Tải xuống ứng dụng
12.64% Prince Charming Vs Gula Jawa / Chapter 22: Part 21

Chương 22: Part 21

"Aku bahkan sudah minta maaf untuk hal itu. Apa kamu nggak bisa lupain itu dan membuka lembaran baru bersamaku?"

Tidak semudah itu. Aku perlu waktu lama untuk menyembuhkan lukaku sendiri. Menerimanya kembali artinya aku membenarkan apa yang dia lakukan dulu.  Meskipun aku akui perasaan sentimentil ini masih ada, aku tidak semudah itu kembali padanya.  Ada banyak pertimbangan yang harus aku pikirkan.

"Aku nggak bisa."

"Kanya, sekali lagi aku minta maaf." Tatapan mata Naren berubah sendu. Aku membenci ini.

"Dengan wanita manapun aku tidak pernah seperti ini,  termasuk mamaku sendiri. Tapi demi memintamu untuk kembali padaku, aku nggak peduli biarpun aku harus terlihat bodoh di mata orang lain."

Apa-apaan ini? Tindakan Narena sudah diluar perkiraanku. Dia berhasil membuatku terkejut dan malu secara bersamaan.

Naren menjatuhkan kedua lututnya tepat di depan kakiku. Aku kontan mundur, apa yang ada dalam pikiran laki-laki ini?

"Kanya, aku mohon terimalah aku kembali menjadi bagian hidup kamu."

"Naren, hentikan," desisku panik. Orang-orang mulai memperhatikan kami. Astaga! Laki-laki ini benar-benar keras kepala.

"Aku akan berhenti saat kamu mau menerimaku kembali."

"Aku nggak bisa Naren."

Tangan Naren bergerak meraih kakiku, namun aku bisa menghindarinya secepat mungkin. Meskipun akhirnya aku kehilangan keseimbangan karena gerakan tiba-tiba yang aku lakukan. Bodohnya aku,  yang tidak ingat tepat di belakangku itu kolam renang. Ya! Tubuhku sukses basah kuyup karena terjebur ke dalam air kolam. Sial. Ini gara-gara kekonyolan manusia bebal itu.

NAREN

Rasanya tidak tahan melihat keakraban Kanya dengan Kenan. Bagaimana tidak? Laki-laki itu dengan bebas memasuki wilayah pribadi Kanya

Aku tidak menyangka saja. Selama aku tidak ada di siai gadis itu, posisiku seolah tergantikan dengan kehadiran Kenan.

Apapun caranya, aku harus bisa membuat Kanya menerimaku kembali. Bahkan berlutut di depannya sekali pun. Seperti yang aku lakukan sekarang. Tapi sialnya, adegan drama yang aku buat kacau seketika saat tubuh Kanya malah terjatuh ke dalam kolam yang berada tepat di belakangnya.

Kemampuan renang Kanya tidak bisa aku ragukan lagi. Tapi entah kenapa aku tetap saja menceburkan diri, menolongnya. Ah ini bukan menolong. Tapi menyusul masuk ke dalam air. Lihat, dia bisa menepi dengan sendirinya.

"Dasar bodoh!" umpatnya saat berhasil naik ke permukaan kolam.

Dia menatapku garang. Aku sangat rindu tatapan galaknya itu. Tak pelak itu membuatku malah tersenyum.

"Apa yang sebenarnya ada di otakmu itu, heh?!"

"Kamu."

"Berhenti bercandan, Naren. Itu nggak lucu!"

"Siapa bilang lucu? Aku serius."

Dia menatapku kesal. Malah sepertinya berkali-kali lipat kesalnya. Di saat seperti ini, mata jalangku langsung peka. Melihat tubuh Kanya basah kuyup seperti itu membuat lekuk tubuhnya terlihat sangat jelas. Sial! Aku menelan ludah dibuatnya.

Cepat-cepat aku mengedarkan pandangan. Untungnya ada pegawai hotel yang sigap mengantarkan handuk untuk kami.

Aku segera mengambil handuk itu dan menutup badan Kanya yang kuyup dengan handuk itu. Sumpah, tadi itu membuat naluri kelakianku berdesir. Terlebih karena wanita di depanku itu adalah Kanya.

"Kita harus ganti pakaian. Kalo nggak nanti masuk angin."

Kanya melirikku, "kamu pikir aku siaga bakal basah kaya gini?"

Aku bangkit, dan mengulurkan tangan membantunya berdiri.

"Ayo ke kamarku dulu. Nanti aku suruh pegawai hotel melaundry pakaianmu secepatnya."

Kanya terlihat ragu,  namun akhirnya dia mengalah dan meraih uluran tanganku.

KANYA

Aku kesal setengah mati dengan perbuatan konyol laki-laki itu hingga berakhir  pada diriku yang basah kuyup. Kelakuannya benar-benar norak. Tak hentinya aku mengumpat sepanjang jalan dia membawaku ke kamarnya di lantai paling atas hotel ini.

"Kamu bisa pake ini." Naren menyerahkan sebuah kemeja lengan panjang. Aku menerimanya ragu. Ya masa aku haruslah pake kemeja doang?

Seakan mengerti dengan kegelisahanku,  Naren kembali ke arah walk in closet dan mengambil sesuatu di sana. Dia menyodorkan sebuah celana pendek bergambar ...  Spongebob!

Tawaku hampir saja meledak kalau tidak segera kubungkam mulutku dengan tangan.

"Kalo mau ketawa, ketawa aja. Nggak usah ditahan. Itu memang boxer milikku. Yang milih juga kamu, kalo kamu lupa."

Aku spontan merubah mimikku. Masa iya? Aku mengambil boxer itu dari tangan Naren. Tanpa banyak bicara aku berjalan menuju kamar mandi.

Saat aku keluar, Naren sudah duduk di sofa dengan dua buah cangkir mengepul yang terletak di meja kecil di hadapannya. Dia sudah berganti pakaian juga. Aku menghampiri lalu duduk di sebelahnya.

"Ini jahe susu, minum." Naren mengangkat salah satu cangkir itu dan menyerahkannya padaku. Minuman Naren memang tidak jauh-jauh dari susu. Cara hidup sehat yang dia terapkan kadang membawa keuntungan sendiri buatku. Aku bukan tipe orang yang mau repot demi menjaga pola makanku agar tetap bagus. Jadi dulu itu, saat dirasa aku sudah terlalu berlebihan dengan gaya makanku yang kurang sehat,  Naren akan selalu menjadi alarm buatku. Tapi anehnya, dia terlalu sulit untuk diajak olahraga outdoor yang terlalu berat, karena itu sangat merepotkan  baginya.

Minuman jahe ini langsung bisa menghangatkan tubuhku. Setelah beberapa kali aku menyesapnya,  aku meletakkan kembali cangkir itu ke meja.

"Aku bantu keringkan rambut kamu."

"E-eh nggak perlu... "

Rambutku yang masih basah berjatuhan saat Naren berhasil membuka handuk yang melilit di atas kepalaku.

"Aku bilang nggak perlu, aku bisa sendiri. Siniin handuknya."

Tangan Naren mengelak,  menjauhkan handuk itu dari jangkauanku.

"Udah sih kamu diam, bentar aja kan."

Dia malah memutar badanku agar memunggunginya.

"Ta-tapi... "

Percuma, tangannya mulai mengusap-ngusap rambutku dengan handuk itu. Tubuhku membeku, entah apa yang aku pikirkan. Aku hanya diam saat tangan Naren terus bergerak lembut di atas kepalaku.

"Wangi."

Kepalaku sontak menjauh saat Naren menciumi aroma rambutku. Sial. Hatiku berdebar tak menentu hanya karena itu.

"Kamu ngapain sih?" aku mendelik.

"Kamu lihatnya aku ngapain."

"Sini handuknya, biar aku keringin sendiri."

"Kapan sih kamu nggak jutek sehari aja?"

Aku tidak peduli lagi ocehannya. Terserah dia mau berpendapat apa. Bel pintu berbunyi,  Naren beranjak dari duduknya. Tak lama kemudian dia kembali dengan membawa sebuah nampan besar berisi dua porsi makanan dan dua gelas minuman.

"Kita nggak bisa makan di bawah karena baju kamu basah, jadi aku pesan via room service aja. Dia juga sudah membawa bajumu untuk dilaundry. Nggak papa 'kan?"

Aku tidak menjawab dan hanya menatapnya sekilas. 

"Ayo kita makan dulu."

Aku mengikutinya menuju dapur kecil yang sekaligus berfungsi sebagai ruang makan. Mengambil tempat duduk bersebrangan dengannya. Lalu kami makan dalam diam.

Aku  menyuap sendok terakhir saat kulihat Naren sudah menandaskan minuman di gelasnya. Sepertinya dia kelaparan.

"Makanan di sini lumayan enak. Sangat sesuai dengan lidahku."

Aku tidak merespon ucapannya. Tanpa dia kasih tahu pun aku sudah paham seleranya itu seperti apa.

"Kanya,  pembicaraan kita belum selesai."

"Apalagi?"

"Jangan pura-pura lupa, Kanya. Kamu mau 'kan kembali padaku lagi?"

Aku tidak lupa. Cuma malas membahasnya saja. Aku membereskan piringku lantas beranjak ke bak pencucian piring tanpa menjawab pertanyaan Naren.

Aku hendak mencuci piring kotor itu,  saat Naren dari belakang mencegahku, membuat aku terperanjat.

"Nggak perlu cuci piring itu, nanti mereka juga akan membawanya."

"Oke."

Aku menyalakan keran air dan mencuci tanganku lalu mengeringkannya pada mini dryer yang ada di dinding atas bak cuci piring.

Tanpa aku duga, Naren menyentak tanganku hingga tubuhku limbung dan sukses terjerembab tepat di dadanya.

Dia mendekapku sangat erat,  begitu erat membuatku yang tadi seketika kaget berubah tegang.

"Aku mohon, jangan tinggalkan aku," bisiknya pelan.

PS. Halo ada yg masih setia dengan Naren-Kanya?

Maaf ya aku slow update. Belum bisa fast. selesai kan satu per satu dulu.

tapi jangan lupa review dan komennya ya kak.

ditunggu loh kak. hehe...

jangan lupa tempelkan power stone sbnyak banyaknya!


Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C22
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập