Tải xuống ứng dụng
8.33% Cinta Satu Atap. ✔ / Chapter 2: Chapter 1.

Chương 2: Chapter 1.

Mentari pagi mulai keluar dari tempat persembunyiannya dan semua orang memulai aktivitas paginya. Seorang anak perempuan dengan berpakaian piyama tidurnya dan rambut dikuncir ekor kuda keluar dari sebuah rumah. 

'Namaku Ririn Raharjo. Aku adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Ayahku bernama Dimas dan Ibuku bernama Ningsih. Oh iya, aku keluar untuk membeli sayuran.' 

Ia pun mulai berjalan keluar rumah menuju ke kerumunan Ibu ibu yang sedang memilih milih sayuran segar yang ditaruh diatas sebuah gerobak. Sesekali ia menyapa dengan ramah pada setiap orang yang kebetulan berpapasan atau hanya saling melempar senyum. 

"Selamat pagi Ibu ibu semua."

Semua Ibu ibu yang mengerumuni gerobak sayur pun mendongak ketika mendengar sapaan dari suara yang sangat mereka kenali.

"Pagi juga, Ririn."

Ririn tersenyum mendengarnya dan ia pun mulai memilih milih sayuran.

"Bang,  bawa ikan gak?"

"Yah, ikannya baru aja habis."

Raut wajah Ririn pun berubah menjadi lesu.  Padahal ia telah berusaha bangun lebih pagi agar dapat membeli ikan. Tidak sengaja salah seorang Ibu ibu, Ibu Mirna melihat kejadian itu dan tergeraklah hatinya untuk menolong Ririn. Beruntung Ibu Mirna kenal dekat dengan salah satu Ibu ibu yang membeli ikan. Jadi ia pun berbisik dan menyikut lengan Ibu ibu disampingnya. Karena Ibu Sulis merasa terganggu akhirnya ia pun menoleh kearah Ibu Mirna dengan pandangan penuh tanya.

"Jeng, kamu beli ikannya 5 ekor kan?"

"Iya, kenapa jeng? Jeng mau juga?"

"Tidak. Begini, si Ririnkan juga mau beli ikan. Jadi maksud aku, gimana kalau kamu kasih ikannya buat Ririn 2 ekor."

Mendengar perkataan Ibu Mirna, Ibu Sulis langsung menyetujui ide Ibu Mirna dan menghampiri Ririn yang berdiri tepat disebrangnya.

"Ini buat nak Ririn.", sambil memberikan bungkusan berisi ikan pada Ririn. 

"Aduh udah gak usah,  Bu. Inikan ikan punya Ibu."

"Gak apa apa."

"Udah terima aja, gak boleh nolak rezeki."

Akhirnya Ririn menerima ikan dari Ibu Sulis. 

"Makasih banyak ya bu. Semoga kebaikan hati Ibu di balas oleh Tuhan."

"Amin."

Setelah selesai membayar Ririn pun pamit dan kembali ke rumahnya untuk membantu Ibunya memasak.

***

Setelah berbelanja, Ririn pun segera kembali ke rumahnya dengan perasaan senang,  kagum, dan bersyukur akan kebaikan Ibu Sulis. 'Ternyata masih ada orang yang baik,  yang mau menolong aku.' 

Fahmi, Kakanya yang baru saja keluar dari kamar orangtua mereka tidak sengaja melihat Ririn dari jendela yang terbuka. Ide untuk mengerjai Ririn melintas dibenaknya. Buru buru ia memghampiri Ririn untuk melaksanakan idenya. 

BRUK. 

"Aww..." 

"Aduh, Ririn. Lo kalau jalan liat liat dong. Jadi kotorkan baju gue, ck.Mana udah telat lagi. Udah ah gue pergi dulu. Bye!"

Fahmi pun berlalu pergi dan membiarkan Ririn sendirian yang membereskan tumpahan beras itu. Tiba tiba suara pintu terbuka.  Satu satunya pintu selain pintu yang berada di dekat Ririn adalah pintu kamar orangtua mereka. Dan yang keluar dari sana ialah Ningsih, Ibu mereka. 

Ketika Ningsih melihat beras yang tercecer dilantai wajahnya memerah menahan marah. Saking paniknya Ririn sampai ia tidak sempat untuk melihat siapa yang keluar dari kamar, entah Ayahnya atau Ibunya.

"RIRIN!!!"

Seketika ia langsung menegang ketika mendengar suara yang sangat dikenalnya meneriakkan namanya. Perlahan lahan ia memutar tubuhnya sambil berharap agar Ibunya mau mendengar penjelasannya. 

"I-ibu..."

"KAMU!!! Benar benar anak yang gak tau terimakasih. Berani beraninya kamu tumpahin beras!!! Kamu taukan harga beras itu sekarang mahal."

"Maaf, Bu." 

"Minta maaf aja terus. Pokoknya Ibu gak mau tau ya kamu beresin semua terus cuci baju di belakang!"

Ririn mengiyakan perkataan Ibunya sementara Ibunya kebelakang membawa sayuran yang tadi dibeli Ririn. Ririn segera mengambil sapu dan mulai menyapu lalu ia pergi kebelakang untuk mencuci pakaian.

***

Ririn termasuk golongan anak yang penurut. Ia hampir tidak pernah mengeluh dan melakukan tugasnya dengan giat. Seperti sekarang ini,  ia sedang mencuci pakaian seluruh keluarganya. Saat sedang menjemur pakaian, ia mencium aroma dari sayur asem yang sedang dimasak Ibunya.  

Kriukk.

Ririn melihat kearah perutnya yang baru saja berbunyi. 'Oh iya ya, tadikan aku baru beli sayur asem. Cepet selesaiin ah, kasihan yang lain nanti nungguin lagi.' Jadi ia cepat cepat menyelesaikan pekerjaannya.

Pada saat ia sudah selesai, tidak sengaja ia berpapasan dengan Ibunya yang membawa piring kotor ke belakang hendak dicuci.

"Lho itu piring bekas kapan, Bu?"

"Sarapan."

"Lho, kalian udah makan? Kok gak tungguin aku sih?"

"Kelamaan."

Ririn membentuk huruf 'o' mengunakan bibirnya dan berlalu dari hadapan Ibunya menuju meja makan. 'Minum tuh air kuah sayur asem sampe kembung.' 

Sesampainya Ririn dimeja makan,  ia tidak melihat adanya nasi serta lauk pauknya tersedia diatas meja. Yang ada malahan hanya sayur asem. Itupun hanya tersisa kuahnya saja. Karena ia bingung ia memutuskan untuk bertanya pada Ibunya.

"Ibu, dimana makanan untuk Ririn?"

"Apa? Makanan? Ibu gak salah dengerkan?"

Ririn menggelengkan kepalanya secara perlahan lahan. Tiba tiba Ibunya meraih wajahnya dan mencengkram wajahnya menggunakan satu tangan dan ia juga mempelototi Ririn.

"Heh kamu denger ya, gak ada makanan bagi orang yang suka membuang buang makanan kayak kamu. Ngerti?! "

Kemudian wajah Ririn di hempaskan dengan tenaga yang cukup keras. Setelah cengkraman wajahnya dilepas oleh Ibunya Ririn segera berlari masuk ke dalam kamar.

Setelah menutup pintu kamarnya pelan pelan. Ririn pun menangis di dalam kamar dengan suara yang kecil. 'Ibu kok tega banget sih sama aku? Kenapa Ibu benci banget sih sama aku? Salah aku apa?' Tidak lama kemudian Ririn pun tertidur karena kelelahan menangis. 

*** 


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C2
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập