Ini…sungguh berbeda.
"gawat, ini tubuhku saat berumur 21 tahun. Tapi, struktur wajahku kenapa agak berbeda ya?". Permasalahan yang menurutnya runyam adalah struktur wajahnya, tapi kenapa ibunya hanya terkejut dengan tinggi badannya?
Arslan hanya menggelengkan kepalanya pelan. Tidak tahu lagi apa yang akan terjadi nanti. Dan menurutnya yang paling penting saat ini, peristiwa hari ini adalah Kenyataan, dan bukan halusinasi belaka.
Dirinya meneliti kembali struktur tubuhnya yang baru ini. Selain ia merasa bugar, ia juga melihat Arslan versi ini sangat mempesona. Rambut hitam pekat yang lurus, siluet mata yang tajam, bola mata yang hitam tebal dan bulat besar, hidung yang mancung, bibir yang tipis dan berwarna merah cerah, kulit tubuhnya putih layaknya salju, otot tubuhnya terlihat di tubuhnya yang kurus ideal itu. Bahkan tingginya saat ini sekitar 165 sentimeter, cukup tinggi untuk seukuran anak yang baru naik kelas ke SMP.
Setelah selesai memeriksa setiap inci tubuhnya, ia memakai pakaian yang sudah disiapkan oleh ibunya. Menurut ibunya tubuhnya saat ini terlalu besar jika memakai seragam yang sekarang, karena pasti akan sangat ketat jika dipakai. Untung nya ibunya dengan cepat meminjam seragam SMP milik anak tetangga, yang sekarang anak tetangga itu sudah berada di Kelas 2 SMA.
Tak terasa sudah pukul 06.30 pagi, terlihat Arslan dan adiknya sarapan dengan lahap. Tapi, sepertinya hanya arslan saja yang melahap roti bakar yang ada didepannya.
"kak…kenapa kakak berubah jadi cakep begini?". Komentar adiknya yang sedari tadi memandanginya sambil mencuil roti bakar itu sedikit demi sedikit.
" uhuk-uhuk…", Arslan pun menoleh memandangi adiknya yang sedang nyengir bahagia. "emang sejak kapan kakak jelek?"
"sejak kemarin", sahut adiknya yang tak bersalah. Dan seletah itu Rega nyengir kembali dengan rentetean giginya yang putih terlihat, sungguh bahagia pikirnya.
Arslan kembali hanya menggelengkan kepalanya. Ia pun segera menghabiskan sarapannya beserta susu fresh milk yang menjadi minuman favoritnya itu. "habisin rotinya, bentar lagi kita berangkat"
Sesaat setelah Rega menghabiskan sarapannya, Arslan selesai merapikan perlatan sekolahnya yang ada di kamar. Sekilas ia memandang cermin, sambil tersenyum simpul.
"sudah dimulai…". Katanya sembari meninggalkan kamar menuju belakang rumah, tempat sepedah nya berada.
Arslan menginstruksikan Rega agar mengikutinya dari belakang. Setelah setengah jam bersepedah, mereka berpisah. Rega masih kelas 6 SD, dan sekolahnya pun berbeda tempat dengan Arslan. Namun satu arah keberangkatan.
Tak lama Arslan pun sampai di sekolah barunya, karena jaraknya yang Cuma 10 menit dari sekolah Rega. Ia berhenti tepat di depan sekolah itu.
Didepan sekolah itu tertulis Sekolah Menengah Pertama Swasta Patra. Ya, disekolah itulah Arslan menghabiskan 3 tahun kehidupan ABG nya. Ia tidak sabar memulai kehidupan barunya ditempat ini, memperbaiki semuanya yang dulu di kehidupan sebelumnya ia sesali.
Setelah memarkirkan sepedanya di tempat parkir khusus sepeda, Arslan berjalan tenang kearah papan yang berada didekat ruang guru. Terlihat banyak sekali murid cowok dan cewek bergerumun melihat papan itu. Arslan tidak menyadari banyak dari murid kelas 2 dan kelas 3 memandangi dirinya dengan takjub
" ya ampun lihat! Itu anak cakep banget!"
"dia murid baru kah?"
"aku rasa bukan. Lihat, dia jalan ke papan pengumuman pembagian kelas di kelas 1"
"ga mungkin, dia tinggi banget. Tapi mukanya imut, cakep, cantik,ah semuanya jadi satu!"
"gila, kelas satu sudah setinggi itu? Jadi pingin aku gebetin tauk!"
"mana mau dia sama kamu, badan kayak triplek gitu"
Berbagai komentar dilontarkan oleh cewek-cewek kelas 2 dan kelas 3 ketika melihat Arslan. Para cowok hanya mendengarkan gadis-gadis itu enggan. Mereka beringas seperti melihat artis ibukota yang tiba-tiba muncul disekolah mereka.
Sedangkan Arslan dengan seksama melihat papan yang ada didepannya. Ia melihat tulisan namanya di papan itu.
Arslan Lay. Kelas 1C
Ia sudah tahu jika ia akan berada di kelas itu, seperti kehidupan dia sebelumnya. Semua kenangan dan peristiwa semasa ia berada di SMP masih teringat jelas dibenaknya.
"hei, kamu anak kelas 1?"
Tiba-tiba terdengar suara disampingnya. Ia pun menoleh kearah suara itu, melihat seorang gadis berkaca mata yang sangat manis. Arslan tahu siapa gadis ini, namun ia berusaha bersikap tenang.
"ya. Aku anak kelas 1. Kamu?"
"ooh. Aku juga" jawabnya dengan senyumnya yang sangat manis. Pipinya ketika tersenyum memiliki lesung pipi yang membuat orang sangat suka memandanginya ketika ia tersenyum. "kamu di kelas mana?". Tanya gadis itu.
"kelas 1C". jawab arslan
"wahhh, sama donk! Aku juga di kelas itu. Oh iya kenalin, namaku Annisa Maurina. Panggil saja Anis. Kalau namamu siapa?". Ucap gadis itu sambil meminta bersalaman dan senyum yang merekah.
Arslan pun membalasnya dengan memegang tangan gadis itu. " aku Arslan Lay. Panggil saja Arslan". Balas Arslan dengan tersenyum.
Saat Arslan tersenyum dan memegang tangan Anis, gadis itu hanya memandangi Arslan dengan tatapan kagum, ia merasakan desiran aneh pada dirinya. "Ya Ampun, ini cowok cakep banget ya Tuhan…, aku jadi degdegan gini kenapa ya?". Batin anis ketika melihat Arslan yang begitu dekat dengan dirinya saat ini.
Saat Arslan merasa ada yang aneh pada gadis dihadapannya itu, ia pun segera dengan cepat melepas tangannya yang saling bergenggaman. Situasi pun menjadi canggung bagi Annisa, gadis itu seakan tidak dapat mengeluarkan sepatah katapun, berbeda dengan saat pertama ia berkenalan dengan Arslan. Arslan yang melihat wajah Anis berubah kemerahan seperti tomat hanya tersenyum tipis. Ia tidak menyangka gadis ini bisa semanis itu, berbeda dengan gadis yang ia kenal saat di kehidupan sebelumnya.
"sepertinya ini akan menarik". Pikir Arslan ketika melihat Annisa. Tidak disangka Annisa adalah orang pertama yang ia temui pertama kali di tempat ini. Di sekolah ini, tempat menghabiskan hari-hari yang menyenangkan baginya. Dan gadis ini, Annisa Maurina, adalah target pertama yang sempurna untuk Arslan menjalani kehidupan SMP nya.
Creation is hard, cheer me up!
Perasaan canggung itu membuat Arslan berinisiatif mengajak Annisa untuk melihat kelas mereka berada. Mereka berjalan sambil menikmati suasana sekolah, dan juga berbincang-bincang tentang pribadi mereka masing-masing. Dan ketika mereka tiba di dekat kelas mereka berada, mereka berdua mendengar keributan yang terjadi disana. Segera Arslan dan Annisa menuju kearah kerumunan yang menjadi tempat keributan itu. Tepatnya keributan itu terjadi di depan kelas mereka.
"Jadi kalian berdua ngga akan minta maaf sudah merusak sepedahku?". Tanya seseorang murid cowok, dengan perawakan yang cukup tinggi sekitar 160 sentimeter, dan wajah yang cukup garang diusia nya. Arslan mengenal orang itu, ia adalah anak kelas 3, sudah sering berbuat onar juga di masa kehidupan Arslan sebelumnya.
Arslan yang melihat itu hanya mendesah pelan. " jadi, kejadian ini ngga berubah…". gumam Arslan saat melihat kejadian didepan matanya.
Terlihat 2 orang murid cowok yang tertunduk, dan sepertinya takut dengan orang didepannya.
" tapi kak, kami tidak sengaja menjatuhkan sepeda kakak. Juga sepeda kakak tidak ada yang rusak, Hanya lecet saja..". sahut salah satu dari 2 murid yang tertunduk takut itu.
"Oh! Jadi kalau sepeda ku Cuma lecet, kalian ngga mau ganti rugi gitu?"
"bukankah kami sudah memberi kakak uang untuk ganti rugi tadi kan?"
"kalian kira 10ribu cukup? Aku butuhnya 50ribu!!! Sepeda ku itu mahal! Bukan kayak sepeda kalian yang butut!"
Arslan dan Annisa yang sedari tadi melihat keributan itu, menjadi resah. Terutama Annisa yang Nampak takut melihat percekcokan itu. Arslan yang melihat Annisa menunduk dan hanya sedikit mencuri pandang ke arah keributan itu, berusaha menenangkan Annisa.
"nis, kamu gapapa?"
Anis mendongak, melihat ke arah Arslan. "gapapa kok. Aku Cuma ngga nyaman aja"
Arslan yang mendengar itu hanya tersenyum kecut. Dia tidak mengira Annisa yang sebenarnya periang ini punya sisi ketakutan karena kejadian yang menurut Arslan adalah hal sepele.
"kamu mau aku bantu mereka berdua?". Tanya arslan yang seketika membuat Annisa terkejut.
"kamu mau bantu mereka? Ngga, mending jangan ikut campur urusan mereka. Aku ngga mau kamu kena masalah sama kakak kelas gara-gara kamu ikut campur urusan orang Bengal itu…". Ucap Annisa khawatir akan tindakan Arslan. Saking khawatirnya Annisa memegang tangan Arslan tanpa ia sadari.
Arslan Cuma bisa tersenyum melihat tingkah Annisa yang menurutnya menggemaskan. Segera ia menepuk kepala Annisa pelan, berusaha menenangkannya.
"Nis, kamu tunggu disini saja". Setelah mengusap dan mengacak rambut Anis sedikit, Arslan pun bergegas menuju 3 orang yang sedang membuat kerusuhan itu. Perilaku Arslan terhadapnya membuatnya semakin tersipu malu. Rasa gelisahnya pun bertambah, ia tidak ingin Arslan terkena maslaah di hari pertamanya masuk SMP.
" yo, kakak kelas!". Teriak Arslan sehingga mengagetkan mereka bertiga.
Mereka bertiga saling bertatap pandang, kebingungan menjalar di diri mereka ketika Arslan berjalan mendekat menghampiri mereka bertiga.
"ada apa? Kamu siapa?". Tanya si cowok garang itu.
"aku teman sekelas mereka, dan bukankah sebentar lagi jam masuk pelajaran? Kakak membuat keributan yang tidak perlu disini.." kata Arslan menegaskan.
"keributan? Dari mananya yang rebut? Aku hanya meminta ganti rugi ke mereka. Dan apa ini? Kau mau menjadi pahlawan di siang bolong?"
"maaf kalau aku mengganggu kakak. Tapi seperti yang sudah kudengar tadi disana, bukannya mereka sudah membayar ganti rugi?"
Cowok garang itu hanya tersenyum sinis. " iya, kau benar. Dan juga kau dengar juga kalau ganti rugi mereka itu kurang?". Ujar cowok itu yang berusaha menekan Arslan.
"so, kalau mereka membayar sisanya, apa kakak tidak akan melanjutkan perdebatan ini lagi?"
"ya,tentu saja. Aku akan melupakan permasalahan ini." Katanya ketus.
Dua cowok itu pun setengah terkejut mendengar perkataan Arslan. Bagaimana mungkin dia bicara seenaknya seperti itu tanpa berbicara dulu dengan mereka. Ditambah… mereka sudah tidak memiliki uang untuk diberikan kepada kakak kelas itu. Namun mereka hanya diam tanpa kata, tidak ingin menambah masalah lagi yang akan membuat mereka terlibat permasalahan dengan kakak kelas.
Arslan pun merogoh sakunya, mengambil 4 lembar uang 10ribuan dan menjulurkannya ke hadapan cowok garang itu.
"ini, ambil. Dan segera pergi dari sini…". Sikap arslan pun membuat murid-murid disekitar terperangah kaget. Untuk seorang anak kelas 1 SMP, membawa uang segitu sudah cukup membuat mereka mengira Arslan adalah anak orang kaya, namun sebenarnya bukan. Itu adalah hasil tabungan Arslan yang ia kumpulkan setiap hari raya Idul Fitri ketika mengunjungi kerabat-kerabatnya. Arslan masih mengingat dengan jelas dimana dia menyimpan uang tabungannya itu dirumah.
"wah wah, ada anak orang kaya disini". Cowok garang itu pun segera menyabet uang yang diberikan arslan, dan menyimpannya di saku dadanya. "oke masalah ini selesai, tapi…". Cowok garang itu mendekat kearah arslan hingga hanya setengah meter jarak mereka saat ini. " namaku Deren Aria Sumarja. Siapa namamu?"
"Arslan Lay". Jawab arslan dengan nada datar.
"bagus, keliahatannya kamu punya nyali. Temui aku sepulang sekolah di lapangan belakang sekolah ini, adik kelas Arslan…". Kata cowok yang bernama deren itu. Ia pun pergi dengan tertawa senang, bahwa sepertinya ia akan mendapat mainan baru.
Arslan hanya memandangi Deren yang berlenggang pergi tanpa menghiraukan pandangan jijik dari semua anak kelas 1 yang melihat deren saat itu. Yang tidak Deren ketahui, Arslan juga tersenyum licik seakan ia akan mendapat jackpot hari ini.
Creation is hard, cheer me up!
Bạn cũng có thể thích
bình luận đoạn văn
Tính năng bình luận đoạn văn hiện đã có trên Web! Di chuyển chuột qua bất kỳ đoạn nào và nhấp vào biểu tượng để thêm nhận xét của bạn.
Ngoài ra, bạn luôn có thể tắt / bật nó trong Cài đặt.
ĐÃ NHẬN ĐƯỢC