Tải xuống ứng dụng
6.09% Angkasa dan Lily / Chapter 26: 26. Kurang ajar emang

Chương 26: 26. Kurang ajar emang

Hallo semua, maafkan aku yang jarang update akhir-akhir ini yah TT

Ada yang kangen Angkasa? Yuk langsung baca

----->>>>

Lily menatap jam dinding yang terpasang di bagian depan ruang kelasnya. Memperhatikan jarum berwarna merah yang selalu bergerak setiap detiknya.

Sebelah kakinya menghentak-hentak lantai kelas, giginya sibuk menggigiti kuku jari tangannya yang sudah hampir habis. Sorot matanya menunjukkan keresahan yang besar.

Yuli memberikan semangat pada Lily. Lily akan berlari mengejar Angkasa yang seharian ini menghindarinya terus menerus.

Lily menghitung mundur detik-detik jarum menuju angka dua belas.

Krriiiingg!!!

Lily segera menenteng tasnya dan berlari keluar menuju kelas sebelahnya, kelas Angkasa. Lily melihat kedalam kelas itu, tidak menemukan Angkasa dan bertemu Doni disana.

"Angkasa mana?"

"Barusan keluar." Lily bergegas menyusul sosok tinggi yang ada diberada tak jauh didepannya.

Kerumunan siswa yang hendak pulang kerumah masing-masing membuat Lily kesulitan menggapai Angkasa. Lily bahkan mengabaikan rasa sakit, saat dirinya harus menabrakkan diri menyela diantara puluhan orang.

"Angkasa!" Angkasa terus berjalan, tak mendengar langgilan Lily. Lily menerobos paksa orang-orang yang ada didepannya.

"Sa!" Berhasil, Lily berhasil menangkap tangan Angkasa.

"Ada apa?" Lily terengah-engah, mengatur nafasnya terlebih dahulu baru memulai bicaranya. "Kamu marah?" Angkasa memperhatikan tubuh kecil Lily yang selalu tersenggol orang lewat karena berhenti di tengah jalan.

Angkasa menarik Lily ke pinggir lapangan sepi yang tidak dijadikan jalur keluar sekolah.

"Kamu marah?" Lily bertanya sekali lagi.

"Enggak. Kenapa?"

"Jangan bohong. Kenapa menghindar?"

"Aku bohong buat apa?" Angkasa tertawa hambar.

"Buat apa, kamu yang tahu sendiri." Lily menarik nafasnya dalam-dalam. "Sebenernya ada apa sama sikap kamu akhir-akhir ini ha? Tiba-tiba marah, minta maaf dengan mudah, terus marah lagi. Aku punya perasaan, aku manusia." Kebetulan yang menjengkelkan. Speaker sekolah yang sedang menyetel radio, mendengarkan sebuah lagu populer akhir-akhir ini, berjudul bukan boneka yang dinyanyikan oleh penyanyi dengan pakaian warna-warni.

"Kalau aku ada salah bilang, jangan diem aja. Jadi aku bisa minta maaf. Jangan jadi aneh kayak gini. Kamu bikin aku bingung." Lily terdiam, memberikan kesempatan Angkasa untuk berbicara.

"Kamu nganggep aku cuma temen." Lily membelalakan matanya tak percaya, berjalan kebelakang dan kembali kehadapan Angkasa, memukul-mukulkan jari telunjuknya ke dada Angkasa.

"Kamu sendiri yang bilang kalau kita cuma temen di hadapan mama kamu. Aku cuma mengulanginya apa aku salah?" Air mata Lily hampir mengalir dengan deras, jika Lily tidak bisa menahannya.

"Seenggaknya, aku terpaksa bilang gitu."

"Kalau gitu jelasin ke aku kenapa kamu terpaksa bilang kita cuma temen?" Lily menyilangkan kedua tangannya, menunggu jawaban dari Angkasa.

"Oke, karena kamu milih diem. Aku gak bisa apa-apa. Dari awal kamu gak pernah nembak aku dan kita gak pernah jadian. Kita dari awal emang gak ada apa-apa." Lily menyeka air matanya sendiri, saat tanpa sengaja setetes air mata lolos ke pipinya. Menatap Angkasa penuh kemarahan.

Lily merogoh tasnya, saat hpnya berdering dengan keras, mendapatkan panggilan telfon. Lily menggeser tombol berwarna hijau di layarnya. Meletakkan hpnya ke telinganya.

"Aku udah disuruh pulang, Kak Sean butuh bantuan." Pamit Angkasa, tak menghirukan kekecewaan Lily.

"Halo?" Lily hanya bisa menatap sedih kepergian Angkasa dan tetap terfokus mendengar suara diseberangnya. Tidak mengerti dengan sikap Angkasa yang berubah-ubah, sesekali terasa dingin dan menjadi hangat kembali.

*

Yuli tak berhenti melihat pintu masuk UGD, menunggu Lily datang. Yuli menatap Aster yang sedang terlelap dengan tenang itu. Wajah tampan Aster sama sekali tidak cocok untuk anak SMP menurut Yuli.

Yuli terkejut saat Aster membuka matanya dan memergoki menatapnya, membuat Yuli gelagapan. Mengalihkan fokusnya membantu Aster duduk.

"Kakak gue mana?"

"Noh orangnya."

Yuli melihat sosok Lily berlari masuk ke UGD dan dicegat satpam, dimarahi karena berlarian di rumah sakit. Lily terlihat membungkuk berulang kali, meminta maaf. Tolong maafkan Yuli yang mentertawakan Lily diatas penderitaannya.

"Gila, bapaknya galak banget."

"Salah sendiri lari-larian." Lily cengengesan dan beralih menatap galak adiknya.

"Ini nih. Akibatnya bohong. Kaki gak sembuh malah tambah parah." Aster mengaduh saat Lily sengaja menoel kaki Aster yang bengkak.

Yuli memukul tangan Lily pelan. "Jangan Ly, aku pernah diposisi Aster rasanya kayak mau putus kakinya?"

"Oh bagus dong." Lily kembali menyentuh kaki Aster sedikit lebih keras. Membuat Yuli menggelengkan kepala.

"Sakit kak!"

"Salah sendiri. Katanya cadangan. Mana ada tim cadangan main full time pas pertandingan. Pinter bohong sekarang. Kalau kakak bilang jujur ke mama gak bakal mungkin kakak dikasih kartu mama buat bayar perawatan kaki lo. Yang ada lo ditinggal disini sampe busuk tuh kaki."

Aster tersenyum, menarik kakaknya dan memeluk pinggang Lily. "Makasih kakak. Sayang deh." Lily terkekeh, mengelus kepala adiknya, sayang.

"Aaaaa, ikut peluk juga." Aster dengan sigap menahan bahu Yuli agar tidak mendekat.

*

Yuli membantu Aster duduk di kursi tunggu apotek rumah sakit yang antriannya panjang tak ada habisnya. Yuli ikut duduk disamping Aster, membiarkan Lily mengantri sendiri.

Yuli menyikut lengan Aster. "Dilihatin mbaknya tuh." Yuli menunjuknya dengan dagu, seorang wanita dengan dress berwarna pink, terlihat sangat feminim.

"Udah biasa, kan gue ganteng."

"Eh, gue kasih tau ya, wajah lo sama sekali gak cocok buat seumuran lo. Lo itu udah keliatan dewasa, makanya banyak yang ngelirik, kecuali kalau lagi pake seragam SMP." Aster terkekeh.

"Bilang aja suka."

"Idih."

"Lo juga bisa ngandelin gue kok Yul, kalau pulang malem atau ada yang ngebully, kan wajah gue harus dimanfaatin daripada nganggur."

"Nah, kurang ajarnya keluar manggil pake nama doang. Mending lo urus aja kakak lo itu." Yuli menghela nafas kasar. "Untung kakak lo ada gue yang nemenin. Kalau gak jadi stres tuh anak, kumat ngamuknya."

"Kenapa?"

"Habis ribut sama Angkasa. Terus denger kabar lo cidera."

"Hah? Masa sih? Kayaknya kemaren aku lihat udah baikan sampe cipika-cipiki."

"Beneran tau, aku mungkin jadi salah satu penyebab mereka bertengkar."

"Kok bisa?"

"Ya gitu. Btw lo kan ikut turnamen, pertandingan resmi kan? Kok biaya cidera gak di tanggung sama sekolah?" Aster menimbang untuk mengatakan yang sebenarnya atau tidak.

"Soalnya sekolah udah tahu kondisi luka aku. Jadi aku yang seharusnya libur milih berangkat jadi tim inti dengan syarat kalau ada apa-apa aku sendiri yang tanggung." Yuli melingkarkan sebelah tangannya ke leher Aster, berusaha mencekik Aster.

"Kok lo mau sih?"

"Demi mendengar teriakan fans-fans gue."

"Kurang ajar emang ni anak."

"Yul, gak bisa nafas. Bercanda aja." Aster memukul-mukul tangan Yuli agar dilepaskan. Keributan mereka terhenti saat cewek memakai dress pink tadi melewati depan mereka dengan malu-malu.

Aster dan Yuli menatap cewek itu hingga cewek itu menjauh.

"Aku cocok gak ya? Pake dress kayak gitu?" Aster menatap Yuli horor. "Gak." Dengan cepat Yuli kembali mengencangkan cekikannnya.

"Emang kurang ajar ya nih anak. Gak bisa bikin orang yang lebih tua seneng."

Aster tetap saja takut kehabisan nafas walaupun sekarang sedang berada di rumah sakit, takut karena kekuatan gila Yuli.

*


Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C26
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập