Max benar-benar mengabaikan Nathan pagi itu. Setelah netra keduanya terbuka menyambut hari, bertepatan pula dengan posisi baringan mereka yang saling berhadapan.
Tak ada satu kata pun yang terlontar dari bibir keduanya, hanya terkatup rapat. Nathan yang kemudian merasa tak nyaman dengan keterdiaman mereka pun hendak membuka mulut, namun sayangnya langsung tertutup saat Max lebih dulu bangkit dan lekas beranjak dari atas ranjang. Di hantarkan oleh tatapan intens Nathan yang terus mengikuti sampai bilah pintu kamar mandi itu tertutup.
Menghela napas panjang, lantas frustasi membuatnya otomatis menarik helai rambutnya dan mencengkram begitu erat.
Namun rupanya hal itu sama sekali tak bisa meredakan perasaan Nathan. Bahkan upaya baiknya lagi untuk mencairkan suasana dengan menyiapkan sarapan dengan bahan seadanya di dapur. Hanya ada telur dan sosis, yang menjadi kendala ada tentu kebodohannya yang nol besar jika perkara memasak.