Tải xuống ứng dụng
3.33% Love in the Room / Chapter 14: jealous

Chương 14: jealous

Edward menatap malas Viona yang masih sibuk dengan leptop. istrinya itu bersedia ikut ke Singapura, tetapi tetap saja bekerja. Viona sangat mementingkan perusahaan ketimbang sekedar jalan-jalan bersama Edward. Membuat Edward semakin bosan.

"Viona, apa kamu tidak ingin jalan-jalan seperti yang lainnya?" Tanya Edward seraya berjalan menghampiri Viona yang tengkurap diranjang menatap Leptop.

"Mau kemana memangnya?" Tanya Viona tanpa menoleh.

"Kita susul Ethan saja."

Seketika Viona menghentikan aktifitasnya. 'Jika menyusul Ethan, pasti nanti juga akan bersama Luna. Ini kesempatanku untuk mengetahui ada hubungan apa sebenarnya dia dengan Luna?' batin Viona.

"Yasudah, aku siap-siap dulu," ucap Viona sembari tersenyum pada Edward.

Edward membalas semyuman itu dengan senyum kaku. Tentu saja. Karena dia tidak mencintai Viona.

***

"Ethan, tolong fotoin kita," pinta Alexa seraya menyerahkan ponselnya pada Ethan.

Ethan memutar bola matanya lalu mengambil ponsel Alexa. Alexa pun mengambil posisi di samping Luna.

"Sudah siap, cepat foto kita berdua," seru Alexa. Luna hanya tersenyum melihat Alexa yang sangat bossy pada Ethan.

Ethan memotret dua gadis cantik dihadapannya. Mereka berganti-ganti gaya. Namun gaya terakhir sangat langka. Alexa mencium perut Luna, membuat Ethan terkekeh. Sedangkan Luna hanya diam dalam rasa geli. Di pegang Vira saja dia geli. Apalagi dicium Alexa?

Alexa terkekeh melihat ekspresi Luna, "Hahaha aku cuma ingin ada foto kenangan bersama model yang sedang hamil lima bulan tapi seperti tujuh bulan."

"Semoga kamu juga nanti kalau menikah hamil anak kembar," ucap Luna.

"Semoga saja tidak. Aku bergidik membayangkannya." Alexa membayangkan tubuh langsingnya akan mekar sembari melirik Luna yang mulai terlihat agak gemuk dan pipinya juga chubby.

"Kenapa memangnya? Justru malah lucu, sekali lauching dua bayi," timpal Ethan seraya menyerahkan ponsel kepada Alexa.

Luna menelan salivanya melirik Ethan. 'Mudah bilang launcing dua bayi. dia tidak merasakan sesaknya tubuhku saat ini,' batin Luna.

"kalau hamil lagi kembar lagi. anak kalian akan empat. hahaha." lagi-lagi Alexa terkekeh.

"Dua sudah cukup. Anak empat seperti jaman dulu saja sebelum ada program kontrasepsi," ucap Luna yang tidak ingin punya anak terlalu banyak.

"Kata orang, banyak anak banyak rezeky," timpal Ethan.

"Kalau begitu kamu saja yang hamil," balas Luna dengan nada ketus. Dia berpikir Ethan menikmati jadi calon ayah, tapi tidak memikirkan dirinya yang belum siap samasekali.

"Jangan marah, aku cuma becanda," bujuk Erhan seraya menepuk pundak Luna. Luna menepisnya. Dia mulai terlihat acuh lagi.

DRETT...DRET...

Ponsel Ethan berdering. Dia segera memeriksanya. Terlihat ada panggilan masuk dari Edward, Ethan segera menerimanya.

"Hallo," sapa Ethan.

"Kamu dimana?" Tanya Edward tanpa basa basi dari telpon.

"Aku di Merlion Park, Tapi sebentar lagi aku akan ke Esplanade," jawab Ethan. Dia merasa sudah terlalu lama di Merlion Park. Kebetulan Esplanade tidak jauh dari Merlion Park.

"Yasudah, aku menyusulmu dengan Viona."

TUTT...TUTTT..TUTT

Sambungan telpon terputus, padahal Ethan belum sempat menanggapi kakak tirinya itu.

"Siapa yang telpon?" tanya Luna.

"Edward. Dia akan menyusul kita," jawab Ethan datar.

Luna menghembuskan napasnya kasar, menunjukkan eskpresi tidak suka. Tentu saja, dia tidak suka kehadiran Edward yang selalu merusak moodnya.

"Kenapa?" Tanya Ethan menyadari Luna tampak tidak senang.

"Tidak, aku hanya bosan saja," jawab Luna bohong.

"Yasudah, kita ke tempat lain saja. Ada wisata juga di dekat sini," ajak Ethan seraya meraih tangan Luna lalu mengajaknya berjalan ke mobil.

"kemana memangnya?" Tanya Luna seraya mengimbangi langkah Ethan.

"Esplanade. Tidak kalah indah dengan tempat ini, kamu pasti suka," jawab Ethan seraya terus berjalan.

"HEYY TUNGGU. KALIAN SELALU PERGI TANPA MENGAJAKKU." teriak Alexa seraya berlari-lari kecil menyusul Ethan dan Luna. Dia tadi terlalu asik melihat hasil foto-fotonya dengan Luna hingga tidak menyadari akan ditinggal sendiri.

"Kita mau ke Esplanade. Apa kamu mau ikut juga?" tanya Ethan. kini mereka sudah sampai di mobil.

"Ikut. Aku juga sudah lama tidak kesana," jawab Alexa sembari memasuki mobilnya sendiri. sedangkan Luna dan Ethan masuk ke mobil Ethan.

Ethan mengememudikan mobilnya menuju Esplanade, tempat wisata yang tidak jauh dari Merlion Park. Sesekali Ethan melirik Luna yang duduk bersandar menatap jendela kaca mobil. Luna tampak tidak ceria seperti tadi lagi.

"Kamu kenapa, apa sudah lelah. jika iya ... kita pulang saja?"

"Tidak apa-apa. Kita lanjut saja. tapi aku tidak mau berlama-lama," seru Luna dengan tatapan datar tanpa menoleh pada Ethan. Sesekali tangannya mengusap perutnya yang terasa kaku.

Ethan melihat Luna yang tampak tidak nyaman. "Apa selalu kotraksi, apa perlu aku antar ke dokter?" tanyanya kemudian

"Tidak, kita lanjut jalan-jalan saja," jawab Luna seraya melemparkan senyum manisnya, Menunjukkan bahwa dia baik-baik saja. Hanya saja hatinya agak tidak tenang jika akan bertemu Edward.

***

Beberapa menit Ethan mengemudikan mobilnya, akhirnya dia sampai di Esplanade. Tempat itu terdiri dari sebuah danau, di dekatnya ada sebuah gedung berbentuk cekung dengan dinding kaca. Tumbuh pohon-pohon dan rumput yang rapi di sekitarnya menambah kecantikan tempat itu.

"Itu Edward," ucap Ethan setelah keluar dari mobil bersama Luna. Mereka berdua berjalan menghampiri Edward dan Viona yang menunggu di sebuah jembatan menghadap ke danau.

"Kalian pergi tidak ajak-ajak," protes Edward menyambut Ethan.

"Kalian masih dikamar saat kami akan berangkat. Aku sungkan memanggil kalian," balas Ethan.

"Hay, Luna," sapa Viona dengan tersenyum ramah, "kamu terlihat lemas," lanjutnya. Dia nampak bersikap ramah dan peduli pada Luna, padahal biasanya bersikap acuh.

Edward beralih menatap Luna. 'Apa kamu sakit?" tanyanya khawatir.

"Tidak. Aku hanya lelah saja," jawab Luna dengan tersenyum seakan menunjukkan dia baik-baik saja. Karena penyebabnya lemas adalah Edward.

"Luna sudah lelah kenapa masih kamu ajak kesini. Kasian kan dia sedang mengandung," protes Edward dengan tatapan tidak suka pada Ethan.

Viona melirik suaminya yang nampak memberi perhatian pada Luna. Sedangkan Luna tampak menghindar. Viona mengendus sesuatu yang tidak wajar diantara mereka berdua.

"Kita pulang saja kalau begitu," ajak Ethan seraya memegang pundak Luna.

"Tidak, aku tidak apa-apa. Jangan berlebihan! lebih baik sekarang kita foto-foto disana," ajak Luna dengan nada ceria, mengalihkan perhatian Ethan supaya tidak begitu mempedulikan Edward yang memberi perhatian lebih padanya.

"Yasudah kalau begitu," balas Ethan, mereka berdua segera berjalan mencari posisi yang pas lumayan jauh dari Edward dan Viona.

Edward menatap kecewa Luna yang berjalan berpegangan tangan dengan Ethan. Hatinya seakan terbakar, menyesal telah meninggalkan Luna begitu saja. 'Harusnya aku yang bersamamu, bukan Ethan,' batinnya.

Viona melihat gelagat suaminya yang tampak galau melihat adiknya bersama sang istri nampak asik berfoto. 'kenapa dia terlihat tidak suka? aku semakin penasaran, apa yang terjadi di antara mereka berdua sebelumnya,' batinnya bertanya-tanya


Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C14
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập