"Lo udah terima foto dari gue kemarin?" Sadewa menjawab dengan berdeham saja. "Udah, kenapa?" tanya Sadewa bingung kenapa Devan menanyakannya, namun Devan tidak menjawabnya.
"Ada apa? Lo baik-baik aja kan?" tanya Sadewa sangat khawatir padanya. Devan tidak meresponnya, dia mematikan sambungan telfon itu yang kembali mengundang satu keanehan lagi.
Sadewa kembali menelfon Devan untuk memastikan keadaannya baik-baik aja, namun tidak diangkat sama sekali. Dia berjalan berputar-putar di kamarnya terus, dengan menggigit bibirnya sangat gugup.
"Ada apa?" tanya Wiga tiba-tiba masuk ke kamar Sadewa. Dia penasaran apa yang akan dilakukan olehnya dengan wajah sekhawatir itu. Sadewa terkejut melihatnya.
"Lo masuk kamar gue?" Wiga menganggukan kepalanya jika memang dia masuk tanpa izinnya. "Gue lihat lo lagi bingung, dan gue juga mau tahu aja kenapa lo se khawatir itu sama orang lain," Sadewa tertawa mendengarnya.
Sadewa butuh teman, dia butuh satu orang untuk memeluknya. Tidak banyak, satu saja. Tapi tidak ada yang mau perduli padanya.