Tải xuống ứng dụng
28.57% Asmarandana / Chapter 16: 16. Kompetisi

Chương 16: 16. Kompetisi

"Pagi cerahku sempurna karena malam mengundang rembulan," -Anatasyia Viona Hammid

.

.

Sudah tiga minggu ini Viona dan Yangyang sibuk mempersiapkan kompetisi taekwondo antar Nasional. Mereka diikut sertakan kompetisi karena baru bulan kemarin mereka menaiki tingkat kedua yaitu sabuk kuning, meskipun baru sabuk kuning tapi Yangyang dan Viona memiliki kemampuan yang sangat baik untuk mengikuti kompetisi tahunan. Fisik mereka juga kuat dalam setiap latihan.

Sebenarnya kompetisi akan dimulai pada hari sabtu depan, sedangkan siang ini mereka akan berlatih di pusat pelatihan, hari ini Viona dan Yangyang pulang cepat karena sedang ada rapat akreditasi. Viona sudah memakai dobok yaitu seragam putih untuk taekwondo, dia lapisi dengan bomber tak lupa dia juga membawa tas slingbag untuk berjaga-jaga saja kalau ingin membeli makanan, gadis yang kini rambutnya dikuncir satu itu segera turun dari kamarnya untuk menunggu Yangyang datang.

Viona setiap kali pergi latihan selalu bersama Yangyang, laki-laki itu yang menyarankan sendiri agar Viona berangkat bersamanya.

Tak hanya Yangyang dan Viona saja yang akhir-akhir ini disibukkan oleh organisasi maupun tugas. Suhyun dan Renjun yang kini sudah menjabat sebagai DPM serta Jeno yang menjadi BEM di Fakultas Kedokteran Gigi, dan Felix yang juga menjadi BEM di Fakultas Farmasi, Mark juga terpilih dalam recuitmen keanggotaan BEM Fakultas Fisioterapi, mereka semua lebih sering rapat malam. Sedangkan Yeri sendiri juga akan mengikuti kompetisi dance yang akan diadakan Institut akhir bulan Oktober ini, jadi bala-bala Haechan kini jarang sekali berkumpul.

Terkadang Nada, Jaemin, Lucas, Woojin, Haechan, Somi, dan Hyunjin menyempatkan diri untuk berkumpul seperti ngopi bareng, ngerjain tugas bareng. Soalnya yang lain pada sibuk dan kadang kalo malam suka capek sendiri sama kegiatannya, jadi pada izin nggak ikut ngumpul. Walaupun kekurangan anggota, mereka tetap solid kok, buktinya beberapa kali Viona dan Yangyang setelah pulang latihan mereka menyempatkan diri buat sekedar ngajak makan bareng yang lain walau keadaannya mereka baru saja pulang latihan. Dan yang lain mah oke-oke aja, sama-sama ngertiin juga dan berakhir makan bareng di warung bu Retno.

Tin tin tin. Terdengar suara klakson dari depan rumah Viona, siapa lagi kalo bukan Yangyang.

Viona segera berjalan keluar setelah menyalami bunda dan abangnya.

"Hati-hati ya kak," ujar Sooyoung.

"Yang bener ninjunya," celetuk Doyoung.

Viona mengernyit, "Yeee dikira mau boxing apa,"

"Viona pergi dulu, assalamuálaikum,"

"Waálaikumsalam." Gadis itu menghilang dari balik pintu setelah mendapat jawaban salam dari bunda dan abangnya.

Di depan rumah sudah ada Yangyang dengan motor Ninjanya dan dia juga sudah memakai dobok namun hanya celananya saja, atasan dia memakai kaos berwarna abu-abu. Biasanya atasannya dia simpan di jok motor dan bakalan dipakai setelah sampai ditempat latihan.

"Mang beli indomilk di indomart dulu ya," ujar Viona.

"Hmm kebiasaan kalo mau berangkat dah," sahut Yangyang dengan wajah datar. Viona setiap mau berangkat latihan, dia selalu beli susu indomilk dulu ke indomart katanya biar nambah kuat kalo lagi tendangan dwi chagi pada target yaitu tendangan belakang.

Setelah Viona naik ke jok belakang, Yangyang pun menjalankan motornya ke indomart seperti permintaan Viona.

Sampailah di indomart, Viona memasuki toko itu sedangkan Yangyang tetap stay di motornya. Yangyang mendongak saat ada seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang.

"Woy brada…" Seru seseorang itu.

Yangyang segera mengangkat tangannya dan melakukan tos ala-ala, "Wihhh anak bem nih,"

"Lu ngapain di depan indomart?" Tanya Jeno.

"Nunggu vio lagi beli susu indomilk tuh," sahut Yangyang.

Jeno mengangguk, "Mau latihan taekwondo tah?"

"Iya jen, sorry gue jarang ikut nongkrong,"

"Santuy lah, gue juga jarang ikut soalnya rapat mulu kesel gue," gerutu Jeno.

Viona datang dengan membawa satu kantong plastik, "Eh jeno,"

Agaknya mereka awkward karena baru kali pertama bertemu lagi setelah kejadian dinner beberapa minggu yang lalu. Dan setelah pulang dari café pun mereka tidak bertukar kabar, dan esoknya Viona mulai sibuk daftar kompetisi dan Jeno keterima menjadi anggota BEM.

Jeno tersenyum senang, "Hai vi,"

"Baru pulang ngampus apa pulang rapat nih kok rapi amat jen?" Tanya Viona ketika melihat Jeno memakai jas almamater.

"Baru rapat, tapi nanti disuruh balik lagi," sahut Jeno wajahnya tampak sedikit lesu. Bagaimana tidak, sejak dia ikut organisasi jadwal istirahatnya jadi sedikit, pulang malem karena rapat setelah itu nugas sampe tengah malam kadang bisa sampe subuh.

Viona menatap kasihan karena kantung mata Jeno, tapi laki-laki itu tetap menunjukkan senyuman manisnya.

"Lo cepetan balik aja deh, istirahat dulu kasian atuh itu mata sama fisik, jangan dipaksain lah," ujar Viona.

"Ekhem ini jadi berangkat apa kagak, udah telat nih," ujar Yangyang.

Viona pun tersadar, "E-eh iya duh, gue sama yamamang pergi dulu ya jen, hati-hati bawa motornya," gadis itu segera menaiki motor Yangyang dan segera mengenakan helmnya.

Jeno hanya mengangguk, setelah itu Yangyang dan Viona meninggalkannya.

"Kapan lagi ada moment berdua sama lo vi," Jeno bermonolog, tatapannya tidak beralih dari motor Yangyang yang semakin menjauh.

Setelah Yangyang dan Viona tidak terlihat lagi, Jeno menjalankan motornya. Laki-laki itu tidak langsung membawa motornya pulang ke kos, melainkan membuntuti motor Yangyang yang kini tengah berbelok ke sebuah gang tempat mereka latihan taekwondo.

Jeno tidak langsung mendekati Yangyang dan Viona, dia memarkirkan motornya di sebuah toko yang letaknya tepat berseberangan dengan basecamp taekwondo. Setelah Yangyang dan Viona memasuki basecamp barulah Jeno turun dari motornya.

Jeno melihat Viona dari balik pintu kaca, laki-laki itu kagum dengan sifat energic yang ditunjukkan oleh gadis itu. Viona tengah memukul target dengan kaki tak lupa teriakan 'ha' keluar dari mulutnya. Setelah itu Viona dan teman-temannya melakukan beberapa rangkaian gerakan kompak, gerakan ini disebut dengan istilah taegeuk.

Sudah satu jam lebih Viona dan Yangyang berlatih, dan Jeno yang masih setia berdiri dibelakang pintu kaca, saat Viona ingin berjalan keluar, laki-laki itu bergegas bersembunyi diruangan latihan lain yang kosong. Viona keluar dari ruangan untuk mengambil minuman, gadis itu terkejut saat akan berbalik tiba-tiba Jeno sudah berdiri tepat dibelakangnya.

"Ihhh ngagetin jennnn…" Rengek Viona. Jeno tertawa senang melihat wajah tegang Viona.

Hampir saja Jeno terkena pukulan refleks dari Viona, untung saja Jeno mencegah pergelangan tangan Viona. Kalau Jeno tidak memiliki refleks yang sama bisa-bisa wajah tampannya memar terkena pukulan kuat sang gadis.

"Ini nih hampir kena muka gue," Jeno menurunkan tangan Viona.

"Salah sendiri ngapain disitu ahhh…" Sungut gadis itu.

"Hehe nonton," ujar Jeno sambil meringis.

Viona mengernyitkan dahinya, "Nonton apaan?"

"Tuh tadi anak bu sooyoung keren tau,"

Viona memukul kecil lengan Jeno karena malu.

"Kan tadi gue nyuruh lo buat pulang istirahat, ngapain pake ngikutin sih?"

"Pengen aja, emang nggak boleh wlee,"

"Ihh jadi nyebelin banget sih, minggir mau minum gue," Viona sedikit mendorong tubuh Jeno yang menghalangi jalannya, tapi laki-laki itu malah mengikuti gerakan Viona dan tidak mau berpindah, Viona mau ke kiri Jeno ikutan ke kiri, gitu aja terus sampe Viona geram sendiri.

Viona melotot ke arah Jeno, akhirnya Jeno mau mundur karena takut. Jeno mengikuti Viona persis seperti anak kecil yang minta dibeliin jajan. Mereka pun duduk diluar basecamp sekalian cari udara segar karena di dalam bau keringat walaupun AC sudah dihidupkan sekalipun.

Viona memutar kepalanya menghadap Jeno, gadis itu menatap lekat-lekat mata laki-laki di depannya, sampai-sampai Jeno memundurkan kepalanya.

"Lo kenapa heh!!" Jeno mendorong mundur kepala Viona, karena gadis itu terus bergerak maju seperti mengintimidasi.

"Gapapa," Viona membuang muka tak acuh. "Lo ngapain kesini sih?"

"Ishh kenapa dah itu mulu, pengen tau lo latihan taekwondo," sahut Jeno.

Viona menoleh ke arah Jeno lagi, "Nggak capek apa?"

"Hmm nggak, kan gue kesini niatnya mau liat elo," Jeno tersenyum simpul.

Viona menghela nafas tak percaya, "Bisa-bisanya gombal, tuh kantung mata dirawat, kalo lo kenapa-kenapa dijalan gimana hah?"

Karena gemas Jeno menggusak rambut gadis itu, setelah itu Viona ngomel-ngomel. Dalam hal ini Viona nggak mau mengikut sertakan perasaannya, dia nggak mau suasananya jadi canggung dan terlihat berlebihan padahal batinnya sudah campur aduk, tapi tetap saja dia tidak boleh menunjukkannya. Memangnya siapa dia.

"Bawel!!" Seru Jeno.

"Di bilangin juga, ngeyel!!" Seru Viona tidak mau kalah.

Jeno tidak mengindahkan ucapannya. Yangyang yang dari tadi menunggu Viona karena dia menyuruh gadis itu membawakan minumannya namun tidak kembali-kembali, akhirnya Yangyang keluar ruangan dengan wajah kesal.

"Yeee makanya kagak balik-balik ternyata lagi berduaan ti-ati syaiton, dasar bahlul disuruh ngambilin minuman malah nongkrong," gerutu Yangyang lalu dia mengambil sebotol minuman dari kantong plastik indomart tadi.

"Ya mon maap gue lupa," sahut Viona lirih. Yangyang menjitak ubun-ubun kepala gadis itu, Viona pun mencubit pinggang Yangyang karena jitakannya yang kuat, gadis itu mengusap-usap kepalanya yang sakit.

Setelah menjitak kepala Viona, Yangyang duduk disebelah Jeno.

"Jadi lo tadi ngikutin kita jen?"

Jeno mengangguk, "Mau liat lo latihan sekalian refresh otak, bentar lagi bukannya kompetisi kan?"

"He'eh, lo datang ya biar si vio semangat haha..." Goda Yangyang.

Viona langsung melotot, dia udah berapa kali melotot coba.

"Paan sih," sungut Viona.

"Yeee salting,"

"Bisa diem ga lu!!" Gertak Viona. Jeno hanya geleng-geleng kepala sambil haha hihi doang.

Viona dan Yangyang kembali ke ruangan karena latihan mereka belum selesai, sedangkan Jeno kini tengah menonton dari luar ruangan namun kini dia mengambil kursi, katanya capek kalo berdiri. Ya lagian salah sendiri tadi nggak ngambil kursi, malah asik berdiri sambil terkagum-kagum saat Viona sedang berlatih.

Jeno memfoto diam-diam saat Viona berlatih up chagi, Jeno tersenyum senang melihat hasil jepretannya setelah itu menyimpan ponselnya kembali. Jeno selalu mengabadikan foto Viona yang menurut laki-laki itu adalah moment terpenting sekaligus mengagumkan. Dia suka kalo Viona sedang serius seperti sekarang ini, apalagi kini Viona sangat lincah menendang target yang berada agak tinggi diatas kepalanya, nggak jauh beda lah sama yang udah profesional walaupun masih sabuk kuning.

Apalagi si Yangyang, dia udah loncat-loncat tinggi untuk menggapai target. Sampe bisa berputar dua kali di udara, udah kayak bianglala aja. Sebenarnya mereka tuh dibilang masih awam, cuma pelatihan taekwondo mereka tuh ketat dan paling unggul dari pada tempat-tempat lain, mereka juga cakap dan cepat tanggap dalam memahami teknik-teknik yang diberikan. Makanya meskipun baru sabuk kuning atau tingkat dua, Yangyang dan Viona udah bagus banget.

Satu jam penuh akhirnya mereka selesai latihan dan Jeno masih saja menunggu dibalik pintu. Entah apa yang membuat laki-laki itu enggan beranjak dari basecamp, apa karena dia hanya ingin melihat Viona dan Yangyang latihan saja atau ada maksud lain yang membuat dia betah menunggu selama tiga jam lebih. Entahlah itu hanya Jeno yang tau

Viona berjalan gontai bersama Yangyang yang menopangkan lengannya dipundak Viona, dan setelah itu berakhir dihentakkan turun oleh tangan kanan Viona karena tidak kuat menahan.

"Capek?" Tanya Jeno.

"Hu'uh," jawab Viona.

"Ya udah ikut gue, yang viona sama gue dulu ya," belum sempat Viona bertanya, tangannya sudah ditarik terlebih dahulu oleh Jeno. Tak lupa Jeno mengambil helm Viona dari motor Yangyang, setelah itu membawa gadis itu menuju motornya.

"Ihhh...mau kemana sih jen?" Viona menarik tangannya dari genggaman Jeno.

"Udah si diem aja, naik cepet," ujar Jeno yang sudah siap diatas motor, Viona berdecak setelah itu menuruti perintah Jeno.

Viona yang sudah sangat capek hanya bisa pasrah, kepalanya dia sandarkan dipunggung Jeno karena terasa sedikit berat. Karena akan mendekati kompetisi, jam latihan pun sedikit lebih lama dibandingkan biasanya. Biasanya hanya berkisar sekitar satu setengah jam sampai dua jam, tidak lebih dari itu, makanya kepala Viona sedikit pusing.

Jeno melirik dari kaca spion, agak kasihan melihat gadis itu menunjukkan wajah lelah, biasanya Viona selalu ceria walaupun dalam keadaan capek nugas sekalipun. Bahkan gadis itu masih bisa menyemangati teman-temannya walaupun tugas dia juga sama banyaknya.

Jeno menarik tangan kanan Viona agar melingkar di perutnya. Viona tersentak dan mengangkat kepalanya.

Jeno menurunkan kecepatannya agar suaranya bisa didengar, "Pegangan biar nggak jatuh, gue tau lu lelah mau tidur,"

Viona mengerjap-ngerjapkan matanya, benar saja Viona sedang menahan rasa kantuknya akibat kelelahan. Akhirnya Viona hanya mengangguk dan dengan sedikit ragu melingkarkan kedua tangannya diperut Jeno, agak terkejut juga saat merasakan perut Jeno yang seperti kotak-kotak, bukan teh kotak.

Viona juga menyandarkan kepalanya kembali ke punggung lebar Jeno, beneran nyaman banget itu punggung. Jeno tersenyum dari balik kaca helmnya. Benar saja tidak beberapa lama Viona sudah terlelap di punggung kokoh Jeno. Jeno mengeratkan genggaman tangan Viona dengan tangan kirinya yang lolos dari setir motor.

"Tau gitu gue bawa mobil aja tadi," gumam Jeno.

Mereka sampai pada sebuah tempat seperti desa sih sebenarnya, karena disekitarnya masih dikelilingi sawah dan didepannya terdapat gunung. Jeno menepuk-nepuk pelan pipi Viona, gadis itu tersadar dan mengucek-ucek kedua matanya.

'Kok jadi kayak baby gini sih,' batin Jeno.

Setelah mengumpulkan nyawanya kembali, gadis itu menengok ke sekitar tempat itu.

"Dimana jen?" Tanya Viona.

"Turun dulu atuh," sahut Jeno. Viona meringis dan langsung turun dari jok motor.

"Rumah nenek kakek gue," lanjutnya sambil melepas helm.

"H-hah serius lo?" Jeno hanya mengangguk sambil terkekeh kecil.

"Ta-tapi kenapa harus sekarang, maksud gue kenapa tiba-tiba sih?" Viona masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Pasalnya dia hanya tertidur selama satu jam setengah mungkin, tapi sudah sampai aja ditempat yang beneran jauh dari kota ini mah.

"Gue lagi pengen aja dan kata lo tadi capek jadi cari yang nuansa asri, lagian besok hari minggu nggak papa kali malmingan di desa," ujar Jeno santai.

"Bukan masalah itunya ihh, ini tuh di desa," Jeno hanya mengangguk.

"Terus gue masih pake baju dobok," Jeno mengangguk lagi.

"Terus lo bawa gue ke rumah nenek lo, tau gitu tadi gue kagak mau jen," lagi-lagi Jeno hanya mengangguk yang membuat Viona menghela nafas berat.

"Huhh ya sudah lah," ujar Viona pada akhirnya, mau gimana lagi udah sampe juga. Mau ngomel-ngomel lebih panjang lagi juga nggak bakalan ditanggapi sama Jeno.

Jeno terkekeh, "Udahlah nanti gue yang bilang bunda lo kalo bakalan nginep dirumah nenek gue, nggak mungkin kan balik sekarang apalagi ini mau maghrib," jelas Jeno sambil memasang wajah tanpa dosa.

"Bentar kata lo tadi bukannya mau balik rapat lagi," Viona tetap mengintrogasi dengan banyak pertanyaan.

"Gue izin ada kepentingan mendadak,"

"Terserah lo aja deh jen, gue capek cepetan ayo masuk dah,"

Asal kalian tau, Jeno lebih keras kepala dibandingkan Viona. Kalau Viona masih wajar-wajar saja berdebat dulu sebelum bertindak, kalau Jeno dia udah bertindak duluan kalo mau berdebat mah udah sia-sia.

"Oke," sahut Jeno dengan santainya.

'Demi apa gue bisa kejebak perasaan sama lo jen huhh,' batin Viona.

Rumah nenek dan kakek Jeno dindingnya masih terbuat dari kayu, tapi jangan salah kayunya jati yang berkualitas bagus banget. Yang membuat berbeda dari rumah-rumah lain, rumah nenek Jeno ini seperti rumah panggung, jadi untuk sampai didalam rumah mereka harus menaiki tangga. Pokoknya masih unik dan Viona suka sama hal-hal yang masih asli atau terbuat dari alam.

Viona berdecak kagum saat dia menyentuh kayu pembatas ruang tamu, di dalam rumah juga terdapat miniatur-miniatur kecil, sepertinya nenek dan kakek Jeno adalah seorang kolektor jika dilihat dari beberapa miniatur kuno.

Di ruang tamu itu juga terdapat foto kakek Jeno yang terpajang dengan pigura sedang memakai baju rapi dengan jas dibawahnya tertulis H. Amirudin. Kalau dilihat dari pakaiannya sepertinya memegang jabatan tinggi di desa ini. Dan disebelahnya terdapat pigura foto nenek Jeno dibawahnya juga tertulis nama Hj. Sariwati, dan di dinding lain juga terdapat foto Jeno beserta keluarganya.

"Eh lucu banget pas kecil," ujar Viona saat melihat foto masa kecil Jeno yang diletakkan diatas dipan.

Jeno menengok, "Emang sekarang enggak?"

"Gak tuh," Viona menatap datar, setelah itu berlalu.

"Nenek sama kakek lo dimana jen?" Tanya Viona sambil celingak-celinguk. Tiba-tiba seorang wanita yang berusia lanjut namun masih terlihat segar dan kuat muncul dari arah belakang rumah, yang dapat diketahui itu adalah nenek Jeno.

Viona membungkuk memberi salam dan tak lupa senyum dimple yang dia perlihatkan.

"Loh ini siapa nan?" Tanya sang nenek.

"Temen main anan nek hehe," ringis Jeno sambil menggaruk tengkuknya kikuk.

"Ohh cantik nan, kenalin atuh,"

Viona yang dibilang cantik oleh nenek Jeno, dia udah malu-malu kuda. Apalagi ngomongnya didepan Jeno, makin malu atuh.

Viona mengulurkan tangan lalu menyalimi tangan sang nenek, "Anatasyia viona, nenek bisa panggil ana atau vio juga boleh hehe,"

Sang nenek menepuk-nepuk pundak gadis itu, "Anandra anatasyia, cocok atuh,"

"Ihhh apasih nek, viona jadi malu tuh hahaha," tawa Jeno.

Viona menepuk tangan Jeno.

"Nggak kok nek hehe," ujarnya.

♥♥♥♥♥

Kun sedang bersiap untuk mengantarkan Yeri latihan dance di gedung serbaguna. Kun sudah menunggu kurang lebih 10 menit di depan kosan Yeri, dia tadi juga berpapasan dengan Suhyun karena gadis itu mau keluar membeli makanan.

Yeri sudah bercerita kepada teman-temannya mengenai hubungannya dengan abang sepupu Nada. Dan kalian tau reaksi Nada kayak gimana, dia ketawa paling keras diantara yang lain padahal mereka saat itu sedang berada di wagu, memang biadab si gembul. Setelah Yeri bercerita, Nada tidak henti-hentinya mengejek abang sepupunya itu. Apalagi minggu lalu ada kumpul keluarga dirumah keluarga Kun, bisa-bisanya dia ngomong ke om dan tante yang notabennya orang tua Kun, kalau Kun itu sedang menjalin hubungan dengan seorang gadis dancer di Institut. Pake ngomongnya dilebih-lebihin lagi jadi Kun makin jengkel dan berakhir Nada kena jegukan siku Kun. Biarin, biar tau rasa itu mulut kagak bisa dijaga yang baik-baik apa.

Dan reaksi orang tuanya kaget karena pasalnya Kun itu sudah lama tidak menjalin hubungan dengan gadis apalagi gadis terakhir yang dia kenalkan yang sekarang menjadi mantannya itu adalah seorang gadis yang terlihat pendiam dan sopan ke orang tua Kun. Namun akhirnya didalam sifat diamnya, gadis itu diam-diam menyimpan rasa pada laki-laki lain, dan berakhir Kun memutuskannya karena kepergok tengah selingkuh.

Kasihan ya, padahal Kun itu orang yang baik, lembut kalo sama cewe, dan nggak lupa tanggung jawabnya tuh besar banget. Jadi heran aja kok bisa gitu jadiannya sama si Yeri haha.

Setelah Kun mengirim pesan text agar Yeri cepat keluar, akhirnya gadis itu keluar dengan membawa totebag. Selanjutnya mereka meninggalkan halaman kos.

Malam ini Yeri akan menunjukkan kombinasi dance bersama timnya, Yeri ditunjuk sebagai leader oleh anggota timnya yang terdiri dari enam orang. Sebenarnya nggak cuma tim Yeri aja sih yang latihan malam ini, ada sekitar lima tim yang kombinasi anggotanya dari kating maupun teman satu angkatan.

Yeri turun dari motor sedangkan Kun tetap stay, dia cuma mau nganterin doang setelah itu ditinggal cabut nongkrong bareng Doyoung, Daniel, Taeyong, Winwin, Jaehyun. Nanti dia juga bakalan jemput Yeri, katanya pulang sekitar jam sepuluhan.

"Nanti kamu telpon aja dek," ujar Kun. Mereka tuh unik biasanya kalo orang pacaran tuh biasa manggil yang beb say ucil ucok gitu kan, kalo mereka tuh lebih suka manggil adek kakak aja karena sama-sama cringe. Nggak kaya si echan dia mah udah jamet kalo sama Somi.

Yeri mengangguk, "Helmnya aku bawa aja, nanti kamu kesusahan,"

Kun mengelus lembut rambut kekasihnya itu, Yeri mah kesenangan dialusin. Setelah selesai bucin, Kun berpamitan dan segera menginjak gasnya.

Yeri memasuki gedung serbaguna itu, setelah sampai di dalam gadis itu meletakkan helmnya dipojok ruangan. Dia berlalu menuju ruang ganti, dia membawa baju ganti untuk latihan didalam totebagnya.

Yeri keluar ruangan dengan memakai kaos tanktop hitam dan celana hitam, kalo ada Kun bisa-bisa khilaf :"

Gadis itu kini sedang mengingat-ingat gerakannya sambil mendengarkan musik dari ponselnya. Dia lalu berjalan ke arah sound system yang berada di paling belakang ruangan. Gadis itu menghubungkan ponselnya ke konektor sound dan terdengarlah musik itu di sound system.

Yeri mengomando teman satu timnya untuk berkumpul, "Gesss ngumpul dulu yok,"

"Yer yang bagian ini jadi ganti gerakan?" Tanya salah satu teman Yeri.

Yeri mengangguk, "Kalo ada yang mau usul silahkan, kan kemarin kita disuruh ganti karena sebagian ada yang nggak cocok sama musiknya," jelas Yeri.

"Heéh kalo bisa sih step by step ditonjolkan, biar semua bisa kebagian jadi center," ujar teman yang lain.

Mereka mengobrol cukup lama sampai sang pelatih datang, dan Yeri mengisyaratkan untuk memberi salam.

Dilain tempat, di desa lebih tepatnya rumah nenek dan kakek Jeno. Viona sudah mengganti pakaiannya, dia memakai baju dari sepupu perempuan Jeno, anak dari tantenya yang tinggal tepat bersebelahan dengan rumah sang nenek.

Setelah makan malam tadi yang diiringi gurauan kakek dan sekaligus tanya jawab tentang Viona. Bahkan Viona sempat kaget karena nenek Jeno bilang dia adalah perempuan pertama yang dikenalkan nenek dan kakeknya, Viona pikir Jeno sudah pernah menjalin hubungan dengan gadis lain ternyata belum, itu salah satu fakta yang membuat Viona bersyukur. Selagi pede nggak dilarang kenapa tidak J

Bukan hanya itu saja, nenek Jeno tadi juga ceplos mengajukan Viona sebagai calon menantu ya walaupun diselingi gurauan tapi itu cukup serius jika dipikirkan. Viona saja sampai tersedak, untung Jeno sigap mengambilkan air minum kalo nggak mah udah bengek kan kasihan nggak jadi anggun dihadapan calon nenek, eh gak.

Sekarang mereka berada diluar rumah, cukup dingin sampai Viona memakai bombernya.

"Ekhem…gak usah dipikirin ucapan nenek tadi ya hehe," ujar Jeno.

"Santai aja kali, cuma kaget aja dikit," sahut Viona.

Tiba-tiba ponsel Viona berbunyi, bunda Sooyoung telepon.

"Halo assalamuálaikum bun," ujar Viona.

"Waalaikumsalam, kakak dimana? Kok belum pulang," sahut bunda Sooyoung diseberang sana. Viona menengok ke arah Jeno, Jeno yang paham langsung mengambil alih ponsel dari tangan Viona.

"Ekhem assalamuálaikum tante, saya jeno tan," ujar Jeno.

"Waalaikumsalam, ana sama kamu ya jen?"

"Hehe iya tan, maaf tan putrinya jeno culik sebentar, ini lagi di rumah nenek jeno di desa, tadi viona kelihatan stress dan capek tan makanya jeno ajak refreshing, tenang aja tan viona aman kok hehe," jelas Jeno.

"Oalah iya nggak papa atuh jen, lagian ana nggak cewe sendiri kan?"

"Nggak kok tan, ada sepupu perempuan jeno juga, nanti viona tidur sama dia kok,"

"Ya udah alhamdulillah kalo gitu, kirain kemana kok nggak pulang-pulang padahal udah malem, ya udah jagain anak tante ya jen, hati-hati,"

"Siap tante…"

Sambungan terputus saat Jeno membalas salam dari bunda Sooyoung.

Viona mengambil kembali ponselnya dan meletakkannya dilantai, "Main culik anak orang aja," dumel Viona.

Jeno terkekeh, "Ya lagian sama-sama capek, ya udah nyari yang bikin tenang,"

"Apalagi rembulannya sempurna, kan makin cantik," Jeno menengok ke arah Viona, tersenyum dengan kedua eye smilenya yang indah.

Viona bersemu lalu memalingkan pandangannya ke samping kiri. Jeno tertawa senang saat melihat gadis itu salah tingkah.

"Lo ya emang suka nyebelin sih jen, jauhan sono," sungut Viona lalu mendorong-dorong Jeno agar menjauhinya.

"Haha nggak kok, emang cantik,"

"Emang ya titisan bang jaehyun tukang ngerdus huu,"

Jeno terkesiap, "Yeee beda lah, kalo bang jahe mah banyak cewenya kalo gue kagak, pacaran aja kagak pernah,"

"Ya udah sama dong, jangan kelihatan melas gitu napa haha," gelak Viona.

Jeno menatap dengan smirk diujung bibirnya, "Kode nih, hm?"

"Ha-hah si-siapa, jangan aneh-aneh deh lo," Viona gelagapan dan lagi-lagi Jeno tertawa senang karena berhasil mengerjai Viona.

"Tau ah," sungut Viona dan segera beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Jeno yang masih tertawa terpingkal-pingkal.

"Hahaha…yeee pundungan sia,"

Jeno bergumam, "Emang malam tuh lebih baik dibanding pagi, apalagi sama lo vi,"

Jeno beranjak dan mengikuti Viona yang sudah masuk ke rumah terlebih dahulu.


SUY NGHĨ CỦA NGƯỜI SÁNG TẠO
Tulisan_Pyy Tulisan_Pyy

Creation is hard, cheer me up!

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Like it ? Add to library!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C16
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập