HAI HULA HULA…
MAAF YA TYPO MASIH BETEBARAN.
HAPPY READING….
Raka mengernyitkan dahinta mendengar jawab Qia. "Maksudnya?" tanya Raka dengan kernyitan di dahinya.
"Ya biasalah! Kak Ken kan, agak berlebihan kalau masalah luka," jawab Qia dengan malas.
"Memangnya tangan kamu kenapa?" tanya Raka yang kini sudah meletakkan kembali tangan Qia ke atas meja.
"Tadi malam keiris jari telunjuknya. Memang sih, cukup dalam. Cuma kak Kena entah kenapa suka banget bungkus luka setebel ini. Padahal seingatku, otak kak Ken itu berisi. Enggak bdoh sama sekali. Tapi, entah ngapa setiap luka kecil bakalan di bebat kayak gini," kesal Qia kemduain ia pun melepaskan perban ynag membalut tangannya.
"Eh, mau kamu apain?" tanya Raka cepat sebelum Qia benar-benar mebuka kain kasanya.
"Mau di lepas lah, bang. Malu-maluin tangan di bungkus kayak nasi bungkus begini. Mending kalau lukanya parah, ini cuma robek di telunjuk doang yang luka," kesal Qia seraya melepaskan kain kasa yang membebat tangannya.