Tangan Danu langsung keseleo begitu melihat SMS dari Arini. Ini sungguh di luar dugaannya. Ia pikir itu adalah Pradita.
Ia jadi bimbang antara mau membalas pesan singkat itu atau mengabaikannya. Ia tidak bisa mengabaikan Arini. Gadis itu kan pacarnya.
Aduh. Sikap Arini tadi itu membuat Danu jadi kalang kabut. Setidaknya, Arini tidak marah karena tadi ia menolak untuk menciumnya. Ia menarik napas dalam-dalam dan mulai mengetik.
"Hai, Rin. Sama, aku juga mikirin kamu terus."
Danu langsung menghapus kata-kata itu. Jika ia berkata seperti itu, Arini pasti akan langsung meneleponnya, sementara sekarang ini ia harus fokus mengerjakan tugas sekolahnya. Ia memilih untuk mengabaikan SMS Arini. Anggap saja jika ponselnya sedang mode sunyi. Ia akan pura-pura tidak mendengar SMS itu.
Danu meletakkan ponselnya di kasur dan melanjutkan membuat jurnal. Ia mengocok-ngocok tipe-x dan kemudian menghapus nama Arini di kertas jurnalnya. Seketika ia teringat pada tempat pensil Pradita yang hilang.