Tải xuống ứng dụng
19.35% Bonoki / Chapter 30: Nonton bareng Kirana

Chương 30: Nonton bareng Kirana

Tak terasa dua bulan telah berlalu, hasil ujian telah keluar. Sudah saatnya diriku melihat hasilnya. Ketika tengah malam aku melihat hasilnya, ternyata hasilnya tidak jauh berbeda dari yang kemarin. Sungguh aku benar-benar kecewa melihatnya, padahal siang dan malam diriku fokus untuk belajar. Pada akhirnya kerja kerasku berakhir dengan sia-sia, sepertinya Sang Pencipta ingin menuntunku ke suatu tempat. Untuk mengurasi rasa kecewa, aku memutuskan untuk tidur. Keesokan harinya saat pagi hari aku menjaga toko. Selama berjaga aku melakukan kegiatan seperti biasa, selesai menyelesaikan tugasku, aku langsung berlatih menulis. Berbagai macam kertas, telah ku tulis dengan huruf hiragana termasuk buku kasbon.

Terkadang Papah merasa terganggu saat melihat tulisanku di buku kasbon. Terkadang aku merasa bersalah atas hal itu. Dua jam telah berlalu, kulihat waktu sudah menunjukan pukul tengah hari. Setelah ini seharusnya aku bergantian dengan mamahku, karena keluargaku sedang menghadiri acara pernikahan, terpaksa bagiku untuk menunggu hingga sore hari. Kulihat sejak tadi, kedua orang tuaku mondar-mandir mempersiapkan surat dan perbekalan di jalan. Untuk menghilangkan rasa jenuh, aku membuka salah satu situs anime. Setelah itu aku menontonya dengan ditemani berbagai macam cemilan. Tiba-tiba ada seorang wanita datang menghampiriku, spontan sebagai seorang pedagang aku harus melayaninya dengan baik.

Kulihat ia memakai kaos putih, rok floral, sneakers, jaket denim, sepatu dan kaos kaki putih. Dia memiliki rambut hitam panjang, yang menjulur ke bawah lalu ia memiliki kulit seputih salju. Saat kuperhatikan sepertinya aku mengenalnya, lalu aku pun teringat akan identitasnya. Rupanya wanita itu adalah Kirana, penampilannya membuatku tidak sempat mengenalinya. Dia terlihat seperti gadis yang berumur 20 tahun. Kemudian ia duduk di bangku panjang, lalu kedua tangannya berada di atas etalase, setelah itu pandangannya tertuju pada anime yang sedangku tonton. Lalu aku pun bertanya.

"Kirana sedang apa kamu kemari?"

"Hey bisakah kau berhenti bicara, jika ada orang lain yang melihatnya. Orang lain akan menganggamu gila loh.." ujarnya.

Tiba-tiba mamahku datang, lalu dia langsung mengambil cermin yang ada di dalam etalase. Kemudian mamah melihat ke arah tempat Kirana berdiri, lalu mamah menepuk pundakku dengan keras.

"Kamu nonton kartun terus, bukanya diladangin. Neng mau beli apa?" tanya mamahku.

"Oh enggak saya enggak beli.." jawabnya dengan kebingungan serta panik.

"Dia bukan pembeli mah, kenalin namanya Kirana teman semasa SMP" sambil menjulurkan tangan kanan ke arah Kirana.

"Salam kenal tante, maaf mengganggu" sambil mencium tangan.

"Kamu gimana sih, ada tamu bukannya dikasih teh gelas"

"Iyah mah" jawabku.

Setelah memberikan minum, mamah meminta Kirana untuk meminumnya. Kirana tampak kebingungan, dengan berinisiatif aku mencolokkan sedotan ke minumannya. Kemudian aku menyuruhnya untuk meminumnya, dengan terpaksa ia pun meminumnya. Ketika ia meminumnya, seketika mimik wajahnya berubah menjadi cerah ceria, lalu ia meminumnya sampai habis. Melihat hal itu mamah pun terheran-heran, padahal itu hanya minuman biasa tetapi kenapa, bersikap seperti itu. Lalu aku memberi seribu alasan agar mamahku tidak curiga. Lima menit kemudian, datanglah sebuah mobil Avansa hitam lalu keluargaku langsung memasuki mobil. Sebelum berangkat mamah meminta maaf kepada Kirana, karena ia tidak bisa menemaninya.

Lalu ketika keluargaku sudah berangkat, tingkahnya berubah seratus delapan puluh derajat. Dia mulai panik lalu melihat kesana kemari, seperti orang yang tersesat di hutan. Setelah itu dia terkejut, melihat bayanganya sendiri di bawah sinar matahari. Aku langsung menarik tangannya, lalu memintanya untuk duduk sambil menenangkan diri. Karena penasaran aku pun bertanya.

"Ada apa?"

"Kok ibumu bisa melihatku? Terus tadi kok ada bayangan?" ujarnya dengan panik.

"Mana aku tahu, bukannya kau sendiri yang menampakkan diri?"

"Aku tidak menampakkan wujudku di permukaan, seharusnya selain kamu tidak ada yang bisa melihat wujudku. Padahal aku baru saja mengluarkan 20% kesaktianku, agar muncul ke permukaan. Dan juga saya belum sempat menggunakan kalungmu" kata Kirana.

"Sudah tidak apa-apa, lain kali harus berhati-hati jika tidak ingin dilihat orang" saranku.

"Baiklah, sepertinya setelah ini aku akan menyelidikinya"

"Ngomong-ngomong ada apa kamu kemari?"

Keperluannya datang kemari adalah untuk menyelidiki, kejadian yang terjadi beberpa bulan yang lalu. Setelah insiden penyerangan yang dilakukan oleh makhluk itu, memakan korban jiwa. Kirana baru pertamakali merasakan hal seperti itu, sebab sejatinya bangsa Jin atau dedemit, tidak bisa musnahkan begitu saja. Bahkan makhluk itu dapat memangsa dedemit, hingga tak bersisa. Namun saat diselidiki, ternyata makhluk itu adalah temanya dari ras kuntilanak.

Dia bernama Rohatin, dulu dia sangat menentang sekali yang namanya pesugihan. Lalu dia sempat juga berkampanye siang dan malam, tentang hidup berdampingan dan berbagi kasih antar makhluk hidup. Gerakan itu didukung langsung oleh Kirana, dan hasilnya hampir 80% dedemit mulai mengikutinya. Berkat usahanya selama sepuluh tahun ke belakang, kampungku jarang sekali ada gangguan spiritual. Jika suatu saat terjadi, itu biasa dilakukan oleh para sekte pemuja Iblis. Menurut kabar burung yang beredar, semakin hari anggota sekte pemuja iblis semakin bertambah, bahkan ada manusia yang menjadi pengikutnya. Bangsa iblis itu sendiri berada di sebuah dimensi yang tidak diketahui. Untuk menyelidiki hal itu, Rohatin memutuskan untuk mengembara seorang diri.

Sebelum pergi Kirana menitip pesan kepada Rohatin, jika terjadi sesuatu segeralah kembali. Namun ketika ia muncul kembali, dia berbeda dari yang sebelumnya. Dan sekarang dia mati dalam keadaan mengenaskan. Mendengar hal itu, aku merasa bersalah sebab makhluk yang aku bunuh adalah sahabatnya sendiri. Kirana memaklumi atas tindakanku itu, bahkan dia berterimakasih kepadaku. Berkat jasaku para dedemit diwilayah kerajaannya, mengenalku sebagai seorang pahlawan. Mereka berjanji tidak mengusik, menghormati dan melindungi tujuh keturunanku. Lalu aku berkata.

"Mereka terlalu berlebihan, lagipula aku melakukan hal ini karena tidak sengaja"

"Meskipun begitu jasamu itu besar, jadi menurutku terima saja. Rakyatku tidak sepenuhnya makhluk jahat kok" ujarnya.

"Yasudah terserah.."

"Ngomong-ngomong soal insiden itu, apa kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi? Dan bagaimana ia bisa menjadi makhluk seperti itu?" tanya Kirana.

"Gue juga enggak tahu, yang pasti adikku sering diganggu. Lalu aku tidur dan bermimpi seperti itu, dan aku tidak menyangka bisa terjadi hal seperti itu"

"Begitu yah, tapi jika kau tahu sesuatu cepat beritahu aku"

"Ok, baiklah"

Selesai berbincang, kami pun melanjutkan menonton anime di balik layar monitor. Anime yang sedangku tonton hari ini adalah "School dxd". Kulihat Kirana sangat menikmatinya, aku merasa tidak enak lalu mengajaknya, untuk masuk ke dalam dan duduk disampingku. Kirana pun menolaknya, dia merasa nyaman dengan posisi duduknya, meskipun dia harus melihatnya dengan sedikit menyamping. Tak terasa sudah tiga episode sudah kami tonton, kulihat dia tak henti-henti menikmati cemilan yang aku berikan. Sebab ia baru pertamakali merasakan makanan manusia, biasanya di kerajaan dia hanya memakan daging, sayur dan buah. Menurutnya memakan hal seperti itu secara berulang, terasa sangat membosankan. Lalu ia pun bertanya.

"Ara-ara, rupanya kamu menyukai genere yang seperti itu" godanya.

"Berisik, semua laki-laki menyukainya tahu" ujarku dengan wajah memerah.

"Apa tidak masalah nonton anime yang seperti itu, di tempat terbuka?"

"Santai lagi, lagian mereka tidak akan melihatnya" kataku.

"Ya ampun, percaya diri sekali. Oh iya dari dulu aku penasaran, apa bedanya anime dengan kartun?"

"Menurutku anime dan kartun adalah gambar yang bergerak. Tetapi ada yang membedakan antara anime dan kartun, yaitu serial ceritanya. Anime memiliki variasi cerita, sedangkan kartun lebih kepada selipan humor sehari-hari. Maka kartun lebih cocok untuk anak-anak. Ya masa anak TK, misalkan disuguhi tontonan seperti anime School dxd. Gak mungkinlah, nanti yang ada mereka berubah jadi bocah mesum" ujarku.

"Ha.ha.ha kamu benar, bahaya juga yah. Hmm.. sekarang aku paham. Denger-denger kamu rencananya mau kuliah, mau kuliah dimana?"

"Pengennya sih di Universitas Pajajaran, karena tidak lulus ujian rencananya mau kuliah di Bekasi, masuk Universitas Sayuti Melik"

"Hmm Bekasi yah, boleh aku ikut denganmu?"

"Hah ngapain?"

Kemudian ia menjelaskan semuanya, rupanya alasan dirinya untuk mengikutiku tak lain adalah menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi. Dia berharap bisa menemukan sesuatu, jika dirinya ikut denganku. Tetapi bukan itu tujuan sebenarnya, melainkan keluar dari istana sebab sudah bertahun-tahun ia berada disana, sehingga dia merasa bosan dan ingin keluar untuk melihat hal baru. Dia berjanji kepadaku, bahwa dirinya tidak akan ikut campur, kecuali aku yang memintanya. Lalu dia juga berjanji tidak akan mengganggu privasiku. Kemudian aku mengijinkannya, lagipula ia bukanlah makhluk jahat. Tak terasa hari sudah menjelang sore, selesai menonton anime dia pamit untuk pulang. Sebelum pulang dia sekali lagi ia mengucapkan terimakasih kepadaku, lalu dia memberitahuku jika terjadi sesuatu, aku tinggal memanggil namanya.

Setelah memanggil namanya, spontan ia langsung muncul ke permukaan. Metode itu ia berikan khusus kepadaku, aku tidak terlalu menanggapinya. Sebab terlalu sering menggunakan jasanya bukan hal bagus. Disisi lain aku pun penasaran, mungkin kapan-kapan aku akan memanggilnya. Kemudian ketika suasana di jalan sedang sepi, ia pun menghilang dibalik butiran cahaya. Satu jam kemudian keluargaku sudah kembali pulang, kulihat wajahnya terlihat kelelahan. Lalu papahku langsung bersiap-siap untuk menutup warung, sedangkan aku masuk ke dalam rumah untuk beristirahat. Selesai makan malam, kedua orang tuaku bertanya mengenai Kirana. Mereka penasaran tentang dirinya, sebab ketika semasa sekolah diriku tidak pernah bercerita apapun kepada mereka. Apalagi mengenai hubungan percintaan. Lalu aku pun berkata.

"Sudah kubilang berkali-kali, dia itu cuman temen. Lagian lebay amat, gimana kalau bawa calon mantu" ujarku.

"Gimana sih ya, soalnya mamah baru pertama kali bawa cewek kerumah. Udah gitu cantik lagi kayak selebriti." ujar mamahku.

"Yasudah nanti kalau kuliah, kapan-kapan bawa temen cewek biar gak heboh" ujarku.

"Jul jadi kuliah di Bekasi?"

"Jadi pah, habis ini Juliet langsung siapin berkas-berkasnya"

"Kapan tesnya?"

"Dua minggu lagi, nanti tesnya harus disana langsung" kataku.

"Kalau begitu kamu persiapkan semuanya. Semoga kamu diterima" kata Papahku.

Selesai berbincang aku langsung memasuki kamar, lalu diriku langsung mempersiapkan segalanya, dan setelah itu aku pun tidur. Keesokan harinya aku mencari informasi tentang kampus. Kampus itu berada di Bekasi Timur, berjarak beberapa meter dari terminal. Lalu universitas ini didirikan pada tahun 1997, awalnya kampus ini adalah yayasan pemagangan ke Jepang. Lambat laun yayasan itu, telah berubah menjadi STBA (Sekolah Tinggi Bahasa Asing), sekolah itu hanya menyediakan dua jurusan yaitu Bahasa Jepang dan Inggris. Sekarang sekolah itu berubah menjadi Universitas Sayuti Melik. Universitas itu memiliki gedung fakultas, setiap gedung fakultas memiliki delapan lantai.

Enam fakultas itu antara lain, Fakultas Bahasa dan Seni, Ilmu Komunikasi, Hukum, Teknik, Teknologi dan Informatika dan terakhir Fakultas Pertanian. Meskipun kampus swasta, universitas namun kualitas kampus ini menyaingi UNPAD. Terkadang aku tidak yakin, apakah diriku bisa masuk ke dalam sana. Namun aku tetap optimis akan hal itu, sekarang aku harus fokus cara menghadapi ujian masuk. Rasanya aku tidak sabar untuk mengikuti seleksi tersebut, semoga kali ini aku bisa lulus. Dua minggu telah berlalu, sudah saatnya untuk menghadapi ujian. Segala keperluan telah aku siapkan, dimulai dari berkas hingga alat tulis. Setelah memastikan semuanya lengkap, aku pun mulai perjalananku ke sana.

Tiga jam telah berlalu, akhirnya aku bisa sampai dengan selamat. Untungnya aku berangkat dari rumah pukul lima pagi, sehingga diriku bisa sampai tepat waktu. Saat pertamakali aku melihat suasana kampus, hatiku mulai berdebar, lalu mataku tak behenti menatap sekitar. Diriku tidak percaya, bahwa aku bisa memasuki tempat sebagus ini seorang diri. Lalu aku memarkirkan kendaraanku, dibalik gerbang yang sudah diberi tanda oleh pihak kampus. Selesai memarkirkan motorku, aku mulai berjalan disebuah lorong. Sekilas lorong ini, mirip salah satu rumah sakit yang pernah aku singgahi. Setiap lorong menghubungkan, antara gedung fakultas satu dengan yang lainnya. Kulihat ada beberapa mahasiswa, berlalu-lalang sambil membawa buku.

Style baju yang mereka gunakan terlihat modis. Spontan aku melihat penampilanku, pada sebuah kaca disebuah ruangan. Rupanya aku merasa, bahwa style bajuku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka. Mungkin jika aku menjadi mahasiswa, penampilanku lambat laun akan berubah. Sekian lama mencari, akhirnya aku berhasil menemukan gedung fakultas bahasa dan seni. Kemudian aku memasuki ruangan yang tertera di peta. Saatku memasuki ruangan, rupanya ujian sudah dimulai sepuluh menit yang lalu. Aku langsung duduk di kursi yang paling depan, kulihat para peserta sibuk mengerjakan soal. Setelah panitia membagikan kertas soal dan jawaban, aku langsung mengerjakannya. Rupanya tes seleksi berbeda dari apa yang aku pelajari sebelumnya.

Ternyata ini hanyalah soal pengetahuan umum. Soal ini sangat mudah sehingga aku bisa menyelesaikannya dengan mudah. Tetapi ada satu soal yang mudah tetapi aku lupa jawabannya. Soal itu berisi, "Siapa presiden Amerika saat ini?". Lalu aku menjawab,"Micke Donal". Kemudian aku pun menahan tawa, lalu pergi ke depan untuk mengumpulkan kertas jawaban. Selesai mengikuti ujian aku langsung berjalan menuju parkiran, ditengah perjalanan aku teringat dengan soal itu, lalu aku menyesalinya ketika diriku teringat akan jawabannya. Tiga minggu telah berlalu, hasil tes telah keluar. Dan akhirnya setelah mengalami berbagai kegagalan, aku pun lulus. Senang rasanya bisa melihat hal itu, rasanya ingin sekali cepat-cepat untuk mengikuti ospek. Semoga lingkungan baru kali ini, diriku bisa menemukan jati diriku yang sebenarnya.


Chương 31: Temani aku Kirana

Tak terasa tiga minggu telah berlalu, sebentar lagi awal tahun telah tiba. Sebelum orientasi studi dan pengenalan kampus, aku harus segera mencari kontrakan. Rencananya besok aku akan pergi mencariny, sebab keluargaku sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Mau tidak mau aku harus mencarinya seorang diri. Namun kali ini aku harus mencari kontrakan yang sangat nyaman. Dulu pertamakali aku mencari kosan, aku mendapatkan kondisi tempat yang kurang layak, seperti suasana yang kumuh, lembab, dan terakhir rawan pencurian. Padahal kosan pertama yang aku tempati, dilengkapi dengan kamera CCTV. Sayangnya itu tidak menjamin keamanan para penghuni kosan itu sendiri.

Dulu sebelum memiliki motor Honda Revo putih, aku sempat memiliki motor Honda Supra X berwarna merah. Namun sayang motor itu menjadi korban pencurian. Ceritanya terjadi sekitar tiga tahun yang lalu, waktu itu aku pulang sekolah pada pukul sembilan malam. Saat memasuki gerbang kosan, kulihat banyak sekali variasi motor disana. Kuingat jumlah motor ditempat itu kalau tidak salah berjumlah sepuluh unit. Kemudian aku parkirkan, motorku pada posisi paling belakang. Sebab jika aku ingin pergi ke sekolah, diriku tak perlu lagi memindahkan motor yang lain. Selain menghemat tenaga juga menghemat waktu. Tetapi saat keesokan harinya, motorku sudah tidak ada. Spontan aku pun berlari dan mengetuk pintu setiap kosan, lalu aku memberitahu soal pencurian motor kepada seluruh penghuni kosan.

Setelah itu mereka pun panik, lalu berlari ke arah parkiran dengan penuh tergesah-gesah. Ternyata bukan hanya motorku saja, yang mengalami insiden pencurian tetapi tiga diantara motor itu yang mengalami insiden serupa. Enam motor selamat dari aksi pencurian tersebut, tetapi kunci kontak mereka jebol, sehingga harus pergi ke bengkel untuk memperbaikinya. Kejadian itu meninggalkan luka yang mendalam, sebab motor itu bukanlah sembarang motor. Motor itu adalah temanku, teman yang selalu menemaniku disaat suka maupun duka. Setiap satu bulan sekali, aku sering memanjakannya ke tempat yang ia suka yaitu bengkel. Tiga hari sekali aku sering memandikannya hingga kinclong.

Seandainya aku ada disaat kejadian, mungkin aku akan menghajar maling itu dengan gear dan gesper. Setelah itu aku berteriak minta tolong dan mengeroyoki mereka hingga babak belur, lalu membawa mereka ke kantor polisi. Sayangnya semua itu hanyalah sebuah imajinasi. Keesokan harinya pukul enam pagi, aku sedang bersiap-siap untuk pergi. Entah mengapa berpergian seorang diri, aku merasa kesepian lalu aku teringat akan sosok Kirana. Lalu aku keluar dan berjalan ke arah rumah, kebetulan suasana sekitar rumah sedang sepi. Jadi aku bisa segera mencoba untuk memanggilnya. Sebelum itu aku sempat kembali ke dalam kamar, lalu mengambil kalungku dibawah bantal. Kemudian aku memegang kalung dengan tangan kiriku, lalu menutup mata sambil menarik nafas, setelah itu membuka mata dengan menghembuskan nafas.

"Kirana Pramaswaran." Menatap ke depan sambil menjulurkan tangan.

Sedikit demi sedikit kulihat, butiran cahaya mulai membentuk sebuah pusaran, lalu butiran cahaya itu mulai menggumpal. Tiba-tiba munculah Sang Ratu diantara butiran cahaya, lalu ia membungku sambil merapatkan kedua telapak tanganya. Kulihat hari ini dia menggunakan style baju seperti kemarin, hanya saja kali ini dia memakai kaos merah, serta rok dengan panjang sedikit dibawah lutut. Kemudian ia pun berdiri sambil lalu menatapku dengan wajah mengantuk.

"Selamat pagi Juliet, hari ini ada apa kamu memanggilku?" Menutup mulutnya dengan tangan ketika ia sedang menguap.

"Maaf sepertinya aku mengganggumu,"menatapnya dan memasang ekspresi wajah rasa bersalah.

"Tidak apa-apa santai, lagi pula baru saja aku bangun." Tangan kirinya memegang pinggul, sambil menatapku dengan santai.

"Anu, rencananya hari ini gue mau ke Bekasi. Kirana mau ikut?" Mengajaknya dengan ragu.

"Ayok kuy, kita berangkat jam berapa?" Seketika wajahnya menjadi ceria, lalu seketika badanya segar bugar.

"Nanti setelah sarapan."

Dari gerbang belakang datanglah mamah, kulihat ia membawa sebuah plastik besar berisi empat bungkus nasi uduk. Kemudian mamah mempersilahkan kami berdua untuk masuk. Setelah itu kami bertiga menyantap hidangan bersama-sama. Kulihat Kirana tampak menikmati hidangan dengan lahap. Wajahnya cerah ceria sambil memuji enaknya makanan yang sedang ia nikmati. Padahal itu hanya sebuah hidangan murah biasa, tidak ada spesialnya sama sekali. Namun tingkahnya seperti seolah-olah ia menikmati sebuah hidangan dari surga. Mamahku sempat bertanya mengenai tingkahnya, untuk menghilangkan rasa curiga aku memberitahu bahwa dulu dirinya lama berada di kota. Untungnya mamahku percaya, lalu aku pergi ke kamar untuk mengambil dua helm berwarna hitam.

Kemudian aku menyuruhnya untuk memakainya. Awalnya ia menolak, namun setelah aku menjelaskan tentang peraturan di jalan dia pun mau memakainya. Setelah itu kami berdua berpamitan kepada mamahku, lalu kami pun berangkat. Sepanjang perjalanan Kirana terus menatap sekitar, terkadang tingkahnya yang pecicilan membuatku terganggu. Beruntung aku bisa mengimbanginya, jika tidak mungkin kita akan terjatuh. Kulihat tiba-tiba ia menatap sekitar dengan wajah bersedih. Satu jam telah berlalu, entah mengapa kelopak mataku terasa berat, tanpa sadar aku pun menguap. Tubuhku mulai terasa berat, kulihat laju kendaraanku menjadi tidak stabil. Tiba-tiba Kirana menepuk pundakku dengan cukup keras, spontan aku pun terkejut, lalu aku berusaha untuk kembali fokus. Dia pun berkata.

"Hey jangan lengah, fokus ke depan"

"Iyah maaf, gue ngantuk"

"Sebaiknya kita beristirahat sebentar, apa disekitar sini ada tempat peristirahatan?"

"Oh ada itu ada rest area, kita istirahat sebentar." Menunjuk ke arah rest area dengan tangan kiri.

Sesampainya di rest area, aku menyuruhnya untuk duduk di sebuah bangku depan supermarket. Sementara aku pergi untuk mengisi bensin hingga penuh. Selesai mengisi bensin aku mengajaknya masuk ke dalam supermarket. Ketika memasuki supermarket, kulihat Kirana terlihat takjub dengan apa yang ada didalam. Kemudian ia berlari kecil mengintari apa yang ada di dalam. Lalu ia memberikan seribu pertanyaan mengenai produk yang ada disini. Melihat tingkahnya membuatku sangat malu, beruntung ia memiliki paras yang cantik sehingga orang-orang memaklumi-nya. Lalu aku menghampiri tiga buah kulkas yang berderetan samping kiri. Kemudian aku mengambil dua minuman kopi luwak dalam bentuk botol. Setelah itu aku menghampiri Kirana, yang sejak tadi memperhatikan sederetan makanan ringan.

"Mau?"

"Tidak aku cuman melihat-lihat saja." Mengalihkan pandangan dengan pipi memerah, lalu ia bersiul kecil sambil melangkahkan kakinya sebanyak tiga kali.

"Yasudah gue beliin, kebetulan hari ini lagi bawa duit banyak."

"Benarkah? Baiklah aku mau yang ini dan selanjutnya ini." Mengambil tiga puluh jenis makanan ringan, tanpa rasa berdosa.

"Udah woi kebanyakan, dompet gue bisa hangus. Cepat pilih salah satu!"

Selesai berbelanja, kami duduk di sebuah bangku depan supermarket. Kemudian kami menikmati seteguk kopi dingin bersama-sama. Kirana terus saja memuji setiap makanan dan minuman yang masuk kedalam mulutnya. Dia pun bercerita, bahwa ini pertamakalinya ia merasakan betapa nikmanya makanan dan minuman di dunia ini. Jika seandainya makanan dan minuman ini tersedia di dunianya, mungkin ia akan membelinya setiap hari. Kemudian ia bertanya tentang kopi yang sedang ia nikmati. Lalu aku memberitahunya tentang apa itu kopi luwak, serta cara pembuatannya. Ketika ia tahu tentang proses kopi luwak, spontan ia memuntahkannya. Aku pun langsung menjelaskannya, bahwa kopi luwak baik untuk tubuh dan juga aman untuk dinikmati. Kulihat seketika Kirana mulai menyesalinya, karena merasa tidak nak aku memberikannya separuh kopi luwak kepadanya.

Melihat sikapku ia pun merasa senang, dia berterimakasih lalu ia tersenyum kepadaku. Setelah itu ia mulai bercerita, mengenai apa yang sebenarnya terjadi dijalan. Ketika melintasi jalan baru, ia melihat banyak sekali Jin jahat meminta tumbal. Jin itu meniupkan bulu-bulu sihir, agar diriku mengantuk. Kondisi jalan yang berlubang, serta minimnya pencahayaan saat malam hari mendukung aksi tersebut. Beruntung Kirana langsung menetralkanku dengan energinya, yang ia masukan lewat tepukan sebelumnya. Sehingga aku sadar dan fokus seketika. Sungguh disayangkan melihat kondisi jalan yang seperti itu, pernahkah pihak tertentu berpikir untuk langsung memperbaikinya? Sepertinya tidak, sebab mereka tidak akan bergerak jika tidak ada korban.

Begitulah tradisi konyol yang terus berlangsung hingga saat ini, atau istilahnya ada uang ada jalan. Kemudian Kirana pun bertanya.

"Waktu menampakkan wujudku di dunia ini, hanya berlangsung selama enam jam. Ada hal lain yang ingin kamu lakukan?"

"Enam jam yah, sebelumnya kita berangkat jam enam. Coba kita lihat sekarang sudah pukul sembilan pagi. Masih ada tiga jam lagi, santai." Melihat jam tangan di tangan kiriku.

"Ok, baiklah sekarang kita kemana. Apakah sudah waktunya makan siang?" Menatapku dengan penuh semangat.

"Ini jam sembilan woi, masih pagi! Rencananya hari ini kita mencari kontrakan murah, buat aku tinggal disana selama kuliah."

"Hmm... menarik, ayo kita berangkat jangan membuang-buang waktu disini."

"Oh iya, wujudmu bertahan tinggal tiga jam lagi. Nih pake kalung gue, biar wujud elu unlimited." Memberikan kalung milikku dengan tangan kanan.

"Apa tidak apa-apa?"

"Sudah pakai saja, lagian gue percaya elu bukan makhluk jahat."

"Ok, terimakasih aku akan langsung memakainya." Menerima kalungku.

Perjalanan pun dilanjutkan, tak terasa cuaca hari ini rasanya semakin panas. Polusi yang tebal serta teriknya matahari, membuat kami semakin terpanggang. Sepanjang perjalanan Kirana terus saja mengeluh, dengan asap kendaraan dari para supir truck. Bukan hanya itu terkadang ia harus menahan nafas, saat berada dibelakang mobil box yang mengangkut ayam.

"Ayo cepak aku sudah tidak tahan lagi!" Menepuk pundakku

"Sabar woi di depan kagok, banyak motor." Menoleh ke samping mobil di depanku.

Setelah melalui berbagai rintangan, akhirnya kami berdua sampai di kota Bekasi. Sebelum mencari kontrakan, kami mampir di sebuah kedai mie ayam untuk mengisi perut. Aku memesan dua porsi mie ayam bakso, serta dua gelas es teh manis. Ketika sedang menikmati hidangan ia mengeluh berbagai hal di jalan. Apalagi soal polusi dan mobil box berisi ayam yang membuat hidungnya sakit. Aku memaklumi hal itu, lalu aku berkata bahwa ini tidak seberapa dibandingkan dengan ibukota. Lalu mengatakan bahwa ia akan segera terbiasa. Mendengar setiap keluhanya membuatnya, terlihat seperti gadis kaya dari luar negeri. Setelah itu ia memberi seribu pujian, pada mie ayam yang sedang ia makan.

Sambil mengunyah ia terus berbicara, melihat tingkahnya di dalam lubuk hatiku yang paling dalam diriku bertanya-tanya. Apakah benar ia seorang ratu? Meskipun begitu, cara ia menggunakan sendok dan garpu terlihat rapih. Seperti yang aku katakan sebelumnya, meskipun norak untung dia cantik. Selesai memakan mie ayam, Kirana pun berdiri lalu menghampiri Sang Penjual, untuk memesan satu porsi lagi. Tak aku sangka Kirana memiliki nafsu makan yang besar. Untungnya ia membayarnya dengan uang miliknya sendiri, sehingga dompetku aman. Tetapi tunggu dulu, apakah itu uang asli? Gumamku sambil menatapnya dengan terkejut. Yasudah mau bagaimana lagi, suka-suka dia saja.


Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C30
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank 200+ Bảng xếp hạng PS
    Stone 0 Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập

    tip bình luận đoạn văn

    Tính năng bình luận đoạn văn hiện đã có trên Web! Di chuyển chuột qua bất kỳ đoạn nào và nhấp vào biểu tượng để thêm nhận xét của bạn.

    Ngoài ra, bạn luôn có thể tắt / bật nó trong Cài đặt.

    ĐÃ NHẬN ĐƯỢC