"Itu Earth dan Moon!" ucap Cloud, heboh sendiri.
Sementara Sky di sebelahnya hanya diam, melihat dengan seksama apa yang dilakukan oleh Moon dan Earth.
"Apa yang mereka lakukan?! Tutup matamu, Sky!" seru Cloud, menutup kedua mata Sky ketika melihat Earth dan Moon sedang berciuman.
Cloud melirik pada Sky yang diam dan tidak membalas perlakuannya. Terasa basah pada sela jari Cloud dan membuat ia melepaskan tangannya dari mata Sky.
Cloud diam, melihat Sky yang masih melihat ke arah Earth dan Moon, dimana kini mereka berdua sudah tidak saling berciuman lagi.
Cloud merasa lega dan kembali melirik pada Sky, yang kini tengah menghapus air mata yang membasahi pipinya.
Raut Sky terlihat tidak enak untuk dipandang, membuat Cloud mengernyit, merasa heran dengan adiknya itu. Ia menghidupkan mesin mobilnya dan segera berlalu dari sana untuk pulang.
"Apa yang kau pikirkan, Sky?" tanya Cloud sembari mengemudi.
"Bukankah aku sudah mengatakannya, untuk tidak ikut campur dengan hubungan Earth dan Moon?"
"Sky, kau juga tahu. Aku melakukan ini untukmu. Apa yang salah?"
"Jika kau melakukan ini untukku, seharusnya aku bisa melupakannya … atau hatiku bisa menerimanya dengan baik. Tapi kenyataannya tidak, hatiku seolah pupus, tak ada harapan lagi."
"Baik, Sky … baik … ini semua salahku. Maafkan aku!" balas Cloud, kesannya seperti terpaksa.
***
Earth dan Sky hari ini sedang tidak beruntung. Keduanya ditempatkan dalam kelompok yang sama dalam pembuatan tugas film pendek. Kini mereka sedang berada di tempat duduk yang berdekatan, dimana ada dua teman kelompok yang lainnya, Two dan First. Keduanya bukanlah saudara kembar ataupun kakak beradik, hanya saja memiliki nama yang kebetulan berdekatan artinya.
Two dan First mengajak Earth dan juga Sky untuk membahas tema untuk film mereka, namun sepertinya Earth terlihat tidak fokus karena pandangannya tak pernah lepas dari Sky. Itu membuat Two merasa heran dengan sikap Earth yang seperti itu.
"Apa kau terpesona dengan Sky?" tanya Two menggoda.
Earth tersentak dan segera memalingkan pandangannya.
"Tidak!" elaknya, namun ia sudah tertangkap basah karena sejak tadi selalu memperhatikan Sky.
Sementara Sky yang baru menyadari hal tersebut, melirik Earth dengan tatapan yang sinis, seolah ia tidak suka dengan sikap Earth yang seperti itu.
"Sudah, ayolah kita memikirkan temanya. Jangan hanya diam, karena itu tidak akan membuahkan hasil," gerutu First, selaku ketua kelompoknya. "Earth, bagaimana kalau kau ajak kekasihmu untuk bergabung dalam pembuatan film? Sepertinya aku memiliki ide untuk tema film yang akan kita buat," tuturnya kemudian.
"Maksudmu, Moon?" tanya Earth.
"Iya. Aku judul film yang akan kita buat adalah … Love Your Boy!"
Earth, Sky dan Two bergantian saling bertatapan, mencoba menebak dalam pikiran mereka masing-masing, tema apa yang dimaksud oleh First.
"First … apakah itu film—"
"Ya! Genre yang kita ambil adalah LGBT dengan menceritakan kisah pasangan gay," ujar First sebelum Two selesai bertanya kepadanya.
"Tepat! Aku sangat setuju! Dunia per-film-an yang sedang marak adalah cerita tentang boys love. Aku sangat sangat sangat setuju dengan idemu, First," tutur Two, terlihat senang dengan ide yang dicurahkan oleh temannya itu. "Bagaimana dengan kalian, Earth, Sky?"
"Aku setuju. Aku juga tertarik dengan ide tersebut," jawab Sky, sama sekali tidak membantah.
"Kau, bagaimana?" tanya First kepada Earth, yang sejak tadi masih saja terperanga, tidak memberikan komentar apapun, namun terlihat terkejut dengan judul dan genre yang telah mereka setujui.
"Jika kalian bertiga sudah sepakat dengan judul dan genre tersebut, apa kalian masih membutuhkan jawabanku lagi?" tanya Earth, merasa kalau jawabannya tidak akan merubah hasil apapun.
"Suara kami terbanyak, jadi kau harus menerimanya, Earth. Hahaha …," kekeh Two, menepuk-nepuk punggung Earth.
"Permasalahannya kini, siapa orang yang mau menjadi aktor dalam film ini. Apakah orang normal akan terima berperan menjadi seorang gay? Apalagi kita hanya bisa memberikannya upah dengan mengajak mereka makan saja." Earth sudah menemukan masalah utama dalam pembuatan film mereka. Apalagi kalau bukan pemeran yang akan memerankan peran gay. Tidak mudah mencari orang yang berlaku terang-terangan menjadi seorang gay dan tidak mudah juga untuk membujuk orang yang bukan gay, untuk memainkan peran sebagai seorang gay.
"Jika kesulitan mencarinya, salah satu diantara kita harus menjadi aktornya," ujar First memberikan saran. "Aku menunjuk Sky, sebagai pria imut yang disukai banyak pria di kampus," lanjutnya kemudian.
Sky tersenyum, menusukkan jari pada kedua pipinya, menunjukkan sisi keimutannya.
"Kau benar-benar imut, Sky. Pantas saja pria yang ada di sini memperhatikanmu sampai tak berkedip," ujar First menyinggung Earth.
Sky melirik pada Earth, yang terlihat tersinggung dengan ucapan First.
"Lalu, untuk apa kau memintaku untuk mengajak Moon dalam pembuatan film ini?" tanya Earth, sepertinya ia masih belum bisa menerima ide tersebut.
"Kau, dan Moon akan bermain peran dalam film kita. Kalian menjadi pasangan kekasih, seperti pada dunia nyata, tidak sulit bukan?"
"Lalu … dimana sisi seorang gay nya, First?"
"Pemeran utama dalam film ini adalah Sky. Ia yang memiliki sahabat seorang wanita, yang tak lain adalah Moon. Kemudian mencintai kekasih dari sahabatnya itu … dan itu adalah kau."
Deg!
Earth membesarkan matanya, seolah terkejut dengan konsep cerita yang baru saja dikatakan oleh First.
"Aku setuju! Pasti ceritanya akan sangat seru!" tuturnya begitu semangat.
'Sial!' umpat Earth dalam hatinya. Ia masih saja belum bisa menerima ide cerita dari First sepenuhnya. Apalagi ia harus bermain peran dengan Sky, dimana peran mereka sebagai seorang gay.
***
"Silakan, Moon …," tutur Two, memberikan minuman dengan toping es krim rasa cokelat kesukaan Moon. Bukan hanya ada Two, di sana juga ada Earth dan First.
"Terima kasih," balas Moon, menangkap ada yang aneh dari kedua teman Earth. "Earth, ada apa?" tanya Moon, heran.
"Hmmm … mereka ada perlu denganmu, Moon. Maka dari itu, aku mengajakmu untuk bertemu dengan mereka, agar mereka saja yang bicara langsung kepadamu," jawab Earth.
"Earth, kau bisa mengatakannya juga. Mengapa harus menunggu kami yang buka suara?" tutur Two.
Earth memberkan isyarat, kalau ia tidak ingin mengatakannya dan meminta kepada dua temannya saja yang mengatakannya kepada Moon.
"Ada apa?" tanya Moon, kali ini mengarah pada Two dan First.
"Hmmm, begini Moon … kami mendapat tugas untuk membuat film pendek. Kami sudah mendapatkan judul, tema dan genre yang akan dijadikan film. Hanya saja … kami memerlukan bantuanmu untuk menjadi salah satu pemeran dalam film ini. Kami akan menraktirmu makanan apa saja yang kau inginkan. Dan juga … kau berperan sebagai kekasih Earth dalam film ini. Itu tidak sulit,bukan?" jelas First, yang akhirnya membuka suaranya.
"Hmmm, kedengarannya menarik … baiklah, aku terima."