegabah. Jangan sampai dirinya terhanyut dalam permainan setan. Seketika Guntur pun ingat dengan Sang Pencipta, lalu ia pun berdoa agar mimpi buruk ini segera berakhir. Begitulah manusia, ketika Sang Pencipta memberikan kenikmatan, mereka pun lupa. Namun ketika dirinya dalam bahaya, seketika ia mengingatnya. Walau bagaimana pun, ia tetap memberikan rahmat serta pertolongan kepada hambanya tanpa pandang bulu. Tuhan pun menolongnya, di depan sana gerbang tol sudah mulai terlihat. Sosok yang berada di belakang mereka mulai menghilang.

Akhirnya mimpi buruk telah berakhir. Setelah melewati pintu tol, satu persatu penumpang masuk ke dalam. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai terminal. Lega rasanya bisa menghirup udara segar. Rasanya ingin segera cepat sampai, lalu berkemas untuk pulang. Sesampainya di terminal, seluruh penumpang turun satu persatu. Kini sudah saatnya bagi Syamsudin untuk pamit. Guntur pun mempersilahkan dirinya untuk pulang. Selesai membersihkan sampah di dalam, dia berencana untuk menikmati secangkir kopi bersama temannya. Sebelum dia turun dari kendaraannya, Guntur duduk lalu melonjorkan kaki sejenak.

"Syukurlah ini semua sudah berakhir," kata Guntur sambil menatap langit-langit.

Tiba-tiba kedua pintu dan jendela, terkunci dengan sendirinya. Melihat hal itu Guntur mulai panik, lalu ia menggedor-gedor pintu sambil berteriak secara berulang. Namun tak ada satu orang pun yang mendengarnya. Kemudian ia merasa seperti ada sesuatu yang melilit lehernya. Lalu ia memegangnya dengan kedua tangan. Benda yang melilitnya memiliki tekstur yang keras, berlendir, elastis, bergerigi, serta ujungnya yang tumpul. Saat dilihat secara seksama, benda itu ternyata adalah sebuah tulang. Guntur pun mulai ketakutan, lalu dia pun mulai terangkat. Tiba-tiba dia pun ditarik ke dalam kegelapan.

"Tolong! Ampun! Tolong!"

Mobil bus pun bergoyang, setelah beberapa menit goyangan terhenti. Suasana terminal yang ramai, namun tidak ada satu pun orang yang menyadarinya. Entah apa yang terjadi di dalam, tidak ada seorang pun yang tau. Sementara itu Syamsudin kembali pulang dengan menaiki sebuang angkot. Dia berhenti pada sebuah gang, setelah itu melanjutkan perjalanan kembali ke rumah. Sesampainya dirumah, seketika suasana horor pun hilang.

Udara sejuk dimalam hari mulai berhembus sepoi-sepoi. Syamsudin pun mulai mengantuk, lalu ia berjalan masuk ke dalam rumah. Kemudian ia pun tertidur sangat pulas. Keesokan harinya dia terbangun, tubuhnya terasa releks. Setelah semua hal yang terjadi, sepertinya ia bisa melancarkan aksinya. Namun semua itu tidaklah abadi, masih ada hal mengerikan yang akan segera menghampirinya.


SUY NGHĨ CỦA NGƯỜI SÁNG TẠO
Tampan_Berani Tampan_Berani

Begitulah manusia, ketika Sang Pencipta memberikan kenikmatan, mereka pun lupa. Namun ketika dirinya dalam bahaya, seketika ia mengingatnya.

Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C40
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank 200+ Bảng xếp hạng PS
    Stone 0 Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập

    tip bình luận đoạn văn

    Tính năng bình luận đoạn văn hiện đã có trên Web! Di chuyển chuột qua bất kỳ đoạn nào và nhấp vào biểu tượng để thêm nhận xét của bạn.

    Ngoài ra, bạn luôn có thể tắt / bật nó trong Cài đặt.

    ĐÃ NHẬN ĐƯỢC