"Kamu ngapain sih yang kok sibuk banget gitu. Kan kita sedang jalan-jalan."Adira melirik Dilan yang tengah sibuk memainkan ponsel. Mereka berdua susah untuk meluangkan waktu jalan bersama ditengah kesibukan mereka masing-masing. Dilan yang sibuk dengan bisnisnya dan Adira juga sibuk di kantornya. Adira nggak suka kalau ditengah waktu kumpulnya dengan Dilan harus terganggu dengan chat orang lain.
"Nggak ini ada masalah tadi."Dilan segera mematikan dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.
"Gitu kan bagus. Jadi kita fokus sama waktu kita ini."Adira senang ketika Dilan menutup ponselnya.
Ditempat lain, Arini tiba-tiba bingung kenapa chatnya tidak segera dibalas Dilan. Padahal tadi mereka berdua aktif membalas chat masing-masing. Dia rindu ingin bertemu dengan kakaknya itu.
"Mungkin dia sekarang sedang sibuk. Tapi ini kan hari minggu masak iya dia kerja."Arini berbicara sendiri sambil melihat chat an terakhirnya bersama Dilan.
Arini berdiri sendirian di dekat taman. Kebetulan hari ini Bu Siti tidak ada di rumah karena sedang pergi ada urusan dengan salah satu tetangga rumahnya. Dulu Bu Siti pernah berpesan kepada Arini agar tidak keluar dari rumah selama hamil. Maksud dari Bu Siti itu demi kebaikan Arini.
"Kamu ngapain disana sendirian."Arini langsung membalikkan badannya dan menoleh kearah sumber suara. Ternyata yang mengajaknya bicara adalah Yanaur.
"Nggak papa aku hanya ingin disini saja. Aku tadi chat-chat an sama Kak Dilan." jawab Arini sambil menatap Yanuar yang sedang melihatnya dari kejauhan. Wajah Arini terlihat ditekuk-tekuk seperti terjadi sesuatu. Seperti biasa Yanuar bisa membaca ekspresi wajah Arini.
"Kamu kenapa ngechat dia. Ini hari minggu. Dia pasti sedang jalan sama pacarnya lah."Yanuar berbicara sambil berjalan mendekati Arini.
"Ya mungkin."Arini baru sadar setelah Yanaur memberitahunya. Dilan sendiri sudah mempunyai pacar bernama Adira. Pasti hari libur ini dimanfaatkan mereka untuk menghabiskan waktu bersama. Arini merasa bersalah karena telah mengganggu waktu kebersamaan mereka.
"Sudah kamu nggak usah mikirin dia. Lebih baik jaga kondisimu itu. Jangan sampai stress. "Yanuar duduk di kursi taman dekat Arini berdiri.
"Hmmm."jawab Arini. Kemudian Arini ikut duduk disamping Yanuar dengan jarak kira-kira 1 meter.
Arini dan Yanuar duduk berdua di taman. Mereka duduk bersebelahan dengan jarak yang lumayan dekat. Baru kali ini dia bisa bicara dengan Yanuar sedekat itu. Padahal niatannya tadi hanya ingin sendirian di taman rumah Yanuar Tapi tiba-tiba Yanuar malah datang dan mengajaknya berbincang-bincang.
"Kamu ngapain sendirian disini?" tanya Yanuar dengan sorot mata memandangi daun-daun kelapa yang sedang menari-nari.
"Ingin aja lihat hijau-hijau gitu kak."jawab Arini dengan santai.
"Apa kamu masih keingat sama laki-laki yang telah menghamili kamu itu?"Arini seketika langsung melotot kearah Yanuar yang duduk disebelahnya. Dia tidak menyangka kalau Yanuar akan memberikan pertanyaan seperti itu.
"Kenapa kakak tanya seperti itu?"tanya Arini dengan serius. Sampai sekarang dia belum pernah memberitahu Dilan dan Yanuar mengenai siapa nama laki-laki yang telah membuatnya hamil itu. Hanya dia sendiri yang tahu selama ini.
"Aku mau tanya saja. Siapa tahu aku bisa bantu kamu menyelesaikan masalah mu ini?" mereka berdua saling beradu pandang dengan jarak lumayan dekat sekai.
"Aku sudah nggak mau mengingat dia, sekarang aku hanya fokus sama diriku sendiri dan anakku saja."Arini tiba-tiba merasa tidak kuat ketika Panji harus dibahas lagi. Arini langsung membuang muka dari tatapan Yanuar menandakan kalau dia tidak mau diajak membahas Panji.
"Apa itu kamu bisa dibilang egois."Yanuar menyindir Arini dengan halus. Selama ini Arini juga sadar kalau dia sendiri telah egois telah memisahkan buah hatinya dari ayah kandungnya yaitu Panji. Tapi mau gimana lagi, itu keputusan yang terbaik untuk anaknya nanti.
Arini berusaha dengan keras agar mulutnya tidak sampai keceplosan menyebut nama Panji dihadapan Yanuar. Kalau Yanuar tahu siapa nama ayah dari anak yang dikanadungnya bisa menimbulkan masalah baru. Bisa saja Yanuar mencari tahu tentang Panji.
"Apa anakmu mau dengan kondisimu seperti ini. Tidak memberitahukan berita kehamilanmu pada dia. Setidaknya kamu mencoba dulu untuk menemui dan berbicara langsung kepada laki-laki itu. Siapa tahu dia akan bertanggung jawab. Bukannya menghidnar dengan mengedapankan semua asumsimu itu"Yanuar memberikan masukan kepada Arini yang terlihat diam saja ketika diberi majak bicara.
"Ada benarnya juga. Setidaknya aku mencoba dulu dan jangan membuat pendapat sendiri. Tapi dia juga sedang ada hubungan serius dengan Alena. Aku tidak mau mengganggu hubungan mereka. Lagian dia juga tidak mencitai aku."batin Arini.
"Kenapa kamu diam saja. Benar kan apa yang aku bilang. Siapa nama laki-laki itu. Siapa tahu aku bisa menemuinya dan mengajaknya berbicara langsung kepadanya."Yanuar memberikan tawaran bantuan kepada Arini.
"Apa dia mau menemuinya."Arini kaget hingga kembali menatap Yanuar dengan kaget.
"Nggak usah. Nan…nanti biar aku tangani semua sendiri. Kamu nggak usah khawatir."Arini tidak mau Yanuar ikut terlibat dalam urusannya.
"Aku pernah merasakan hidup tanpa belaian seorang ayah, dan rasanya itu nggak enak sekali. Mungkin aku yang sudah dewasa ini bisa mengendalikan emosiku tapi ketika aku masih kecil, hati dan perasaaanku terasa sakit seperti tersobek-sobek melakukan apa-apa semuanya hanya dengan ibuku saja Walaupun kamu jauh lebih tidak beruntung daripada aku, tapi aku yakin kamu juga merasakan hal sama kayak aku. merasakah kehidupan tanpa orangtua utuh."Arini merasa iba dan prihatin dengan nasib Yanuar. Sekarang hidupnya bisa dibilang kecukupan tapi sangka dibalik itu semua terselip masa lalu yang memprihatinkan sekali.
Arini hanya bisa diam saja ketika Yanaur berbicara tentang hidupnya sendiri. Memang apa yang dibilang Yanuar itu benar semua. Dia juga merasakan kesedihan teramat dalam harus hidup tanpa orang tua. Kalau dirinya dan Yanaur telah merasakan kesedihan itu, apakah dia tega mengulangi kejadian itu kepada anaknya sendiri. Jelas dia tidak mau membuat anaknya harus menderita seperti Yanuar dan dirinya. Arini kini jadi bingung sendiri.
Maksud Yanuar itu baik dia ingin menyadarkan Arini agar berani meminta dan memberitahukan berita kehamilannya pada laki-laki yang telah menghamilinya itu. Biargimanapun juga laki-laki itu berhak dan wajib tahu akan semua itu.
"Mengenai hasilnya jangan terlalu dipikirkan. Yang penting mencobalah dulu. Kamu disini punya orang-orang yang sayang sama kamu. Mamahku, Dilan dan aku. aku yakin dia pasti akan bertanggung jawab sama anak kamu itu"Yanuar menunjukkan rasa empatinya kepada Arini yang malang itu.
"Ya kak. Makasih masukannya. Nanti saya pikir-pikir dulu."jawab Arini.
Arini sadar apa yang dikatakan Yanuar itu ada benarnya juga. Sudah lama dia punya pemikiran seperti Yanuar. Tapi lagi-lagi rasa takut dan tidak percaya dirinya melihat kekayaan keluarga Panji membuatnya terus mengurungkan niatannya itu. Keadaannya yang tidak sebanding dengan Panji membuatnya ragu kalau Panji mau menerima dia dan bayinya nanti. Jadi sampai sekarang dia lebih memiih untuk diam dan pergi saja.
"Oh ya kak. Saya mau tanya. Selama ini saya nggak pernah lihat kakak pergi sama perempuan."Arini berusaha mengalihkan pembicaraannya.
"Dia sedang ada di luar negeri. Sementara kita LDR an dulu."Yanuar tahu kalau Arini sedang berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.
"LDR?"Arini memicingkan mata sebelahnya karena tidak mengerti apa itu LDR. Yanuar. Ekspresi ketidaktahuan Arini membuat Yanuar ingin tertawa. Bagaimana bisa di zaman sekarang ini Arini masih saja tidak tahu apa itu LDR. Kemudian Yanuar menjelaskan apa itu LDR kepada Arini.
Baru sekarang Arini tahu kalau Yanuar telah memiliki pacar. Tapi mereka tengah dihadapkan hubungan jarak jauh. Karena pacarnya ada urusan di luar negeri. Yanuar dan kekasihnya sudah menjalani pacaran kurang lebih tiga tahun. Ada rencana kalau mereka berdua akan membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius lagi tahun ini.
Arini merasa kasihan kepada Yanuar. Pasti tidak enak harus menjalani hubungan jarak jauh dengan sang kekasih. Apalagi mereka telah bersama bertahun-tahun tapi sekarang malah harus terpisah oleh jarak dan waktu. Arini bisa melihat raut muka sedih pada wajah Yanuar. Laki-laki mana yang tidak sedih harus berpisah sementara waktu dengan pacarnya itu.
"Yang sabar ya kak."Arini mengelus pundak Yanuar. Dari awal tinggal di rumah Yanuar, jujur sampai sekarang ada rasa takut ketika harus berhadapan langsung dengan Yanuar.
Yanuar menoleh kearah Arini karena berani menyentuh dan mengelus pundaknya. Arini seketika langsung berhenti mengelus pundak Yanuar. Karena tatapan Yanuar seperti menukik. Arini refleks menjauhkan tangannya dari pundak Yanuar.
"Maaf."ucap Arini kemudian menunduk. Yanuar sebenarnya tidak bermaksud menakuti Arini melainkan hanya terkejut saja. Baru kali ini ada wanita selain pacarnya sendiri menyentuh tubuhnya tanpa izin.
"Udah aku mau masuk."Yanuar tiba-tiba pergi meninggalkan Arini yang masih duduk sendirian di taman.
"Apa dia kira aku tadi seddang menggodanya. Tapi aku nggak bermaksud menggoda dia tadi. Tuh kan dia malah langsung masuk. Tapi bagus juga deh kalau dia masuk. Setidaknya aku bisa bebas sendirian disini."Arini malah senang setelah Yanuar pergi.
Arini kembali duduk sendirian. Pikirannya berkelayung sambil memikirkan masukan dari Yanuar. Seharusnya dia tidak bersikap seperti ini. Belum mencoba malah sudah berspekulasi sendiri. Biargimanapun juga Panji adalah ayah dari anak yang dikandungnya tapi disisi lain hatinya juga punya firasat kalau panji tidak akan mengakui kalau itu anaknya. Apalagi keluarga besar Panji.
"Nanti kalau mereka menyuruhku untuk menggugurkan anak ini gimana."Arini malah tiba-tiba takut sendiri sambil membayangkan hal yang tidak-tidak. Perasaannya tambah cemas, akhirnya dia bingung sendiri.
Karena tidak mau banyak pikiran hal-hal yang tidak-tidak jadi dia kini berusaha menyibukkan diri dengan bersih-bersih rumah. Arini kembali masuk ke dalam rumah.
"Aku mau lihat lantai atas sana ah. Aku kan belum tahu suasana diatas."Arini mendongak lantai atas. Terlihat sekali tangga yang naik ke atas itu terbuat dari kayu tapi bentuknya melengkung.
Setibanya di lantai dua, Arini terkejut ketika melihat Yanuar sedang video call an dengan seseorang di ponselnya. Bukannya dia ingin mengganggu tapi memang dia tadi tidak tahu kalau Yanaur ada disana.
"Siapa cewek itu?"tanya seorang perempuan di dalam telepon Yanuar. Dari kejauhan Arini melihat ada cewek cantik di dalam layar ponsel Yanuar. Pasti yang sedang diajak bicara Yanuar tidak lain adalah pacarnya yang ada di luar negeri. Yanuar membalikkan badan. Arini kini ditatap Yanuar dengan tatapan heran.
"Ma…maaf saya hanya ingin tahu lantai atas saja."kata Arini dengan pelan.
"Jangan bilang itu cewek simpananmu."Arini melihat Yanaur langsung membuang mukanya dan kembali menatap layar ponselnya.
"Nggak itu orang baru dirumahku sayang."Yanuar menjelaskan. Arini mencium ada kesalahpahaman terjadi lagi.
"Kamu jangan macam-macam sama aku ya sayang. Bukan berarti hubungan kita yang kayak gini tapi kamu seenaknya cari cewek lain ya."cewek di dalam telepon Yanuar terdengar sedang marah ketika tahu keberadaan Arini. Yanuar berusaha menjelaskan.
"Mungkin itu pacarnya Kak Yanuar. Aku jadi merasa bersalah. Lagi-lagi aku membuat orang salah paham lagi. Kemarin kak Danil dan Sasa. Sekarang Kak Yanuar. Kalau gini terus aku bisa merusak hubungan dia."Arini kembali turun dan menuju ke kamarnya. Dia tidak jadi berkeliling di lantai atas.
Di kamar pikiranya terus memikirkan apa yang terjadi pada Yanuar barusan. Perasaan cemas dan takut mulai ada di hatinya kembali mengingat kejadian dulu bersama Danil dan Sasa. Dulu Sasa sempat salah paham dengannya karena dikira Danil ada hubungan dengannya.
"Kalau aku ikut orang terus kayak gini bisa-bisa aku malah hanya membuat masalah saja di rumah ini."batin Arini dalam hati dengan perasaan sedih.
Entah kenapa dengan adanya kejadian barusan, Arini malah jadi tersadar kalau dirinya hanya membuat masalah saja di rumah Yanuar. Padahal ini baru awal-awal dia tinggal disana tapi malah sudah membuat hubungan Yanuar dan pacarnya bermasalah. Sekarang perasaannya mulai tumbuh rasa bersalah dan menyesal karena telah tinggal di rumah Yanuar. Arini kembali mempertimbangkan untuk tetap melanjutkan tinggal di rumah Yanuar.
"Aku harus hidup sendiri saja. Kayak di Bandung. Apa-apa aku bebas. Itung-itung aku bisa mandiri juga."Arini mempertimbangkan kembali untuk melanjutkan tinggal di rumah Yanuar. Dia tidak ingin ada masalah karenanya.