"Sayang, kamu nggak apa-apa?"
Galih menerobos pintu uks tidak sabar. Sudah mati-matian ia menahan agar tidak keluar kelas selama pelajaran berlangsung.
"Aku nggak apa-apa. Perut aja yang sakitnya kebangetan. Padahal biasanya nggak kayak gini" jawab Susi dengan suara parau.
"Kamu biasanya minum apa kalo lagi mens? Kiranti? Atau obat apa?"
Susi tersenyum samar. Walaupun Galih tidak seromantis laki-laki lain, tapi dia sangat peduli dengan keadaan Susi.
"Aku nggak apa-apa, Galih. Aku nggak pernah minum apapun kecuali air anget"
Galih beranjak dari duduknya dalam hitungan detik.
"Ini, minum"
Susi tersenyum lebar kali ini. Ternyata Galih mengambilkan segelas air hangat untuk dirinya.
"Makasih"
"Sakit banget, ya?" tanya Galih dengan alis menyatu.
"Banget. Perut aku berasa di pelintir"
Galih meringis ngeri. Ia tidak bisa membayangkan karena laki-laki tidak ditakdirkan untuk menstruasi.
"Muka kamu pucet, banget." Galih meraba kening Susi dengan punggung tangannya.