Tải xuống ứng dụng
30% Mr. Mafia / Chapter 3: MM • III

Chương 3: MM • III

Enjoy Reading Guys

♕♛♕

"Sudah selesai mengagumi ketampanan ku nona?"

Suara berat itu mengalun indah di telinga Agnes membuat gadis itu kembali mendudukkan kepalanya dengan pipi yang memerah tanpa berniat mengangkat kepalanya lagi untuk sekedar melihat jelmaan sang Dewa yunani yang menjulang tinggi dihadapannya.

Karena merasa diabaikan, pria itu langsung melangkah semakin dekat kearah Agnes hingga aroma maskulin milik pria itu semakin menguat membuat Agnes sulit bernapas. Tidak! Bukan karena sesak napas, tapi ia takut menikmati aroma maskulin pria itu yang membuatnya terhipnotis untuk sesaat.

Katakan bahwa Agnes aneh, tapi itu kenyataannya. Agnes sangat menyukai bau parfum maskulin milik pria. Entahlah, tapi bagi Agnes bau maskulin milik pria sangat menenangkan dan membuatnya nyaman.

Pria itu berjongkok tepat didepannya membuat gadis itu bergetar ketakutan. Dengan gerakan cepat Agnes membasahi bibirnya yang mengering karena udara dingin disekitarnya, hal itupun tidak luput dari perhatian sang pria membuatnya mengulas sebuah senyum tipis.

"Apa yang sedang kau lakukan ditengah malam seperti ini, gadis kecil?" tanya pria itu sambil mengelus pelan rambut panjang Agnes. RALAT! Lebih tepatnya memperbaiki tataan rambut Agnes yang berantakan.

Gadis itu tidak menjawab, ia lebih memilih untuk memilin kaus putih nya dan sesekali membasahi bibirnya yang cepat kering karena udara malam yang semakin dingin.

Tiba-tiba Agnes merasa kehilangan saat tangan pria itu sudah tidak berada di kepalanya lagi. Pria itu bangkit lalu memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana kain yang dikenakannya.

"Apa kau ingin ikut denganku?" tanya pria itu, lagi.

Agnes mendongak menatap wajah jelmaan sang dewa yunani dihadapannya itu, lalu beralih menatap kearah tangan sang pria yang tiba-tiba menjulur kearahnya.

Wajah gadis cantik itu terlihat berpikir keras, dilihat dari kerutan didahinya yang berkeringat dan sedikit kotor.

Seketika bayangan tentang perlakuan sang ibu melintas dikepalanya. Perlakuan kasar serta kehidupan yang dijalaninya yang penuh rintangan. Tanpa menunggu lagi Agnes langsung meraih tangan besar nan kekar milik pria itu dan langsung berdiri menatap tepat di netra brown itu.

Agnes mengangguk. "Iya, aku mau ikut!" ucapnya mantap dan langsung disambut dengan senyum lebar milik pria itu.

Tanpa menunggu lagi pria itu langsung menuntun Agnes menuju mobil Ferrari merah mengkilap miliknya dengan senyum lebar yang membuat para anak buahnya tertegun melihat senyum lebar milik sang Tuan. Karena yang mereka ketahui, Tuan mereka itu sangat pelit senyum dan kasar. Tapi yang mereka lihat saat ini sungguh kebalikan dari sifat sang Tuan.

* * *

• Turkey, Istanbul | Mansion Jazzton, 3. 30 AM

Disinilah Agnes berada di *mansion milik pria tampan yang menolongnya tadi. Jovin Jazzton, itu namanya. Pria tampan dengan tinggi sekitar 187 cm, memiliki rahang tegas, hidung yang mancung, tatapan tajam dengan bola mata berwarna coklat brown ditambah dengan potongan rambut coklatnya yang rapi serta mempunyai kulit yang eksotis membuatnya terlihat sexy dan jangan lupakan bentuk tubuhnya yang atletis.

Ya, seperti itulah gambaran Agnes terhadap Jovin.

Agnes sangat bersyukur tentang pertemuannya dengan Jovin Jazzton, pria tampan yang membawanya ke mansion ini beberapa jam yang lalu.

"Jovin." Agnes kembali menggumamkan nama itu.

Sebenarnya dia sedikit bingung harus memanggil pria itu dengan sebutan apa, karena mengingat umurnya yang sudah dewasa. Walau belum terlalu tua, kalau tidak salah umurnya sekitar 24 tahun. Tadinya Agnes memanggil Jovin dengan sebutan Paman tapi dibantah oleh pria itu karena baginya dia masih muda untuk dipanggil itu.

Agnes kembali mengganti panggilannya menjadi kakak, tapi pria itu malah berucap. "Aku bukan kakakmu, jadi jangan memanggilku kakak!" ucapnya saat mereka masih berada didalam Ferrari merah milik pria itu.

Jovin bilang, dia hanya ingin Agnes memanggilnya dengan panggilan Jo atau Jov tanpa embel-embel apapun. Dan yah, Agnes memutuskan untuk memanggilnya Jo. Walau dengan berat hati, karena Agnes merasa dia tidak sopan kepada orang yang lebih tua darinya.

Tidak banyak yang mereka bicarakan dalam Ferrari merah itu, dia hanya memperkenalkan dirinya lalu setelah itu bertanya siapa nama Agnes dan berapa usianya. Dan saat Agnes memberitahu usianya, Jovin langsung menginjak rem membuat kepala Agnes hampir membentur dashboard.

Agnes tahu pria itu terkejut saat mengetahui bahwa dirinya sudah berusia 17 tahun dengan tinggi tidak mencapai 165 cm. Ya, banyak yang mengatakan wajahnya yang cantik nan imut ini mampu menghipnotis siapa saja yang melihatnya. Orang lain berpikir jika dia baru saja akan mendaftar di Senior High School, tapi nyatanya tidak. Tinggal sedikit lagi dia akan mendaftar di Universitas.

* * *

7.00 AM

Pagi ini terasa berbeda bagi Agnes. Saat membuka matanya, dia merasa seperti dilahirkan kembali. Tidak ada teriakan atau jambakan milik ibunya lagi. Kali ini benar-benar berbeda.

"Nona?" Sapaan lembut yang diyakini Agnes milik seorang wanita paruh baya mengalun indah ditelinga membuat Agnes mengalihkan pandangannya kearah sumber suara.

"Iya?" jawab Agnes bingung. Dia merasa aneh dengan panggilan dari wanita paruh baya yang sedang berdiri didepan pintu kamarnya yang terbuka.

Wanita paruh baya dengan pakaian khas seorang pelayan itu tersenyum lembut lalu melangkah kearah Agnes.

"Perkenalkan, saya Nori Brunella. Kepala pelayan di mansion ini, semua orang disini memanggil saya dengan sebutan Nori," jelasnya memperkenalkan diri.

Agnes menganggukan kepalanya sambil menatap Nori dengan tatapan polosnya. "aku Agnes Alexandra. Panggil saja Agnes tanpa nona," ucapnya membuat Nori terkekeh geli.

Entah dimana Tuannya mendapatkan gadis polos dan lugu bernama Agnes ini.

"Baiklah, akan ku coba. Jadi sekarang aku akan membantumu bersiap-siaplah lalu turun kebawah untuk sarapan," ucap Nori lalu diangguki oleh Agnes tanda mengerti.

Setelah itu Nori langsung menuju kearah pintu geser yang Agnes tahu ruangan didalamnya itu adalah *walk in-closet. Sedangkan dia pergi kearah pintu kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

* * *

Jovin menghembuskan napas kasar karena sudah 10 menit pria itu menunggu seorang gadis yang beberapa jam lalu ia bawa ke Mansion nya. Akan tetapi, sampai sekarang gadis itu belum juga menunjukkan batang hidungnya.

Karena lelah menunggu, Jovin berniat untuk menghampiri gadis itu akan tetapi saat ia menoleh kebelakang, untuk sesaat pria itu menjadi patung. Disana, gadis yang ia tunggu-tunggu sedang berjalan kearahnya dengan langkah pelan sambil menatap interior design mansion miliknya. Dengan setelan dress elegant berlengan panjang yang melekat pas ditubuhnya berwarna baby pink diatas paha yang memperlihatkan betapa mulusnya kaki yang jenjang itu, walau terdapat beberapa goresan luka namun itu namun masih bisa membuat Jovin panas-dingin sendiri.

"Sial!" umpatnya pelan tanpa mengalihkan pandangannya terhadap Agnes yang semakin dekat ke arahnya. Sedangkan Agnes yang mendapat tatapan tajam milik Jovin langsung cepat-cepat menundukkan kepalanya dan terus memaksa kakinya melangkah mendekati pria itu.

"Maaf atas keterlambatanku Jo, aku memang membutuhkan waktu lama untuk bersiap-siap," ucap Agnes setelah sampai dan berdiri disamping Jovin dengan masih menundukkan kepalanya.

"Kau berbicara dengan siapa? Aku atau kakimu?" tanya Jovin dengan nada datar. Dia tidak suka jika lawan bicaranya lebih suka menundukkan kepalanya. Itu sangat tidak sopan.

"Kau," jawab Agnes pelan, masih menunduk.

Seketika Jovin langsung mengangkat dagu Agnes menggunakan jari telunjuknya membuat netra brown milik pria itu bertubrukan dengan mata indah milik Agnes. Sesaat mereka berdua terhipnotis dengan tatapan masing-masing hingga sebuah suara membuat kedua pasangan beda usia itu tersadar.

"Ekhm, permisi Tuan. Maaf jika saya mengganggu, tapi ada yang ingin saya beritahukan kepada anda." Suara serak milik seorang pria bermata biru itu membuat kedua pipi Agnes bersemu merah karena malu. Lain halnya dengan Jovin, pria itu langsung mengumpat kasar karena aktivitasnya harus terganggu oleh sang Asisten, Abercio Leopard.

"Sial! Kau sangat menganggu Abercio," desis Jovin. Abercio yang merasa bersalah langsung menundukan kepalanya.

Agnes diam menatap Abercio dan Jovin secara bergantian sampai pandangan matanya kembali bertubrukan dengan si pemilik netra brown membuatnya gelagapan.

"Gadis kecil, kau makanlah dulu. Setelah itu tunggu aku di *home theater, ada yang ingin aku bicarakan dengan mu. Nori yang akan menuntunmu kesana," ucapnya sambil mengelus rambut panjang Agnes membuat jantung gadis itu berdetak kencang.

"Aku pergi," pamit Jovin lalu berdiri dari tempat duduknya dan langsung melenggang pergi.

Setelah kepergian Jovin, Agnes hanya bisa tersenyum kecil menatap punggung tegap itu yang kian menjauh.

Bersambung...

______________________________________________

NOTE !

*Mansion merupakan rumah besar dan luas yang memiliki ukuran minimal 8.000 sq. ft. (square feet) atau sama dengan 743 meter persegi. Selain ukuran rumah, ada faktor lain yang membuat sebuah bangunan disebut mansion di antaranya jumlah kamar, arsitektur, dan lain-lain.

*walk in closet sebetulnya merupakan sebuah ruangan untuk menyimpan pakaian seseorang seperti pakaian, sepatu, dasi, ikat pinggang, perhiasan, dan lainnya. Ruangan ini juga bisa menjadi tempat untuk berpakaian dan merias.

*home theater, biasanya disebut sebagai bioskop rumah, adalah hiburan rumah yang di set-up untuk mereproduksi bioskop video dan audio di rumah pribadi.


SUY NGHĨ CỦA NGƯỜI SÁNG TẠO
Fincelchubby2 Fincelchubby2

allo guys, bagaimana part ini? tidak aneh bukan? ah, aku sangat khawatir jika cerita pertamaku ini aneh dan membuat kalian ilfil saat membacanya><

jangan lupa untuk selalu mensupport ku, berikan kritik dan juga saran yang baik.

jangan lupa untuk mengikuti ku di Instagram:

@69_babyfiin

@wattpad_fincelchubby

SEE YOU NEXT PART

Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C3
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập