Yuga terkejut saat pulang dan mendapati apartemennya gelap. Dengan cepat dibukanya sepatu sambil mengecek ponsel. Ralin tidak mengatakan akan pergi. Yuga menyalakan lampu dan melangkah cepat ke ruang tengah. Bungkusan makanan diletakkannya begitu saja di minibar, ransel di sofa.
"Ralin?"
Dia membuka pintu kamar dan menyalakan lampu. Dengan lega dilihatnya Ralin berbaring di ranjang, meringkuk di balik selimut. Yuga menghampirinya. Satu tangannya sudah terulur ke arah istrinya saat disadarinya wajah Ralin sembab. Jejak air mata terlihat jelas di pipinya.
Belakangan ini Ralin berubah. Proyek pementasan drama yang ditanganinya menyita waktunya lebih banyak ketimbang proyek robot di lab universitas Yuga. Yuga tak sampai hati memprotesnya walaupun ingin. Sesekali dia hanya mengingatkan agar istrinya itu lebih mementingkan kesehatan dan memperbaiki jam tidurnya yang telah berantakan selama berbulan-bulan.