Hari berganti hari, Qia sudah mulai bisa berjalan, ia sudah bisa berdiri lama dan jalan beberapa langkah ia bisa. Kenan masih belum mengijinkan Qia untuk sering berjalan. Tapi, jika dirinya ada di rumah, sudah pasti Kenan mengijinkannya. Seperti hari ini, Kenan berada di rumah. Ia duduk di sofa seraya menatap sang istri yang sedang berada di dapur.
"Kak, bantuin dong. Ini pindahin ke meja makan," ucap Qia seraya menatap Kenan.
Kenan berdiri dari duduknya, ia menghampiri sang istri. Bukan mengambil makanan yang baru saja di buat sang istri, Kenan malah memeluk pinggang sang istri.
"Kak, ini makanannya di taruh dulu. Kenapa, malah peluk aku gini, sih?" tanya Qia yang sebal seraya menoleh ke arah Kenan.
"Humm... nyaman," ucap Kenan seraya mendusel di cerukan leher sang istri.
"Kak, ih. Taruh dulu makanannya, nanti lanjut peluk-peluk aku. Ini kakiku udah capek berdiri, kak," kesal Qia.