Charlos terperanjat. Napasnya tersengal-sengal. Dua orang pramugari berdiri di sebelahnya, menatapnya khawatir.
"Pak, apa Bapak baik-baik saja?" tanya pramugari itu cemas.
Charlos tidak sanggup menjawab. Ia menekan dadanya yang sedang bergemuruh kencang. Ia menelan ludah. Wajahnya terasa dingin.
Pramugari yang satu lagi menyerahkan sebuah cangkir. "Ini, Pak. Silakan diminum."
Charlos menerimanya. Ternyata secangkir teh manis hangat. Charlos meneguknya sampai tandas. Ia menyerahkan kembali cangkir itu ke pramugari.
"Pak, apa perlu kami panggilkan dokter?"
Charlos mengerjap-ngerjap. "Tidak usah."
"Apa Bapak yakin? Adakah pihak keluarga yang bisa kami hubungi?"
Charlos memiliki seorang ibu yang menyebalkan yang sibuk menjodohkannya dengan Gladys. Ia sama sekali tidak ingin dijemput ibunya di bandara.
"Pak?"
"Hah?" Charlos gelagapan melihat pramugari yang sedang menatapnya dengan raut wajah yang begitu menyedihkan. Apa ia tampak seburuk itu?