Malam yang dinanti.
Kinan sejak sore sibuk membongkar lemari, ia memilah-milih pakaian mana yang harus dikenakan untuk kencan pertama ini.
Beberapa gaun panjang dengan belahan tinggi, hingga ke paha, tersingkir. Putra takkan suka.
Ada juga dress kembang motif bunga-bunga, tapi belahan dadanya rendah, juga tersingkir.
Busana apa yang cocok dipakai untuk kencan dengan pacar?
Kinan tak pernah berkencan seperti ini. Tahulah mainannya di mana.
Tak lagi ada pilihan, selain busana seperti tadi. Ia masih punya stok kemeja kotak-kotak warna merah. Malam ini ia akan padukan dengan celana jins saja. Dan sepatu flip flop. Rambut di ikat seperti tadi, pakai jepit poni warna merah, serta tas bundar yang juga ia gunakan tadi.
Kinan berputar di depan cermin.
Hah! Kenapa tampak biasa saja? Ia mulai memoles wajah dengan make up bold seperti biasa. Biar kelihatan lebih cantik.
Setengah jam kemudian, selesai.
Pukul tujuh malam. Ia sudah menunggu Putra datang.
Pemuda itu tepat waktu. Klakson mobilnya sudah terdengar. Kinan buru-buru keluar.
Saat sudah di dalam mobil. Putra menatap kaget.
"Kenapa?"
Kinan mengeluarkan kaca kecil dari dalam tas. Ada yang salah dengan dandanannya? kenapa Putra melihat seperti itu?
Putra menunjuk ke bibir, mata, serta pipi Kinan, lalu menggeleng.
Kinan memastikan kembali dandanannya tak ada yang salah atau belepotan.
"Kenapa sih, Tra?"
Gadis itu kebingungan.
"Menor banget, kaya tante-tante," Ujar Putra langsung bergidik.
Kinan cemberut, "Gue dandan ini buat loe!"
"Gue nggak minta, Nan."
"Tapi gue nggak mau buat loe malu jalan sama gue!"
Kinan merengek kesal.
Putra lalu menghela nafas. "Malu kenapa? Justru gue malu kalau cewek gue kaya jauh lebih tua dari umurnya." Ia kemudian mengambil tisu, lalu mengelap lipstik merah menyala Kinan.
Semula dikiranya mudah menghapus dengan lemah lembut begitu. Ternyata, setelah beberapa kali coba, bahkan hingga menghapus dengan menahan kepala Kinan, masih juga lipstick itu tak hilang.
"Hah! Loe pake apaan sih, Nan. Spidol permanen, susah banget ngapusnya!"
Kinan tergelak. Ia biarkan saja Putra sibuk menghapus lipstiknya dari tadi.
"Ketawa lagi."
Putra mendengus kesal. Makin ke sini, polesan muka cewek makin ngeri.
"Loe nggak suka gue dandan kayak gini?"
"Gue tu suka loe natural aja. Nggak perlu kayak badut gini lah."
Kinan lalu kembali turun dan masuk ke dalam rumah. Ia masih saja tertawa geli, mengingat tampang kesal Putra saat menghapus lipstick matenya itu.
Padahal sudah dandan lama, eh malah dihapus lagi. Butuh waktu menghapusnya hingga bersih. Lima belas menit kemudian, barulah ia kembali.
"La…ma…"
Semula Putra akan mengomel, tapi ketika wajah cantik alami itu tersenyum padanya, omelan tertelan kembali. Putra tak berkedip melihat Kinan. Baginya Kinan tanpa polesan make up, jauh berbeda dari Kinan yang ia temui lalu-lalu. Ia sangat menyukai wajah Kinan yang hampir sama oriental dengan dirinya.
Jodoh memang tak kemana, banyak yang bilang tanda-tanda seseorang berjodoh, mereka akan memiliki kemiripan, entahkah itu sifat, kebiasaan, kegemaran, atau yang lebih ketara, memiliki wajah yang hampir sama.
Putra melihat Kinan tanpa polesan make up seperti melihat dirinya sendiri. Ibarat sedang bercermin.
"Gini aja?" tanya Kinan sambil tersenyum lebar.
Putra tersentak, "Iya, gini aja udah cantik banget," jawab pemuda itu, sambil mulai melajukan kendaraan.
Gadis di sebelahnya tersenyum malu-malu. Entah kenapa, ia semakin sering merasa malu-malu sekarang. Putra memang berbeda dari pria kebanyakan, yang pernah ia kenal. Anak sulung bos Malik Estate itu benar-benar bisa menghormati wanita, dan membuatnya merasa berharga.
"Sayang, kenapa nggak mau pegang tangan aku?"
Putra terkejut.
Aku? Pemuda itu kemudian tersenyum mencemooh.
"Aku? manja banget kedengerannya!"
Bibir Kinan spontan manyun.
"Loe itu kenapa sih? Bukannya kalau udah resmi pacaran, panggilannya dirubah juga, jangan loe-gue, loe-gue. Kasar kedengarannya."
Putra malah tersedak sambil tertawa. "Loe kenapa? Sakit?"
Pemuda itu meraba kening Kinan dengan sebelah kiri tangannya.
Kinan meraih tangan itu, lalu menggenggamnya. "Aku itu pacar kamu, jadi kamu boleh pegang aku!"
Putra langsung menarik tangannya, dan meletakkan kembali ke posisi seharusnya, stir mobil. Tangan sebelah kanan, sikutnya disandarkan ke pintu, sambil sesekali meraba bagian wajahnya sendiri. Pengalihan, supaya Kinan tidak ngotot untuk berpegangan tangan sambil menyetir.
Kinan meliriknya sebal. "Kenapa sih?"
"Apa?" Putra pura-pura tidak mengerti.
"Tadi gue pegang tangan loe, loe tarik lagi."
"Gue biasanya kalau nyetir posisi enaknya gini."
Putra memperlihatkan posisinya itu pada Kinan.
Dahi Kinan semakin mengerut. "Nggak ada romantis-romantisnya!"
Putra tak menyahut, ia hanya tersenyum dibalik jarinya yang menutupi bibir. Kinan harus bisa berubah menjadi lebih baik. Kalau ia turuti kemauan gadis itu, bisa saja penyakitnya kambuh. Dan Putra sangat benci melihat Kinan sange tidak jelas seperti itu. Ia sangat benci, benci sekali.
Mereka sudah sampai di sebuah café. Langganan anak muda seusia mereka. Kebetulan juga ada live musiknya. Putra memang berencana untuk memberikan surprise ke Kinan di acara live musik seperti ini.
Kinan terlihat nyaman di lokasi itu. Muda mudi yang ia lihat, berprilaku wajar. Meskipun juga banyak yang berpasangan, sangat jarang sekali tampak terjadi kontak fisik. Beberapa meja juga diisi kelompok muda mudi yang sedang asik menertawakan satu sama lain.
Beda tempat dengan yang biasa ia kunjungi, club malam. Tentu saja jauh berbeda. Di café ini tempatnya remaja normal untuk kongko-kongko. Sedangkan club malam, ah entahlah, kebanyakan yang datang ke sana, mereka yang tidak stabil secara emosi. Butuh hiburan yang berlebihan. Seperti yang selalu Kinan alami. Beberapa waktu lalu, jika gadis itu sedang sangat stress, ia akan berkunjung ke club malam. Dan selalu berujung dengan one night stand.
Ia sering pulang dalam keadaan mabuk, diantar oleh pria-pria yang sudah melakukan hubungan satu malam itu dengannya. Tetapi, meskipun mabuk, sebelum melakukan hubungan haram, ia selalu mengeluarkan pengaman dan memberikan pada lawan mainnya.
Beruntung, selama ini, ia tak diapa-apakan berlebihan oleh laki-laki yang sudah menaikinya.
Selesai makan. Putra maju ke depan, ia berbisik pada host acara.
Putra akan bernyanyi. Kinan semringah, ia bertepuk tangan heboh, saat Putra memulai memetik gitar.
Para gadis yang ada di sana, terpesona melihat Putra. Benar-benar sempurna.
~Di setiap doaku
Di setiap air mataku
Selalu ada kamu
Di setiap kataku
Kusampaikan cinta ini
Cinta kita
Ku tak akan mundur
ku tak akan goyah
meyakinkan kamu
Mencintaiku
Tuhan kucinta Kinan
Kuingin bersamanya
Kuingin habiskan nafas ini berdua dengannya
Jangan rubah takdirku, satukanlah hatiku dengan hatinya
Bersama sampai akhir ~
Penonton cewek riuh, siapa Kinan? beruntung banget dia? Begitulah suara-suara heboh yang terdengar.
"I Love You Kinan, Saranghae."
"Waaaaaahh, Tidak…!" teriak gadis-gadis itu, yang seketika menjadi fans dadakan Putra. Mereka berdesak-desakkan mendekati Putra. Beberapa petugas keamanan café pun langsung menjadi sibuk.
Putra juga terkejut, kenapa cewek-cewek itu sebegitu heboh untuk mendekatinya.
"Aduh Mas, ngalahin artis aja. Besok-besok kalau mau perform, konfirmasi ke kita dulu. Biar langsung dikasih pengamanan."
Kata salah seorang security, yang terlihat kewalahan mengamankan remaja-remaja putri yang keburu heboh.
"Oppa… Oppa…"
Terdengar beberapa suara wanita berteriak-teriak memanggilnya.
Putra terkejut, ia tertawa geli, dan langsung ke kasir, membayar makanan, lalu menarik tangan Kinan agar segera pergi dari tempat itu.
Putra bernafas lega, saat telah berada di dalam mobil. Namun, ia justru terkejut, melihat Kinan sudah basah air mata.
"Loe kanapa?"
Kinan tak menjawab, ia benar-benar terharu. Perlakuan Putra padanya sungguh manis. Membuatnya jadi wanita yang benar-benar terhormat. Di depan banyak orang, Putra menyatakan cinta. Padahal mungkin saja ada yang mencibir, bisa saja diantara keramaian orang, ada yang mengenal sosok dibalik nama yang disebut Putra dalam nyanyiannya itu.
Apalagi, video viral kekerasan yang ia lakukan kemaren mendapat banyak hujatan dari netizen. Namun, tak banyak yang peduli dengan dia saat di café tadi. Mereka justru fokus pada performance Putra, yang mengagumkan. Sinarnya mampu menutupi kegelapan yang berada disekitar.
Putra… Dia lah sinar itu. Sinar mentari yang begitu terang, hingga mampu mengusir gelap dalam hidup Kinan.
***
***
Manisnya...
So sweet...