Angkasa menyembunyikan sekotak rokok ke dalam sakunya saat melihat Lily berlari kecil ke arahnya. Niat ingin merokok di belakang rumah ter-urungkan sudah.
Setidaknya Angkasa masih bisa menahan dirinya untuk tidak terjerumus pada minuman keras atau bermain wanita. Mengingat dengan kekayaannya sekarang sangatlah mempermudah jika Angkasa memang ingin.
Lily menoel pipi Angkasa dengan jahil.
"Masih marah ya?"
"Sama daddy aja sana." Ujar Angkasa sambil menekankan kata daddy.
"Cieee, marah nih. Kenapa?" Angkasa terdiam, memilih memandang jauh ke depan di banding dengan gadis yang sedang bersikap sok imut ini.
Lily mengela nafas. "Oke, aku ngaku salah. Kalau aku lirik-lirik om Bagas tadi. Jadi jangan marah lagi ya?" Angkasa masih betah berdiam diri saat Lily mendudukkannya pada kursi panjang yang tersedia di belakang rumah itu.
apakah perubahan Angkasa terlalu cepat? aku cuma ingin menciptakan sedikit kesan nakal dan anak pembangkang.. semoga tidak berlebihan yaa
Luv