Yuga duduk sambil menekap kepalanya, tak memedulikan manusia lain yang ada di sekelilingnya. Gulungan berbagai emosi bercampur aduk di kepalanya, membuatnya tak bisa berpikir jernih dan nyaris sesak napas. Ia mengabaikan tepukan konstan Ravi di bahunya, yang berusaha menenangkannya. Ia bisa mendengar isakan Riga yang tak putus-putus sejak berjam-jam yang lalu, atau langkah-langkah kaki Harris yang mondar-mandir tak jauh dari tempatnya duduk. Ia menepis tangan Donna yang berusaha mengusap kepalanya. Ia luar biasa marah pada orangtuanya yang menjadi penyebab kecelakaan yang menimpa Ralin.
Mereka menunggu, dalam hening, dalam emosi yang tertahan dan siap meledak kapan saja. Ralin belum tersadar sejak terbentur keras pada nakas di kamarnya. Jika saja Harris tak menariknya terlalu keras, tak menghempaskan tubuh mungil yang rapuh itu, semua ini tak akan terjadi.