Hari berganti dengan cepat. Kini Daffa dan teman-temannya yang lain sudah bisa bekerja di kantor Aksa.
"Lih, gimana penampilan gue? Makin keren, kan?"
"Keren, tapi kurang n"
"Sialan lo!"
"Kita cakep banget ya, pake jas kayak gini" ucap Andi tersenyum bangga.
"Yoi. Ini berkat Aksa. Kita harus berterimakasih sama dia"
"Tull... Untuk kali ini, gue setuju sama Daffa"
"Gimana? Kalian udah siap?"
"Udah dong, Sa!" seru Galih dengan semangat empat lima.
"Mantep brother-brother gue. Kalian cakep amat" puji Aksa tanpa berbohong.
"Iya, Sa. Makasih banyak, ya. Karena lo mau nerima kita kerja di tempat lo"
"Santai aja, Ndi. Kalian semua udah gue anggap kayak sodara"
"Thanks, Bro!"
Mereka berempat berpelukan. Apa ini yang bernama, teman rasa saudara?
"Aksa, cepet! Sarapan dulu!"
Teriakan Irona dari bawah tangga terdengar sangat nyaring.
"Bro, Irona makin cempreng aja
"Yang lo bilang itu, istri gue!" kata Aksa sebari menatap Galih dengan mematikan.
"Hahaa.. Canda kali"