Tải xuống ứng dụng
8.22% RE: Creator God / Chapter 31: CH.31 Keberadaan Mana

Chương 31: CH.31 Keberadaan Mana

Mana, bagi orang dunia ini hanyalah sebuah mitos atau keberadaan yang tidak perlu diperhatikan. Ya.. bagi orang dunia. Sayangnya aku bukanlah manusia lagi. Ketika orang pernah menggunakan mana dalam bentuk apa pun, dia akan menjadi bergantung pada mana yang ada di dalam dirinya atau mana dunia.

Semuanya itu pun aku ketahui setelah mencari informasi dari puluhan, ratusan, bahkan ribuan buku tentang mana. Dan kebenaran yang paling memungkinkan hanya satu. Hari ini sebenarnya Kiera sudah boleh pulang, dan kedua anak yang barusan dilahirkan juga sudah boleh, tetapi aku punya urusan hari ini. Urusan tentang aku harus menyuplai diriku dengan mana dunia. Kalau tidak, keseimbangannya akan menjadi kacau.

"Sayang, maaf ya, walau kau akhirnya boleh pulang dari rumah sakit, aku harus pergi selama sehari." aku mencoba mencari kesempatan untuk pergi ke hutan atau gunung di mana banyak mana dunia terdapat.

"Tidak apa-apa kok. Lagian seharian kemarin sudah menemani bukan?"

Sebenarnya aku tidak ingin membohongi istriku sendiri. Dan sebenarnya aku juga tau, bagaimana repotnya dia mengurusi 4 anak kecil sekaligus. Aku ingin di situ membantunya, tetapi jika aku tak melakukan bertapa di gunung, sama saja aku mencoba membunuh setiap orang yang ada.

"Ugh, kemarin itu kan memang kewajiban, jadi tidak terhitung. Aku janji akan sepenuhnya menemanimu ketika pulang." dengan tegas aku memperkatakan kalimat yang menggiurkan.

"Ahahaha baiklah. Sebenarnya tanpa kau janji pun, asal kau pulang dengan selamat saja sudah cukup kok." Kiera masih saja tetap bisa tersenyum walau kondisi seperti ini.

Dengan dapatnya ijin dari Kiera, aku langsung mencoba mencari gunung terdekat yang ada. Sebenarnya gunung Fujiyama bagus tempatnya, tapi di situ pun tidak bisa, terlalu ramai dan teknologi sudah sampai di situ. Aku harus mencari tempat lain.

Setelah berjam-jam mencari, akhirnya aku menemukan satu gunung. Sebenarnya aku meminta bantuan asistenku untuk mencarikannya, kalau tidak mungkin akan butuh waktu ekstra lagi untuk mencarinya.

"Tempat ini sangat terpencil, pantas saja tidak teknologi sama sekali atau bahkan tidak ada satu pun yang datang." aku berjalan kaki dari jarak 1 KM.

Kalau saja aku tidak ingin membiarkan mana dunia di gunung ini tetap bersih, pasti sudah aku sampai kemarin dengan mobil. Tetapi berjalan kaki pun tidak masalah sebenarnya, sudah terbiasa juga.

"Sekarang permasalahannya di mana aku mau bertapa? Gunung ini memang terasa beda tekanan mananya. Jauh lebih bersih, bahkan masih murni. Aku harus cari dari mana sumber mana terpancarkan."

Jika di dalam wailayah mana yang bersih, aku mulai bisa menstabilkan diri lagi. Setidaknya aku mulai bisa menggunakan sihir simpel dan sayapku. Oh ya sudah lama aku tidak menggunakan sayapku, aku akan coba cari sumber mana sambil terbang.

Berjalan dan terbang adalah tentu dua hal yang berbeda. Satu, terbang tidak akan memakan waktu berpergian dalam jarak yang jauh, tetapi hal sebaliknya terjadi pada berjalan.

"Oh itu, ada gua. di tempat ini memang ada banyak mana, tetapi di gua itu jauh lebih besar." aku menurunkan diriku tepat di depan mulut gua.

Hutan dan gunung ini benar-benar masih belum tersentuh. Bahkan ketika aku melihat dari atas, sangat dan terlalu rimbun pohon-pohonnya. Kurasa mana memang meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman juga.

Semakin berjalan ke dalam gua, semakin aku merasakan bahwa tekanan mana pun semakin kuat. Kurasa mana di sini kondisinya hampir sama seperti di dunia lain. Di dalam gua ini aku bisa merasakan ketenangan lagi.

"Lain kali aku akan beli hutan dan gunung ini, akan kugunakan hanya untuk diriku."

Kurasa sekarang aku bisa menggunakan mana dengan normal lagi. Sekarang tinggal membuat diriku benar-benar tersuplai mana dunia yang cukup. Jadi aku tetap butuh bertapa. Menemukan tempat yang tepat, aku langsung mempersiapkan diri.

Ketika aku bertapa, aku bisa merasakan mana dalam tubuhku mulai stabil lagi. Kurasa jika aku bertapa di sini selama beberapa jam saja, aku bisa bertahan di dunia luar selama beberapa bulan. Karena aku menjadi sangat tenang, waktu menjadi terasa sangat lambat, bahkan aku tak sadar berapa lama aku sudah bertapa.

"Kurasa ini sudah cukup." aku bangkit dari posisi bertapaku.

Jujur saja, aku merasa diriku kembali ke kekuatan awalku. Aku tak perlu bertapa lagi mungkin bisa sampai satu tahun. Ya kecuali kalau aku terlalu banyak menggunakan mana itu lain cerita. Kurasa aku sudah terlalu lama di dalam, jadi aku keluar melihat keadaan sekarang.

Yang kudapatkan tentu saja, langit malam. Tak kusangka sudah larut malam saja. Padahal aku tadi barusan masuk siang hari jam 10 an. Sekarang udah jam 7 malam aja. Kalau berlama-lama lagi pasti aku akan dicurigai. Jadi aku pulang langsung saja ke rumah.

"Tadaima." aku menyorakan kata untuk memberita orang di rumah bahwa aku sudah pulang.

"Ahh papa, okaeri. Hari ini kok pulangnya malam sekali?" Migusa ternyata menyambutku terlebih dahulu.

Aku masuk ke dalam rumah sambil bercakap-cakap dengan Migusa.

"Ah hari ini sibuk sekali, jadi banyak yang harus dilakukan." sebenarnya aku tak mau melakukan hal ini.

Hidupku sudah terlalu banyak dipenuhi kebohongan agar orang tidak mengenal diriku secara totalitas. Itu lah alasan aku juga punya banyak identitas, guna untuk mengkacaukan informasi yang benar.

"Hmm, baiklah deh." Migusa tersenyum membalasku.

Senyuman tulus memang membuat selalu senang. Aku pun ikut tersenyum ketika aku bisa membuat orang lain tersenyum.

"Sin sayang? Sudah pulang ya, okaeri." Kiera tiba-tiba datang menyambutku.

Hmm? Dari penampilannya dia sedang menggunakan apron, apakah dia masak sendiri? Bukannya ada koki ya?

"Sayang? Kamu sedang masak?" dengan penasaran aku bertanya.

"Ah! Iya sedang masak, masakan kesukaanmu."

Heh? Tunggu, tunggu, aku tidak salah dengarkan? Dia kata apa tadi? Makanan kesukaanku? Tidak, bukan aku tidak suka, tapi aku tak pernah mengatakan sepatah kata pun tentang makanan kesukaanku.

"Makanan kesukaanku?" dengan muka yang mengatakan bahwa aku tak punya ide apa pun, aku bertanya kepadanya.

"Iya makanan kesukaan papa. Mama sedang masa nasi goreng." Furisu menjawab pertanyaanku.

Furisu juga tau? Eh tunggu, Furisu juga sedang mengenakan apron, jadi dia membantu Kiera? Ahh aku jadi sangat bingung, tapi apa boleh buat. Ada makanan kenapa ditolak?

"Wahh, kesukaan papa. Memang kalian sudah makan?" setidaknya hal sesimpel ini bisa membuatku tersenyum.

"Kami sudah makan kok pa, tinggal papa saja yang belum makan." Migusa membalas pertanyaanku dengan semangat.

Sebenarnya aku tidak enak membuat mereka menungguku dan harus makan sendiri. Tapi apa boleh buat, tidak bisa disesali juga bukan? Kuharap mereka tidak marah dan curiga padaku.

"Ayo, pa, makanannya sudah siap." Migusa dan Furisu menarikku kedua tanganku.

"Baik, baik."

Kurasa setidaknya sampai sekarang aku masih bisa melindungi keluargaku dan masih bisa tersenyum. Aku tak butuh yang lain, asalkan dua hal ini selalu terpenuhi, aku tak akan mempermasalahkan segala sesuatu.

Setelah masuk ke ruang makan, aku duduk di salah satu kursi meja makan. Hmm? Aroma ini!? Jangan bilang kau bukan hanya tau bahwa aku suka nasi goreng, tapi nasi goreng daging dengan aroma bunga lily?? Ok, yang kali ini tidak terduga.

"Hahaha, lihat tuh, papa sampai terkejut sekali bahwa kita tau makanan kesukaan papa sampai ke detail-detailnya." Kiera menghidangkan piring itu sambil tertawa menggodaiku.

Aku sih tidak mempermasalahkan bahwa mereka tau kesukaanku, tapi bagaimana mereka bisa tau kalau aku suka nasi goreng tipe ini?

"Ehem, ok kuakui aku kalah. Aku tak tau kau tau makanan kesukaanku sampai ke detail-detailnya. Bisa jelaskan?"

"Hahaha, papa lucu. Bukannya kebiasaan papa sudah menunjukkannya?" Furisu menjawab pertanyaanku.

Tunggu, kebiasaanku? Memang kebiasaanku apa? Bukannya mereka tidak tau bahwa aku sering memasak sendiri? Oh tidak, jangan-jangan….

"Emm, papa kebingungan, tologn jelaskan dongg." tak kusangka aku akan memelas untuk mengetahu hal yang tidak penting-penting amat.

"Pftt, aduh suamiku Shin sayang, memang selama ini kami tidak tau bahwa kau sering memasak makanan ini sendiri? Sebenarnya tanpa bersembunyi melihatmu, aku sudah tau dari raut mukamu." ucapan Kiera lagi-lagi mengagetkanku.

Humm, tapi jika dipikir-pikir ini ketajaman berpikirku berkurang dratis karena manaku sangat tidak stabil, bahkan keberadaan orang di sekitarku saja tidak tau. Ahh sungguh memalukan.

"Hah~ kalau sudah tau apa boleh buat. Apa lagi yang kalian ketahui dariku, tetapi kalian berpura-pura tidak tau?" kalau begini sekalian saja cari tau segalanya dari pada aku terkaget lagi.

"Semuanya!" Migusa dengan semangat menjawab pertanyaanku.

Hah? Semuanya?? Oh tolong jangan katakan mereka tau apa yang kulakukan hari ini? Setidaknya aku tidak peduli hal lain diketahui atau tidak, tapi soal ini aku tidak ingin ada yang mengetahuinya.

"Ohh… kurasa papa gampang dibaca ya orangnya?" nadaku mulai memberat menunjukkan tekanan yang ada padaku.

"Sudah sudah, lagi pula kami juga bercanda. Tidak semua juga kita tau. Kalian berdua juga jangan menggoda papa, tuh lihat muka papa jadi cemberuh tuh." semoga ucapannya benar seperti keadaanya.

Kalau sampai mereka tau soal keberadaan mana dan aku bisa memakainya, aku tak tau lagi bagaimana menangani mereka dan menjelaskan kepada mereka.

"Uuu, maaf papa, jangan marah sama Migusa dong."

"Furisu juga, jangan marah ya pa?"

"Pftt, baik-baik."

Ternyata kalau memelas begini ya caranya? Imut sekali deh mereka. Mengetahui mereka berdua ada di dekatku, langsung saja aku menggendong mereka berdua dan membuat mereka duduk di atas pangkuanku.

"Kalau gitu suapi papa, baru papa tidak marah." aku tersenyum bahagia lagi.

Tak kusangka bahwa mereka benar-benar melakukannya, bahkan mereka memastikan makanannya tidak terlalu panas dan secara bergantian menyuapiku.

Tapi yang membuatku terkejut lagi, rasa nasi goreng ini jauh lebih enak dari pada masakanku sendiri. Apa yang sebenarnya dia lakukan sampai seenak ini? Namun kalau aku lihat muka Kiera, dia pasti sudah tau bahwa ini adalah reaksiku ketika memakan masakannya.

"Bagaimana papa enak?" Furisu bertanya kepadaku setelah selesai menyuapi aku makan sampai habis.

"Enak kok. Makanan ini sudah enak, ditambah lagi kalau anak-anakku yang menyuapi aku, akan semakin enak. Coba kalau mama yang nyuapi, berasa di surga pasti." aku melirik licik ke arah Kiera.

Humm, ayo kita coba apakah bisa menggodanya. Kalau bisa dan melakukkannya pun kurasa hanya di dalam mimpi saja.

"Hooh, mencobaiku ya? Baiklah. Migusa, Furisu, kalian naik dulu ke kamar, tolong jagain adik-adik kalian." hmm, apa dia mencoba menghilangkan hadangan antara diriku dan dia?

"Baiklah ma. Jangan marah lagi ya pa?" mereka berdua turun dari pangkuanku dan memintaku berjanji.

"Janji." aku berjanji kelingking dengan kedua anakku.

Langsung saja mereka berlari ke arah kamar yang di lantai dua. Humm, sekarang tunjukkan kemampuanmu Kiera. Aku mau lihat seberapa besar usaha dan hasil yang kau bisa berikan padaku.

Dia mengambil sesuap nasi goreng dari piringku. Tapi anehnya dia justru memakannya sendiri. Apa yang dia rencakan?

"Sudah siap?" Kiera datang mendekatiku sampai berada tepat di depanku.

Sekejap saja, aku bisa merasakan nasi goreng rasa hot. Tidak kuduga dia berani melakukannya.

"Hehe, bagaimana? Aku menang kan?" ohh, sudah mulai arogan dia.

"Tidak, aku tidak ingin nasi goreng ini."

Aku menarik dirinya dan mengembalikan yang dia sebelumnya berikan. Perang itu pun berlanjut sampai akhirnya nasi goreng itu lenyap dalam permainan kita berdua.

"Uhh, dasar sukanya selalu begitu." Kiera mulai protes denganku.

"Mana ada, kalau bukan karena kau yang mulai aku tidak akan melakukannya juga." tentu saja aku membantah karena itu bukan faktanya.

"Huh terserah deh. Buruan habiskan nasi gorengnya lalu mandi dan tidur. Walau aku tak tau apa yang kau lakukan seharian, tapi sayang kelihatannya terlihat capek sekali." wanita ini plin plan juga.

Sebentar meninggikan diri, sebentar peduli dengan orang lain. Kurasa wanita dan segala perempuan memang sulit dipahami. Entah apa alasannya, aku tidak pernah mengerti.

Ah aku harus segera istirahat kalau tidak hasil bertapa tadi akan hilang hasilnya ketika aku tidak stabil kondisinya. Kurasa malam ini aku harus istirahat dengan tenang.


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C31
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập