Lily berusaha menetralkan nafasnya yang memburu dan menahan desahannya secara bersamaan akibat ulah Angkasa. Ini bahkan masih pemanasan, tapi jantung Lily kini berdetak dengan sangat hebat. Lily kira pasti Angkasa mendengarnya.
Bagian bawah Lily terasa berkedut saat Angkasa memainkan kedua payudaranya dengan bibir dan lidahnya. Angkasa menggendong tubuh Lily cepat menuju kamar yang hampir satu tahun tidak di tempatinya. Masih bersih, seakan ada orang yang datang dan membersihkan apartemen itu setiap minggu.
Angkasa menjatuhkan Lily tepat di tengah kasur dan menindihnya. Jantungnya berdebar keras saat melihat Lily yang merona bagai bunga mawar itu. Angkasa tidak memungkiri pernah memimpikan Lily satu-dua kali. Sedikit tidak menyangka, mimpi itu menjadi kenyataan sekarang.