Setelah dokter pergi, suster ke luar seraya mendorong brankar Qia untuk membawa Qia ke ruang rawat inap. Urusan biaya rumah sakit semua sudah di urus oleh Lintang. "Terimakasih suster," ucap Lintang seraya tersenyum mentap para suster. Qia masih tidak sadarkan diri, wajah Qia juga masih merah dan bibirnya pecah-pecah. Pasti dia dehidrasi karena suhu tubuhnya yang sangat tinggi. Suhu tubuh yang begitu tinggi bisa membuat bahaya pasiennya, jika tidak segera di tolong kemungkinan besar pembuluh darah bisa pecah dan mengakibatkan kematian.
Lintang menarik kursi yang berada di dekat brankar kemudian ia duduk di kursi tersebut. Tangannya terulur untuk merapihkan helaian rambut Qia. Panas di kening Qia begitu terasa di jari Lintang. "Untung saja aku segera datang ke appartement, jika tidak entah apa yang terjadi padamu," ucapnya menatap Qia yang hanya memejamkan matanya itu.