Tải xuống ứng dụng
5.44% Dear Pak Polisi.. / Chapter 22: Part 22

Chương 22: Part 22

Anin pun selesai melaksanakan sholat zuhur di rumah Arga. Arga telah menunggunya di ruang tv.

"Udah selesai?" tanya Arga saat Anin menghampirinya.

Anin mengangguk. " udah.." singkatnya.

"Kamu makan siang dulu ya bareng aku?" tanya Arga.

"Gak usah ga.. Aku nanti makan di rumah aja." tolak Anin.

"Kamu kan pulang sore. Udah makan di sini aja."

"Maaf ga kayaknya aku gak bisa lama-lama di sini. Badan aku gak enak banget. Aku pengen pulang."

"Kamu sakit?"

"Hmm cuma agak pusing aja."

"Yaudah kamu istirahat aja di kamar tamu."

"Gak usah ga.. Aku pulang aja ya.."

"Kamu makan dulu deh... Aku takut kamu kenapa-napa nanti."

"Gak kok ga.."

"Makan ya dikit aja juga gak apa-apa yang penting perut kamu terisi."

"Gak ga... Udah ya.."

"Makan dong nin... Kalau gak kamu gak boleh pulang nih.." ancam Arga.

"Yaudah iya aku makan... Tapi, kamu juga ya.."

"Siap sayang!!" ucap Arga dengan senyum lebar sambil memberi hormat pada Anin.

"Ada-ada aja deh kamu.." ucap Anin sedikit terkekeh.

........

"Sepi banget ya gak ada Hanan.." ucap Alex menghampiri Jordan dan Eric yang sedang makan siang di pos. Alex lalu membuka nasi bungkusnya dan ikut makan bersama.

"Yaiya orang lo juga biasanya jahilin dia, ngeledekin dia." ucap Jordan.

"Yaiyalah sohib gue itu." Alex mengunyah makanannya.

"Seru nih kalau ada Hanan.. Dia kan kalau makan gak pernah habis.." Eric.

"Iya tuh anak kalau makan nasi dikit banget tapi bisa punya badan bagus gitu yak.." Alex.

"Dia makan nasi dikit, makan yang lain-lain kan lo kagak tahu." ketus Jordan sambil mengunyah.

"Halah kayak lo tahu aja." Alex.

"Berisik lo berdua. Udah kayak cowok berantem rebutan cewek." Eric.

"Halah kayak gak pernah aja lo." Jordan.

"Idih gue? Berantem? Karena cewek?? Sorry lah yaw gak level." sombong Eric.

"Awas ya lo naksir gebetannya si Hanan. Awas lo!" ucap Alex.

"Secantik apa sih gebetannya si Hanan?" tanya Eric kepo.

"Kepo lu" Jordan.

"Idih lo juga kan?" sengit Eric.

"Cakep bro... Cakep banget malahan. Cakep luar dalem. Hatinya baek, bersih sama kayak mukanya." puji Alex.

"Halah bohong lu." Eric.

"Gak percaya yaudah." Alex.

"Gak akan gue percaya kalau gak ada buktinya." Eric.

"Lo tahu dari mana kalau gebetan si Hanan cakep?" Jordan.

"Yeee orang dia pernah ke polres..." ucap Alex sambil membungkus sampah nasinya dan melemparnya ke tempat sampah.

"Serius?" serempak Jordan dan Eric.

"Eh saiton! Ludah lo berdua muncrat!" ucap Alex.

"Ludah gue wangi." Jordan.

"Ludah gue obat." Eric.

"Najis!" Alex pun mencuci tangannya di keran yang ada di sana. Keduanya pun menyusul.

"Beneran cakep lex?" tanya Jordan.

"Iya" balas Alex menyabuni tangannya.

"Wihhh pengen tahu gue." Eric.

"Gak pantes kalau sama lo." ketus Alex.

"Sialan! Gue juga idola kaum hawa kaleee.." Eric.

"Iya tapi lo jelek!" Alex.

"Lo lebih jelek!" balas Eric tak terima.

"Gue yang paling ganteng! Ok sip." putus Jordan bangga dan meninggalkan keduanya.

"Sialan tuh orang!" Eric.

"Dah gak usah berisik lo!" Alex meninggalkan Eric.

"Punya temen gak ada yang berakhlak." gerutu Eric.

.......

Hanan pun tiba di apartemen barunya. Ia merebahkan dirinya di ranjangnya.

"Alhamdulillah finally gue sampai juga. Apa kabar ya dengan Jakarta?" monolog Hanan. Ia kemudian bangkit dan duduk. Ia memeriksa ponselnya. Ada sebuah video masuk di sana. Sebuah video pertengkaran antara Anin dan Arga siang tadi namun videonya hanya sampai beberapa detik saja.

"Maafin aku ya nin... Aku terpaksa menjauh dari kamu.. Aku gak kuat lihat kamu sama dia." gumam Hanan menatap video di sana.

"Tapi, kira-kira kenapa Arga sampai semarah itu ya ke Anin? Kok pakai bawa-bawa nama polisi? Duh jangan-jangan gue lagi." cemas Hanan. Ia lalu menghubungi Jerry, sopir sekaligus asistennya di Jakarta.

"Halo Jer..."

'...'

"Gue mau tanya soal Anin, ini video yang lo kirim dapet dari mana?"

'.....'

"Oh gitu ya... Yaudah deh gue kira lo tahu. Tolong cari tahu ya Jer kira-kira apa penyebab pertengkaran mereka."

'....'

"Ok."

Tut.

Hanan memutuskan sambungan.

"Jerry juga gak tahu lagi. Ah semoga gak terjadi sesuatu yang buruk sama Anin.. Aamiin ya Allah."

.......

Anin sedang beristirahat di kamarnya. Asni mengetuk pintu kamar Anin yang tak terkunci dan memasuki kamar Anin. Ia duduk di pinggir tempat tidur Anin.

"Nin...." ucap Asni menepuk pelan pundak Anin yang tidur miring. Anin bergeming sejenak.

"Bangun nin, udah mau maghrib." ucap Asni lagi lalu mengecek kening Anin.

"Ya Allah nin... Kamu demam... Nin... Ayo nak bangun, minum obat dulu." ucap Asni membangunkan Anin.

Namun, Anin hanya menggigil.

"Astaga kamu menggigil.?? Sebentar ya, Mama hubungi papa kamu dulu." Anin tak membalas.

Asni lalu keluar dari kamar Anin dan menghubungi Wiran. Setelah menghubungi Wiran, ia masuk ke kamar Anin lagi.

"Sebentar lagi papa kamu pulang. Kamu makan dulu ya.." ucap Asni.

"Anin gak laper ma." ucap Anin sambil menggigil.

"Kalau kamu gak makan, kamu gak ada tenaga nak."

"Gak kok ma.."

"Mama buatin teh ya.."

"Gak usah ma... Nanti aku buat sendiri aja."

"Kamu kan lagi sakit nin..."

"Aku bisa kok ma..."

"Kamu tuh slalu seperti ini. Slalu gak mau mama bantuin walau pun lagi sakit."

"Aku gak mau ngerepotin mama. Udah cukup dulu mama ngurusin aku. Seharusnya sekarang aku yang urus mama.."

"Tapi mama masih sehat nin... Udah ya gak usah gitu. Mama buatin teh.. Kamu tunggu di sini." Asni pun meninggalkan Anin dan menuju dapur.

Anin lalu duduk menyandar pada sandaran tempat tidur. Ia mengambil minyak kayu putih lalu mengoleskan di sekitaran hidungnya. Lalu, ia mengoleskan pada kedua telapak tangannya dan ia gosokkan agar tubuhnya menghangat. Fyi, Anin masih tetap pakai hijab ya..

.......

Radit sedari tadi mondar-mandir di kamarnya. Ia bingung harus berbuat apa. Ia lalu mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan pada Anin.

"Ya, lebih baik gue chat aja deh Anin... Seharian gue gak ketemu dia." gumam Radit dan mengirim pesan pada Anin.

....

Handphone Anin bergetar. Ia pun membukanya dengan bergetar.

From : Pak Radit.

Assalamualaikum nin...

Kamu apa kabar?

"Pak Radit... Mungkin aku bisa minta tolong ke dia kalau besok aku gak bisa masuk karena lagi sakit." gumam Anin.

Ia lalu menghubungi nomor Radit.

...

"Anin telepon gue? Yang bener aja ini? Wahhh..." ucap Radit senang.

Radit langsung menerima panggilan itu.

'Assalamualaikum pak...' ucap Anin dari sebrang telepon gemetaran.

"Eh tunggu, suara Anin kok gemetar ya?" monolog Radit sambil menjauhkan ponselnya dari telinganya. Ia lalu kembali mendekatkan teleponnya.

"Waalaikumsalam nin... Nin, kamu kenapa?" tanya Radit cemas.

'Pak, saya minta tolong ke bapak... Saya mau izin gak masuk besok karena saya sedang sakit pak...' ucap Anin lemas.

"Innalillahi... Iya nin iya... Ya Allah kamu sakit apa? Udah berobat nin?" tanya Radit cemas.

'Iya pak... Se-sebentar lagi papa saya pulang kok pak.. Papa saya yang periksa.'

"Yaudah besok In Syaa Allah saya ke sana ya.. Kamu cepat sembuh.. Istirahat yang total dan jangan lupa makan."

'Iya pak makasih... Assalamualaikum.'

"Waalaikumsalam.."

Sambungan keduanya pun terputus.

"Kenapa Anin bisa tiba-tiba sakit ya? Apa jangan-jangan ini sakit ada kaitannya dengan Hanan? Eh tapi apa kaitannya? Gaklah gak mungkin. Ya kali dia sakit karena hubungannya sama Hanan renggang." monolog Radit.

Alhamdulillah finally update juga...

Thank you for your support guys...

Happy Reading ❤


Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C22
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập