Suara tepuk tangan Faresta membuat Andrea dan Fely mengangkat kepalanya .
"Jadi ini Andrea yang membuat kamu menjauhiku? Hahaha, wanita gak tau di untung , gue kira lo sahabat yang baik ternyata lo nikung gue . lo ternyata enggak ada balas budinya sama sekali ya , orang tua gue udah ngangka lo jadi anaknya , tapi ini balesan lo ke gue Fel? " ucap Faresta , ia mengubah bahasanya menjadi lo gue.
"Esta aku bisa jelasin, ini enggak seperti yang lo lihat" Fely mendekati Faresta berusaha menjelaskan semuanya.
"Jelasin apa , jelasin kalo lo mau nikah sama Andrea, calon suami gue" ucap Faresta menekan kata suami.
"Ini salah Faham Ta" Elak Fely.
"Lo itu jahat Fel, gue kira lo baik, ingat ya kalo orang tua gue gak ngurus lo setelah orang tua lo meninggal , Lo gak bakal jadi kayak gini, mungkin lo bakal gila bahkan jadi gelandangan " ucap Faresta membuat Fely menangis, dan Andrea sangat marah mendengarnya.
"Jaga ucapan lo , lo ngehina Fely sama aja lo ngehina gue, orang tua gue juga meninggal dalam kecelakaan itu, lo mau apa ?" ucap andrea menantang Faresta.
"Seharusnya kamu nikah sama aku Andrea, papa udah jodohin kamu sama aku" ucap Faresta malah membuat Andrea tertawa keras.
"Hahahaha, gue gak pernah ngomong kalo gue setuju sama perjodohan ini ya, inget itu " ucap Andrea lantang.
"Tapi kamu sering jalan, dan kerumah aku, kamu nemenin aku ke pesta" ucap Faresta memberi tahu apa yang telah Andrea lakukan padanya.
"Itu cuma karena aku menghargai papa kamu, aku enggak pernah bilang kalo aku mau nikah sama kamu ya, aku cuma amu nikah sama kekasihku" Andrea mendekatkan Fely dan menarik pundak Fely menempel padanya.
"Gara-gara cewek gak punya malu ini kan kamu enggak mau nerima perjodohan itu" Faresta menunjuk Fely. Fely hanya bisa diam. Kenyataannya memang benar kalau ia adalah orang gak tau di untung .
"Pergi kamu dari sini" Andrea mengusir Faresta , tapi Faresta malah menarik tangan Fely.
"Kamu mau bawa aku kemana Ta, sakit tangan ku" Fely berusaha melepaskan tangannya dari Faresta.
"Diam lo, lo itu pantes diginiin " Faresta terus menarik Fely dan saat sampai didepan tangga Faresta berhenti dan menarik Fely berada didepannya.
"Lepasin Fely " Andrea datang dibelakang Faresta.
"Apa lepasin? Ya udah ni Fely aku lepasin " Faresta melepaskan Fely namun mendorongnya . Fely jatuh dari tangga. Faresta tersenyum bangga dengan apa yang telah ia lakukan.
"Felyyy" teriak Andrea langsung turun menghampiri Fely yang sudah di tangga bawah. Semua pekerja rumah tangga disana melihat kejadiannya. Mereka langsung menolong Fely tapi ia sudah pingsan.
Kepala Fely berdarah " Fely bangun , sayang " Andrea langsung menggendong Fely dan membawanya kerumah sakit bersama bibi.
Setelah Andrea pergi Faresta langsung pergi dari rumah Fely.
Andrea menjalankan mobilnya sangat cepat . 15 menit kemudian ia sampai dirumah sakit.
"Tolong cepat" teriak Andrea pada petugas rumah sakit. Mereka datang membawakan tandu. Fely masuk kedalam ruang UGD.
"Bawa dia ke kantor polisi" ucap Andrea pada sekretarisnya di telepon. Andrea menelepon sekretaris nya dan memberitahukan sedikit kejafiannya untuk dilaporkan kepolisi.
40 menit kemudian dokter keluar dari ruang IGD.
"Keluarga pasien?" tanya dokter mencari keluarga Fely.
"Saya calon suaminya dok" ucap Andrea mendatangi dokternya.
"Kita bicara diruangan saya" ucap dokter, Andrea mengikuti dokter.
"Bibi jagain Fely ya bi" ucap Andrea sebelum pergi.
Andrea sudah duduk di kursi depan dokter.
"Bagaimana keadaan Fely, dok ?" tanya Andrea.
"Pasien mengalami luka dalam , pendarahan di kepala cukup serius , dia juga mengalami patah tulang tangan karena benturan yang cukup keras. Jadi pasien harus cek up setiap minggu untuk memantau tulang tangannya " Jelas dokter memberikan hasil ronsen tangan Fely.
"Dan untuk pendarahannya akan membuat pasien sulit untuk berfikir kerasa selama masa penyembuhan atau itu akan menjadi efek berlanjut" lanjut dokter lagi.
"Kenapa tidak rawat inap saja dok? " ucap Andrea.
"Bisa saja pak, tapi kalau rawat inap justru bisa mengganggu mental pasien karena saat ini yang pasien butuhkan adalah dukungan dari keluarganya. Pendarahannya tidak terlalu parah darahnya juga sudah tidak keluar hanya akan menganggu kekuatan pikirannya . Kami pihak rumah sakit akan merawat sampai kondisinya membaik setelah itu bisa rawat jalan"
"Baik dok, lakukan yang terbaik, saya akan keruangan Fely dok " ucap Andrea lalu keluar dari ruangan itu.
Andrea pergi ke ruangan Fely, Fely sudah dipindahkan ke ruang rawatnya. Didalan ada bibi menemani Fely yang masih belum sadar.
"Gimana den keadaan non Fely?" tanya bibi.
"Fely ada pendarahan di kepalanya, patah tulang ditangan dan dia enggak boleh berfikir keras" ucap Andrea.
"Non Fely ini orang yang baik , sabar, tapi ada saja yang berniat jahat. Padahal non Esta saudaranya tapi berbuat seperti ini" ucap bibi sedih.
"Saya sudah menuntut Faresta, nanti polisi datang ke rumah nya " terang Andrea ,bibi tersenyum.
"Bibi bisa pulang,biar Andrea yang jaga Fely, Andrea teleponkan supir" ucap Andrea.
"Iya den ,sekalian bibi bikinin makanan buat den Andrea " ucap bibi lalu pergi.
Ditempat lain
Polisi datang kerumah Alldric untuk menangkap putri Alldric karena tuduhan pembunuhan.
Tokk.tokk.tokk
Polisi mengetuk pintu dan keluar Alldric disana.
"Cari siapa ya pak?"tanya Alldric.
"Maaf pak mengganggu ,benar ini rumah bapak Alldric? Kami kemarin untuk menangkap putri bapak karena tuduhan pembunuhan pada saudara Felysia, ini surat penangkapan nya" polisi menyerahkan surat penangkapan kepada Alldric. Ia terkejut karena putrinya dituduh ingin membunuh Felysia sahabat sekaligus saudaranya sendiri. Faresta belum menceritakannya pada papa nya.
"Tapi pak ,enggak mungkin anak saya ingin membunuh saudara sendiri" ucap Alldric tidak percaya.
"Bapak bisa panggilkan nona Faresta, untuk kejadian lebih jelasnya bisa dijelaskan di kantor" ucap polisi itu. Alldric masuk ke dalam dan memanggil Faresta.
Alldric masuk ke dalam kamar Faresta , disana ada mama Renita "cepat keluar, ada polisi, papa butuh penjelasan nanti" ucap papa menarik tangan Faresta.
"Apa polisi?" Faresta mengikuti tarikan papanya. Diikuti mama Renita dibalakang.
"Dengan nona Faresta, kami datang kesini untuk membawa anda kekantor karena tuduhan pembunuhan pada nona felysia" ucap polisi membuat mama Renita terkejut.
"Saya enggak mau, itu salah orang gak diri kayak dia, dia pantas mati" ucap Faresta marah.
"Anda bisa jelaskan nanti dikantor" polisi memborgol tangan Faresta.
"Pa tolong Esta, ini bukan salah Esta, ini gara-gara anak gak tau diri itu" ucap Faresta pada papa nya.
"Pa ayo kekantor polisi, mama enggak mau Esta dipenjara, sebenarnya apa yang terjadi?" mama menangis.
Mereka menyusul Faresta ke kantor polisi. Disana sudah ada sekretaris Andrea yang mengurus kasus Fely.