Tidak lama suara isakan tangis kecil itu mulai keluar dari bibir Qia. "Kak Ken enggak tahu apa yang Qia rasakan dulu. Kalau bukan Kak Nathan, Qia enggak mungkin bisa bertahan. Apa yang di katakan kak Aurora dulu itu bener, aku enggak pantas untuk kakak," ucap Qia dengan suara terbata dan ia hanya menundukkan kepalanya agar Kenan tidak melihat air matanya yang kini sudah membasahi pipinya.
Kenan berjalan mendekat kemudian ia menggeser meja sofa. Ia berjongkok di hadapan Qia kemudian menggengam kedua tangan Qia yang sedang mengenggam satu sama lain. Kebiasaan Qia ketika menangis yaitu, ia akan menyatukan kedua tangannya untuk menguatkan hatinya ketika hatinya sedang terasa sakit seperti saat ini. "Menikahlah denganku, aku bukan hanya akan menjadi suamimu saja tetapi aku akan menjadi kakakmu. Menjaga dan melindungimu seperti Nathan menjaga dan melindungimu," ucap Kenan dengan suara begitu lembut.