Juliet berjalan melintasi gerbang. Melangkahkan kakinya seorang diri menelusuri lorong. Setiap langkah kakinya, Juliet terus saja memikirkan dompet miliknya. Di dalam dompet itu, ada sepuluh lembar uang seratus ribu. Tidak hanya itu saja, di dalam dompet itu terdapat KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan kartu ATM. Jika tidak segera ditemukan, dia harus membuatnya sekali lagi. Sayangnya untuk membuat sebuah kartu KTP, dibutuhkan waktu yang sangat lama. Bahkan ada yang sampai berbulan-bulan.
Sebenarnya bisa saja kartu itu jadi dalam waktu seminggu. Namun itu semua membutuhkan uang pelicin yang tidak sedikit. Namanya juga hidup, tidak selalu berjalan sesuai keinginan. Kemudian ia duduk di sebuah bangku panjang yang terbuat dari semen yang dikeringkan. Semen itu berbentuk seperti balok. Suasana dihari pertama memasuki kampus sangat damai. Banyak mahasiswa dan dosen, berlalu lalang membawa sebuah buku dan tas dengan berbagai jenis. Bahkan ada yang ke kampus hanya membawa sebuah plastik berisi buku perkuliahan.
Penampilan mahasiswa di kampus ini terlihat modis. Ada yang mengikuti style barat, Asia, bahkan Timur Tengah. Sedangkan dirinya, hanya menggunakan hodie biru dan merah berseleting, kaos, sebuah kalung kujang, celana jins, dan sepatu casual coklat. Itu pun atas pilihan orang tuannya. Tiba-tiba Wildan duduk disampingnya, lalu ia pun berkata.
"Hey ketua, sendirian aja," merangkul pundakku lalu menepuk sebanyak tiga kali.
"Iyah."
"Gak masuk ke dalam kelas?" Melepaskan rangkulannya.
"Oh, enggak gue lagi pengen disini. Lagian gue lagi PW (Posisi Wuenak)." Tersenyum ke arah temannya.
Setelah itu Wildan bercerita tentang kejadian di pagi hari. Ketika turun dari sebuah angkot, dia melihat banyak sekali orang berkumpul di seberang jalan. Disana terdapat sebuah truk pengangkut pasir, berhenti dengan kondisi body penyok, serta kaca yang retak. Kemudian ada seorang pemuda berjaket merah duduk di aspal. Dia tidak bisa melihat dengan jelas, di sebabkan oleh kerumunan disana. Dia tidak memperdulikannya lalu berjalan memasuki kampus. Sepanjang jalan, dia terus mendengar berita tentang kecelakaan, yang terjadi di depan kampus.
Rumornya Sang Korban adalah mahasiswa dari kampus ini. Mendengar hal itu, Juliet langsung menunjuk dirinya sendiri. Kemudian menatap temannya dengan raut wajahnya yang polos.
"Itu gue."
"Serius? Elu gak apa-apa bro?" Memegang sekujur tubuh Juliet, dengan perasaan panik.
"Hey bisa kau hentikan? Itu membuatku geli," dia merasa geli ketika di sentu oleh temannya, lalu ia menggeser tempat duduknya.
"Maaf, tapi elu gak kenapa-kenapa?"
"Iyah gue baik-baik saja, tidak ada yang terluka." Membentangkan kedua tangannya sambil menatap ke bawah.
Kemudian mereka berdua berdiri, lalu berjalan menelusuri lorong menuju gedung fakultas. Sepanjang perjalanan, sekali lagi Juliet menjelaskan bahwa dirinya tidak terluka. Ketika sebuah mobil truk akan merebut nyawanya, dia menjelaskan bahwa dirinya melihat sebuah cahaya. Mobil itu menabrak cahaya itu hingga terjungkal dan berhenti. Padahal dirinya sudah tau siapa yang sudah menyelamatkannya. Namun ia bersikap seolah-olah tidak tau. Sesampainya di gedung fakultas, mereka berdua menaiki anak tangga.
Ketika sampai di lantai tiga, Wildan pun melanjutkan perjalanannya menuju kelas yang ada di lantai lima. Sedangkan Juliet berjalan ke ruang tiga puluh tiga, berada di depan mata. Pintu kelas terbuka, dia pun menatap sekitar selama beberapa detik. Kemudian Juliet berjalan, lalu duduk dikursi paling belakang. Juliet teringat oleh kenangan buruk semasa sekolah, selama dua belas tahun. Setidaknya dia tidak terbawa oleh arus. Juliet berharap, semoga kehidupan kali ini, kenangan buruk tidak terulang kembali.
Apalagi, kenangan semasa pendidikan di Akademi selama tiga bulan. Di kehidupan baru sebisa mungkin ia mengubur kenangan itu selama mungkin. Sebisa mungkin, keberadaannya tidak terlalu mencolok oleh orang-orang disekitarnya. Menurutnya, ketika seseorang mencapai popularitas. Orang di sekitarnya akan merasa iri, lalu mereka akan mencari kelemahan, lalu menghancurkan-nya hingga berkeping-keping. Dirinya belum siap menghadapinya, sebisa mungkin dia ingin menghindari kepopuleran. Lebih baik fokus belajar, agar kehidupannya menjadi lebih baik.
Suasana dikelas tampak asing, bahkan ia merasa canggung saat melihat teman sekelasnya. Lalu ia mencoba untuk mengakrabkan diri, demgan berkenalan dengan seseorang di depannya. Orang itu bernama Adi, dia berasal dari Bogor. Dia bertubuh gemuk, berkulit putih, serta memiliki style rambut seperti mangkuk. Hari ini ia menggunakan jaket hitam, bergaris biru muda, dengan logo tim Liverpool. Adi pun bertanya.
"Bang lulusan tahun berapa?"
"Oh saya lulusan tahun 2016."
"Kerja dulu yah bang?"
"Begitulah, memang disini kebanyakan lulusan tahun berapa?"
"Barusan gue tanya, rata-rata lulusan tahun sekarang sih."
Mendengar hal itu Juliet merasa malu. Sewaktu kecil, dia telat satu tahun dalam menempuh pendidikan sekolah dasar. Sebab kakeknya melarang karena tubuhnya yang kecil, sehingga para guru khawatir jika terjadi pembullyan pada dirinya. Selama satu tahun ia menempuh pendidikan seorang diri, dengan dibimbing oleh seorang guru privat. Kemudian keluar dari Akademi, maka jika dikalkulasikan umurnya sudah menginjak 21 tahun. Namun ketika pertama kali Adi melihatnya, Juliet terlihat seperti berusia 19 tahun.
Satu jam kemudian pelajaran pun dimulai. Perkuliahan hari ini adalah Bunpou atau tata bahasa. Pelajaran hari ini adalah pengenalan, dan penggunaan partikel partikel (は/Wa) dan (です/Desu). Materi akan dibawakan oleh seorang dosen bernama Ani Sumiyati. Beliau adalah dosen senior yang sudah berusia kepala tiga. Penampilannya terlihat syar'i, kerudung biru, baju terusan berwarna bu, menutupi sekujur tubuhnya. Kebetulan beliau adalah Dosen pembimbing Juliet.
Sebelum mulai menjelaskan materi, Ani Sensei mengabsen setiap murid terlebih dahulu. Seperti biasa, Adam menjadi pusat perhatian ketika dirinya memperkenalkan diri. Rupanya Adam berasal dari kota Banten, alasannya dia ingin berkuliah sambil bekerja disini. Alasan yang cukup masuk akal, mengingat kota Bekasi kaya dengan industri dan lowongan pekerjaan. Juliet pernah mencoba untuk mencari pekerjaan dikota ini, namun dia tidak mendapatkan satu pun pekerjaan disini. Selesai mengabsen, sekarang giliran beliau untuk memperkenalkan diri.
Rupanya beliau berasal dari kota Solo, sekarang ia tinggal di perbatasan Jakarta dan Bekasi. Setelah memperkenalkan diri, dia meminta kami untuk mendengarkan dan mengikuti setiap kosah kata yang beliau ucapkan. Setiap kosah kata diucapkan sebanyak tiga kali, dengan suara lantang. Jika ada pengucapan yang keliru, beliau membantu kami untuk memperbaikinya. Setelah itu pembelajaran yang sebenarnya dimulai. Diawali dari pengenalan dua partikel tersebut. Yang pertama adalah partikel (は/Wa), partikel tersebut berfungsi sebagai penanda atau kata bantu subjek. Bisa juga digunakan sebagai awal dalam suatu topik.
Sedangkan partikel (です/Desu), berfungsi sebagai kata penghalus kalimat. Penggunaan kata tersebut, memperlihatkan kesan hormat kepada lawan bicara. Cara penggunaanya yang pertama, sebelum partikel (は/Wa) di tulis dengan kata benda ke satu atau subjek. Selanjutnya setelah partikel, di tulis dengan kata benda ke dua atau peredikat. Setelah itu di tutup dengan partikel (です/Desu). Contoh kalimat seperti berikut.
Watashi wa gakusei desu.
(Saya seorang mahasiswa).
Begitulah salah satu dari penggunaan partikel tersebut. Ketika perkuliahan berlangsung Juliet mengalami kesulitan dalam memperhatikan materi di depan. Pandangannya terhalangi oleh sebuah diding, tak lain tubuh temannya Adi. Sehingga ia harus sedikit menyerong ke kanan dan kiri, untuk bisa melihat serta mencatat materi.Tingkahnya yang pecicilan membuat Juliet jengkel. Seketika pandangannya tertuju dengan apa yang ada di bawah. Rupanya itu adalah sebuah bokong yang terlihat seperti celengan. Semua itu di sebabkan oleh tubuhnya yang gemuk serta baju dan celananya yang sempit. Sebelum duduk ia lupa untuk mengangkatnya, sehingga celengannya terlihat.
Kemudian kedua teman di sampingnya, memasukan sebuah kertas ke dalam celengan. Mereka berdua bernama Fajar dan Prasojo. Fajar memiliki postur tubuh yang seimbang, berkulit sawo matang, berambut ikal, serta alis dan bibirnya yang tipis. Sedangkan Prasojo memiliki postur tubuh yang sedang, kedua tangannya yang kekar, berkulit hitam, berambut mohak, serta bibir dan alisnya yang tebal. Spontan Adi langsung melirik ke belakang dan dia pun tertawa.
Setelah itu ia mengangkat celananya, hingga celengannya tidak terlihat. Melihat tingkah mereka berdua, membuat Adi merasa malu dan canggung. Lalu Adi kembali fokus ke depan. Keusilan mereka berdua tidak sampai disitu saja. Mereka memantulkan cahaya cermin pada jam tangan, lalu menggerakkannya kesana kemari bagaikan kucing dan anjing. Seketika seluruh teman di kelasnya, memperhatikan cahaya itu lalu kembali fokus, ketika Ani sensei berbalik arah. Tak terasa jam pertama telah berakhir, lalu Juliet pergi keluar untuk membeli susu kotak di luar gerbang. Jarak dari fakultas menuju kantin cukup jauh, sehingga ia terpaksa untuk membelinya di luar.
Setelah membeli minuman, ia mampir untuk membeli lima tusuk CILOR (Aci Telor). Kemudian ia membawanya ke lantai tiga untuk dinikmati seorang diri. Sesampainya di lantai tiga, Juliet duduk disebuah kursi panjang terbuat dari besi. Banyak sekali mahasiswa berlalu lalang sekitar koridor. Ada juga sebagian dari mereka, duduk bersila sambil melihat pemandangan dibalik kaca. Setelah itu duduklah dua orang mahasiswa tepat di sampingnya.
Yang satu menggunakan batik coklat, berjaket biru, serta celana jins hitam. Dan yang satunya lagi, berambut ikal, berkacamata, kurus, menggunakan jaket putih, dan celana jins coklat. Kemudian Juliet pun berkenalan dengan mereka. Jaket biru bernama Dandi, dan yang satunya bernama Leo. Mereka berdua mahasiswa Sastra Jepang, dari semester pertama kelas B. Mereka bertiga pun berbincang seputar kampus dan kampung halaman. Lima belas kemudian mereka berdua kembali memasuki kelasnya masing-masing. Begitu juga dengan dirinya.
Sambil menunggu kedatangan Sang Dosen, Juliet pun tertidur di atas bangku, dengan cara melipat tangan lalu membaringkan kepala di atasnya. Sekian lama ia menunggu, akhirnya Ani sensei memasuki kelas. Namun sebagian mahasiswa belum berada di tempatnya. Disudut kiri hanya tersisa diriku seorang, lalu perkuliahan pun dimulai. Materi selanjutnya adalah penggunaan partikel (か/Ka), partikel (の/No), dan terakhir bentuk negatif.
Partikel (か/Ka) berfungsi sebagai kata tanya, biasanya partikel ini digunakan pada kalimat tanya. Untuk partikel (の/No), digunakan sebagai penghubung kata benda. Sedangkan bentuk negatif adalah bentuk yang di pakai sehari-hari, dalam bentuk sebuah penolakan. Contoh penggunaanya sebagai berikut.
"Anata wa gakusei desuka?"
(Apakah kamu seorang mahasiswa)
"Watashi wa gakusei jaarimasen. Watashi wa IMC no shain desu."
(Saya bukan mahasiswa. Saya pegawai IMC)
Dua puluh menit kemudian, masuklah para mahasiswa yang sejak tadi berada di luar. Melihat hal itu, Ani sensei menatap dingin lalu menggelengkan kepala. Setelah itu beliau melanjutkan materinya, sementara Juliet sejak tadi memperhatikan papan tulis, lalu menulis materi yang disampaikan oleh Dosen. Fajar meminta Juliet untuk berbagi catatan dengannya. Dengan senang hati Juliet memperlihatkan catatanya, sambil menjelaskan bagian yang ia tidak mengerti. Sementara Prasojo tertidur di kursi paling belakang.
Di sisi yang lain Adam duduk diantara para mahasiswi, lalu melihat catatan mereka untuk di tulis. Sesekali Juliet melirik ke arah Adam, dia menatap sinis dari kejauhan. Tak terasa waktu sudah tengah hari, perkuliahan pun telah usai. Sebelum pulang Ani sensei pun berkata.
"Ingat untuk menguasai bahasa asing, kuncinya ada dua yaitu input dan output. Input didapatkan dengan cara melihat dan mendengar. Sedangkan output, kalian harus menulis dan juga mengucapkannya. Dan satu lagi, kalian sudah menjadi mahasiswa. Kalau bisa buang sifat jelek kalian ketika semasa sekolah." Merapihkan bukunya.
Setelah itu perkuliahan diakhiri dengan berdoa. Selesai perkuliahan Juliet berjalan menuruni anak tangga, lalu berjalan menelusuri lorong menuju gerbang. Banyak sekali para mahasiswa berjalan menuju parkiran tepat di samping lorong. Sambil berjalan ia mengamati sekitar, namun suasana di sekitar yang ramai, membuat dirinya merasa canggung. Dia menundukkan pandangannya, lalu berjalan secepat mungkin hingga sampai ke rumah. Sesampainya di kontrakan, Juliet masuk ke dalam lalu ia pun berganti pakaian dan tidur. Sungguh hari yang berat, apalagi ia harus belajar merelakan dompenya yang di curi.