"Nunggu lama ya?" seorang pria paruh baya yang wajahnya mirip sekali dengan Bimo menarik salah satu kursi di depan kami lalu mendudukinya, Senyumnya sumringah dengan sedikit kerutan di ujung-ujung mata beliau.
"Iya lamaaaa ... kebiasaan!" omel Bimo sebal. Ku tepuk pelan lengannya, dia hanya melirik malas padaku.
"Enggak kok Om, kita juga baru nyampe." jawabku sopan.
"Hahah, maaf ya jadi nunggu, udah pada pesen?" sahut om Sandi santai. Aku sudah tahu nama papanya Bimo dari Samsul waktu darma wisata dulu.
"Udah." jawab Bimo enteng.
"Papa gak di pesenin?" tanya beliau, aku jadi sedikit tidak enak, karena tak ingat.
"Enggaklah, emang mau pesen apa?" sewot Bimo.
"Kopi lah." om Sandi menoleh ke belakang dan mengacungkan tangannya untuk memanggil waiter.
"Bisa di bantu bapak?" tanya mas-mas waiter tadi saat sampai di depan om Sandi.
"Saya mau pesan, espresso pakai gula terpisah ya."