Tải xuống ứng dụng
78.24% RE: Creator God / Chapter 295: CH.295 Kutukan Atau Berkat?

Chương 295: CH.295 Kutukan Atau Berkat?

Pertarungan untuk hari itu selesai dengan kurasa sedikit lebih cepat dari yang terakhir kali. Yang ini hanya memakan dua jam saja, itu pun karena setelah lewat satu jam pertama, hanya ada kekacauan yang terjadi padaku, itu pun karena diriku sendiri, karena kepribadian lainku.

Tidak, aku tidak protes, aku tidak membenci mereka, hanya saja sejak aku tidak pingsan, itu membuatku lelah berpikir terus-menerus. Terlalu banyak hal terjadi dalam waktu yang amat sangat singkat, dan semuanya itu hal rumit.

Setelah kami pulang dari pertarungan itu, aku beristirahat layaknya orang yang belum tidur seminggu bahkan dua minggu. Sempat-sempat Kiera berpikir negatif kenapa aku tidak bangun bahkan setelah lewat 12 jam hampir 13 jam, katanya sih begitu.

Namun malahan aku bersyukur karena tidak seperti aku menjadi lumpuh yang kupikirkan waktu itu, atau koma tiba-tiba saat tidur, lebih-lebih mati. Tiada satu pun yang terjadi, entah aku harus bersyukur atau bingung.

"Sayang, makan dulu, tidur setengah hari lebih itu membuatmu lapar pasti. Feliha sempat khawatir lho tadi mengetahui kamu tertidur sejak tadi pagi sampai sekarang."

"Benarkah? Aku jadi merasa kasihan selalu membebani anak itu. Padahal dia itu cucu kita, bukan anak kita langsung. Ah, itu jadi mengingatkanku soal—"

"Jangan bahas itu dulu, aku ingin tahu soal kebenaran tadi tentang siapa pun mereka dan apa yang sebenarnya terjadi."

Uhhh, padahal aku ingin tahu lebih tentang bagaimana kabar janin Kiera, tetapi dia menghentikannya bahkan sebelum aku sempat membahasnya. Kalau aku melawan Kiera, pasti nanti aku akan ribut, jadi sebaiknya aku turuti kemauannya saja.

Aku sangat paham Kiera tidak suka saat aku memiliki rahasia dan tidak memberi tahunya. Bukannya Kiera serba kepo, tetapi dia selalu menganggapnya bahwa dia seolah-olah tidak bisa dipercaya untuk mengetahui rahasia milikku. Itu begitu merepotkan.

Setiap kali membahas soal rahasiaku, pasti ada saja perasaannya yang mengarahkan dia mengucapkan bahwa telah gagal menjadi istri. Seketika itu juga aku jadi merasa bersalah lebih dari rasa bersalah Kiera. Apa ini bawaan dari dia itu hamil? Seharusnya tidak. Atau iya? Entahlah.

"Hah~ aku paham, aku paham. Aku akan ceritakan semuanya oke? Jangan menyalahkan dirimu lagi sayang…."

"Benarkah begitu?"

"Tentu, semua akan kujelaskan, sedetail-detailnya."

Kalau sekarang memikirkannya, aku jadi bingung mana sifat asli Kiera, mana yang dibuat-buat, dan mana yang dia dapatkan saat dia berubah. Dulu saat masih di Indonesia, Kiera begitu aggresif, mungkin karena dia akan kehilangan kakek semata wayangnya tidak lama lagi.

Saat berada di Jepang, saat aku depresi, dia malah menjadi bantuan mental bagiku. Sekarang? Duh, jangan ditanya lagi, seolah-olah aku berhadapan dengan Kiera yang sama, tetapi berbeda. Benar-benar di luar akalku. Mana lagi soal aku tidak pingsan sudah bingung, tambah lagi deh.

"Mulai dulu sebenarnya mereka siapa."

"Baiklah, akan kumulai dari situ. Mereka siapa? Mereka adalah aku. Lucifer, Kioku, itu kepribadian lainku yang asli. Ryuuou muncul saat aku hidup sebagai Lucifer. Allergeia dan Eriene ada saat aku hidup sebagai Kioku."

"Tunggu, tunggu, sayang menjelaskannya semua dalam sekali jalan, itu membuatku begitu pusing. Tidak bisakah satu-satu dulu?"

Ini istriku satu emang banyak maunya ya? Untung istri sendiri, orang lain sudah kutampol nih dari tadi ngegas aja mulu kalau mau cari tahu. Benar-benar kelakuannya tidak bisa ditahan lagi. Namun terkadang itulah yang menarik dari Kiera.

Bisa dibilang aku lebih suka Kiera yang perhatian begini walau berlebihan, daripada dirinya yang pasif tidak memberikan komentar sedikit pun. Itu malah membuatku takut kalau aku sempat melakukan kesalahan dan tidak meminta maaf.

Kalau di depan Kiera, seluruh harga diriku rasanya lenyap, tak ada efeknya bagi Kiera. Memang sifatnya yang seperti itu membuat siapa pun yang mendengarnya dapat mengiritasi telinganya. Siapa juga sih yang sebenarnya mau mendengarkan ocehan burung beo? Hanya aku deh.

"Baiklah… aku akan jelaskan satu per satu dari yang paling awal, entah sebenarnya itu lebih awal atau tidak."

Haruskah aku ceritakan dalam bentuk panjang dan mendetail? Sebaiknya begitu, karena Kiera tidak akan puas kalau aku hanya menceritakan sebagiannya. Sifatnya memang sulit dikontrol memang, banyak polah Kiera itu.

Sekali memohon, seolah-olah merengek-rengek layaknya anak kecil. Sekali lagi aku tidak protes, malahan aku suka yang seperti ini. Tidak pernah ada hal yang membuatku membenci Kiera, paling hanya sekedar menghela nafas dan menggelengkan kepala serta angkat bahu.

"Jadi intinya, sebenarnya sebelum hidup sebagai Sin yang dulu aku ketahui, ada kehidupan Lucifer. Makanya ada seorang bernama Marie yang waktu itu melukaiku?"

"Kurang lebih begitu, teoriku sih mengatakan begitu. Dan juga maaf sudah mengungkit-ungkit masa lalu, itu pasti menyakitkan bagimu sayang."

"Tidak apa-apa kok, lanjutkan saja ceritanya."

Ceritanya kulanjutkan dengan membicarakan garis besar kehidupan Lucifer. Tidak banyak yang bisa kuceritakan soal Lucifer selain kami membenci satu sama lain walau sama-sama pribadi yang sama satu sama lain. Oh ya, istri Lucifer yang ada lima pun kuceritakan.

"Li-lima!? Sayang, kau yakin itu dirimu?"

"Tidak, sebelumnya aku tidak mengetahui apa pun tentang Lucifer sebelum aku bertemu Marie dan mendapatkan semua penjelasannya darinya. Seolah-olah saat aku bereinkarnasi, memoriku hilang total soal kehidupan sebelumnya."

Tragis? Tidak, itu malah bagus. Kalau aku masih mengingatnya, otomatis saja aku pasti akan jadi sama seperti Lucifer, dan tentu aku tidak ingin itu. Boro-boro jadi seperti Lucifer, mengenal dirinya sama membuatku serasa ingin muntah.

Ada ya orang semenjijikan itu menikah lima kali atau mungkin lebih dan punya anak seperti orang bercocok tanam saja. Padahal itu diriku sendiri lho, tetapi entah kenapa aku sangat tidak suka akan sikap dan perbuatannya dari dulu sampai sekarang. Perbuatannya, bukan orangnya.

Kali-kali saat roh Kioku yang mengambil alih tubuh itu, di dalam alam bawah sadar pasti aku dan Lucifer ribut saja terus. Ryuuou yang waktu itu satu-satunya selain dari kami berdua hanya bisa terdiam minum teh atau kopi. Namun sifatnya seperti orang penting kelas atas gaya bangsawan.

"Fyuh~ untunglah. Lalu bagaimana soal yang lain?"

"Ryuuou muncul saat aku menggunakan teknik terlarang di kehidupanku sebagai Lucifer walau tubuhku masih Sin. Setelah aku mati tua sebagai Sin di Terra, entah bagaimana aku hidup di dunia bernama Kimino sebagai Kioku, itu pertama kalinya aku menjadi perempuan dan tak sengaja ingatanku terhapus."

"Rumit juga ya… memikirkannya saja membuatku sedih sayang. Kau benar-benar melewati banyak hal ya selama tidak ada aku."

"Namun aku cukup bersyukur bisa bertemu denganmu, satu-satunya yang membuatku terikat dan merasakan apa namanya kasih sayang untuk pertama kali."

Jujur, kalau tidak ada Kiera, kujamin aku akan bunuh diri dan tidak punya alasan untuk tetap hidup. Aku akan bunuh diri, terus-menerus sampai tidak ada yang tersisa padaku, bahkan takkan kumemikirkan tujuan membunuh Kuroshin sialan itu.

Sekitar ratusan tahun lamanya hampir ribuan sejak terakhir kali aku melihat dirinya. Dan setiap kali aku mengingat wajahnya, hanya kupandang sampah berbentuk manusia. Kalau ditanya apa yang paling menjijikan, kujawab Kuroshin, dialah sampah berjalan.

"Baguslah kalau begitu, setidaknya aku berhasil menyelamatkan satu jiwa yang merana."

"Maafkan aku sudah membuatmu mengalami semua masalah ini sayang. Kalau saja kau tidak bertemu denganku, pasti kau bisa hidup dan mati tenang."

"Jangan katakan begitu, bagaimana pun kakek bisa tersenyum terakhir kali karenamu. Juga aku tak pernah menyesali apa yang sudah terjadi, malahan aku bahagia."

Bahagia ya…? Sebenarnya, apa arti bahagia itu? Tertawa? Tersenyum? Puas? Tidak, bahagia tidak sesimpel itu. Jika memang sesimpel itu, aku tak perlu susah payah mengejar tujuanku membunuh badjingan itu, aku malahan puas dengan apa yang ada.

Namun dari dulu sampai sekarang aku tidak pernah merasa bahagia menurut diriku sendiri. Kalau tersenyum dan lainnya, aku pun pernah mengalaminya, tetapi tidak dengan yang satu itu. Kurasa sampai akhirnya, sampai aku mencapai akhir dari tujuanku, aku bisa merasa puas dan bahagia.

Mungkin itu yang kupikirkan sekarang, menuntaskan tujuanku dan bisa mati dengan tenang. Tidak menutup kemungkinan akan terjadi hal lain lagi di luar dugaanku. Jujur, aku tidak ingin mati dan tereinkarnasi lagi, sudah lelah aku ini.

Kupercaya kalau mengejar tujuan itu sesimpel membalikkan telapak tangan, tak perlu aku mati hidup, mati hidup lagi, punya kepribadian lain lagi, mengenal orang baru lagi. Semuanya itu tidak perlu kualami kalau itu mudah. Siapa juga yang bilang membunuh dewa apalagi raja itu mudah?

Apa selamanya aku harus hidup seperti ini? Rasanya aku berada dalam lingkaran maut tanpa pintu atau jalan keluar sekecil apa pun. Sepertinya aku benar-benar dilihat oleh para dewa sialan itu sebagai mainan hidup yang bisa dimainkan sesukanya termasuk bongkar pasang.

"Begitu ya? Kalau begitu aku tak perlu khawatir lagi. Kulanjutkan ceritaku. Setelah hidup sebagai Kioku selama belasan tahun, aku akhirnya bertemu Allergeia dalam alam bawah sadarku, dan Eriene dalam pertarungan terakhirku. Setelah mati, aku hidup sebagai Rie."

"Ah dari situ aku sudah tahu kelanjutannya. Benar-benar papamu, raja dewa Kuroshin itu tidak memberikanmu sedikit pun nafas lega ya? Bahkan di sini pun kita kira bisa tinggal tenang, akhirnya harus melawan monster terus-menerus dan pingsan beberapa kali."

"Itu kenapa aku sebenarnya ingin segera mengakhiri riwayatnya. Namun kalau melawan monster saja aku selemah ini, bagaimana aku bisa menang melawan raja dewa itu?"

Kutukan… iya, pasti ini kutukan yang terus membuntutiku sampai kehidupanku yang lain dan selanjutnya. Namun aku juga bisa bertemu Kiera, dan hidup lebih lama bersamanya walau harus membangkitkannya dengan sihir. Jadi ini berkat? Aku tidak tahu apa yang terjadi pada hidupku.

Namun sampai akhirnya bisa kulihat, jangan harap aku akan menyerah. Banyak yang sudah kukorbankan, dan kalau semuanya berujung sia-sia, maka penyesalanku tak akan pernah surut. Sekali pun mati beberapa kali lagi, aku akan membunuh Kuroshin, pasti, aku akan membunuhnya.


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C295
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập