Tải xuống ứng dụng
2.57% KETIDAKSENGAJAAN BERAKHIR SALING CINTA / Chapter 9: Part 9 Dapat Perhatian

Chương 9: Part 9 Dapat Perhatian

Hari ini Nyonya Diana pulang dari Semarang, setelah sebelumnya hampir seminggu kemarin pergi berkunjung ke rumah anak pertamanya yang tinggal disana. Hari ini Arini telah menyiapkan makanan kesukaan Nyonya Diana untuk menyambut kedatangan majikannya.

Tepat pukul 12 siang Nyonya Diana tiba di rumah setelah dijemput Panji dibandara. Nyonya Diana terlihat capek sekali. Itu terlihat dari ekspresi wajahnya yang menunjukkan dirinya telah menempuh perjalanan cukup lama dari Semarang ke Jakarta.

"Selamat datang Nyonya."Arini menyambut Nyonya Diana yang baru datang dan didampingi Panji. Nyonya Diana senang ketika Arini menyambutnya dengan sopan dan manis sekali. Bahkan Panji yang berdiri disamping mamahnya juga ikut terpesona dengan sambutan manis Arini. Walaupun sederhana tapi senyum manis Arini mampu membuat orang yang melihatnya tertarik.

"Ya. Gimana kabarmu?"Nyonya Diana berhenti sebentar dan memperhatikan Arini. Panji menunggu jawaban Arini karena dia takut juga kalau Arini membeberkan kejadian kemarin.

"Ba…baik Nyonya."Arini menjawabnya sedikit terbata-bata karena mengingat kejadian bersama Panji yang tiba-tiba lewat dipikirannya dan membuat Arini hancur kemarin.

"Untung dia nggak cerita."batin Panji menatap Arini dengan tajam karena takut kalau Arini membocorkannya.

"Syukurlah. Ini bau apa? Kamu masak opor ayam ya?"tanya Nyonya Diana setelah sempat mencium bau opor ayam kepada Arini.

"Ya nyonya."jawab Arini sambil mengangguk. Nyonya Diama merasa antusias untuk segera menyantapnya. Nyonya Diana dan Panji berjalan ke arah meja makan. Arini hanya mengikutinya dari belakang.

Nyonya Diana dan Panji sedang makan opor ayam buatan Arini. Melihat keduanya sangat lahap menyantap makanan buatannya membuat hatinya serasa lega. Mungkin karena dia masih takut kalau masakannya tidak enak. Arini mengintip keduanya dari dapur.

Saat Arini sedang mengamati dari kejauhan tiba-tiba ada cewek cantik datang. Arini melihatnya sangat takjub sekali karena cewek yang datang ini penampilannya sangat seksi dan polesan wajahnya terlihat cantik sekali. Kalau dilihat-lihat dari atas ke bawah sepertinya cewek itu berasal dari kalangan orang kaya.

"Halo Panji."sapa cewek yang dilihat Arini tadi tiba-tiba mendekat kearah meja makan.

"Siapa ini nak."Nyonya Diana dan Panji seketika menoleh kearah sumber suara. Panji terkejut melihat kedatangnan Alena ke rumahnya. Sedangkan Nyonya Diana melihat dari atas kebawah penampilan Alena yang terlihat asing baginya. Panji menatap Alena dengan kaget kenapa hari ini Alena datang kerumahnya tanpa memberitahunya dan pas-pasan dengan kepulangan mamahnya.

"Kenalin tante saya Alena."Alena mengulurkan tangan kearah Nyonya Diana.

"Alena. Temannya Panji ya?"tanya Nyonya Diana menghentikan makannya.

"Alena? Temannya tuan Panji. "batin Arini yang terus memandangi dari kejauhan.

Arini tidak bisa menghentikan kedua matanya yang masih fokus melihat kearah meja makan. Cewek yang bernama Alena kini sekarang sedang ikut berkumpul dengan majikannya. Bahkan Alena terlihat sudah akrab walaupun ini baru pertama kalinya Alena masuk ke dalam rumah majikannya selain Raisa mantan pacar Panji. Arini curiga kalau Alena tengah mendekati Panji setelah kemarin putus dari Raisa.

"Kamu temannya Panji?"tanya Nyonya Diana kearah Alena .Alena langsung mengangguk. Padahal dari dalm hatinya dia sangat berharap sekali bisa menjadi pacarnya Panji.

"Panji, Raisa kemana?"tanya Nyonya Diana kearah Panji. Nyonya Diana mencium bau sesuatu telah terjadi pada Panji. Ini yang datang bukan Raisa pacar Panji malah Alena teman Panji.

"Aku udah putus sama dia mah."Panji menjawabnya tidak bersemangat.

"Kenapa?"Nyonya Diana betul dengan insting perasaannya kalau Panji tengah memiliki masalah dengan Raisa.

"Dia selingkuh dengan cowok lain mah."Panji menatap wajah mamahnya dengan sendu. Nyonya Nyona melihat dari sorot mata Panji terlihat kalau dia tengah merasa kecewa sekali dengan Raisa bahkan rasa kecewa itu masih ada di dirinya. Mamahnya tidak mau membahasnya lagi lantaran tidak mau menambah luka anaknya dengan mengingat masa lalunya bersama Raisa.

"Lha Alena ini temanmu apa pacarmu sekarang?"tanya Nyonya Diana giliran melirik kearah Alena.

"Teman mah."jawab Panji sedikit cengengesan ke mamahnya. Matanya sedikit melirik kearah Alena yang duduk dismaping mamahnya. Alena juga terlihat tersipu malu saat dikira mamahnya Panji sebagai pacarnya.

"Ya nak?"tanya Nyonya Diana kearah Alena. Alena langsung mengangguk. Padahal dari dalam hatinya sudah tidak sabar kalau Panji menjadi pacarnya.

"Ya terserah kalian sajalah."Nyonya Diana menjawab tidak peduli dengan hubungan anaknya sama Alena. Kalau dilihat-lihat Nyonya Diana sudah mencium bau saling jatuh hati diantara Alena dan Panji. Namun keduanya masih belum menunjukkan satu sama lain. Mungkin Panji yang baru putus dengan Raisa membuatnya masih ragu untuk membuka hatinya yang kedua.

Kemudian mereka bertiga melanjutkan makan lagi. Panji merasa kalau mamahnya sudah curiga dengan hubungannya sama Alena. Disaat Panji merasa sedih setelah putus dari Raisa tiba-tiba Alena datang menemuinya dan mau menjadi teman curhatnya mampu membuatnya sedikit demi sedikit bisa melupakan Raisa. Begitupula Alena juga sudah merasa terpikat dengan Panji. Panji yang masih muda sudah menjadi direktur di sebuah perusahaan dan ditambah lagi Panji yang memiliki paras tampan mampu membuat hatinya terpikat kepada Panji.

Arini melihat kelakuan Panji dan Alena yang sedikit malu-malu kucing ketika diinterogasi NYonya Diana memperlihatkan kalau keduanya sedang dilanda asmara. Arini tahu kalau Panji sudah putus dari Raisa makanya kemarin dia mabuk berat dan berimbas pada dirinya yang harus dipaksa Panji untuk berhubungan di dalam kamar Panji.

"Ngapain aku sibuk mengurusi urusan mereka."Arini tersadar kalau dia hanya membuang-buang waktu untuk mengamati mereka dari kejauhan. Sedangkan banyak pekerjaan yang sudah menunggunya untuk segera diselesaikannya.

Setelah beberapa menit kemudian, Arini dipanggil Nyonya Diana. Arini langsung menuju kearah Nyonya Diana yang kini sedang duduk di ruang tamu. Kebetulan Arini saat itu baru selesai membersihkan meja makan.

"Iya nyonya ada apa?"Arini berdiri sambil menunduk di depan Nyonya Diana.

"Saya bawain kamu oleh-oleh dari Semarang."Nyonya Diana mengeluarkan tas ranselnya dan dibukanya. Kemudian keluarlah satu bungkus boks berisi lumpia dan satunya lagi ada beberapa pakaian wanita.

"Ini untuk kamu."Nyonya Diana memberikan oleh-leh ke Arini. Arini langsung menerimanya. Dia tidak menyangka kalau majikannya sebaik itu.

"Makasih ya Nyonya udah repot-repot beliin saya ini."Arini tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya ketika Nyonya Diana memberikan sesuatu padanya. Arini merasa dihargai sekali di rumah majikan bibinya itu.

"Ya. jangan lupa pakaiannya dipakai."pesan Nyonya Diana. Melihat senyum Arini yang merekah itu membuat hati Nyonya Diana terhibur sekali. Sudah lama dia menginginkan anak perempuan namun malah dia dan suaminya diberi anak laki-laki semua. Jadi Arini yang menjadi satu-satunya perempuan di rumahnya sudah dianggapnya seperti anaknya sendiri.

"Sekali lagi makasih ya Nyonya."Arini kembali lagi berterima kasih kepada Nyonya Diana.

"Nyonya Diana begitu baik banget sama aku. Mana mungkin aku menceritakan kejadian sebenarnya dengan tuan Panji kalau kita telah melakukan sesuatu. Aku nggak mau membuat Nyonya marah."batin Arini sambil memandangi kearah Nyonya Diana yang sedang asyik mengeluarkan oleh-olehyang sengaja dibawanya dari semarang.

"Tadi Panji keluar jalan-jalan sama Alena. Jadi oleh-olehnya nanti saja aku berikan."Nyonya Diana berbicara sendiri tapi Arini masih bisa mendnegarnya.

Malam ini Arini langsung memakai pakaian pemberian majikannya tadi. Kebetulan pakaiannya ada dua yaitu dres berwarna pink dan satunya lagi kaos lengan pendek berwana biru. Entah kenapa malam ini dia ingin memakai dres warna pink dari Nyonya Diana saat tidur. Baru kali ini dia memiliki dres cantik setelah sejak kecil sampai sekarang tidak pernah membeli dres seperti itu. Apalagi dres yang dibelikan majikannya itu sangat cantik sekali ditambah lagi warnanya sama seperti warna kesukaannya.

Sebelum tidur Arini sempat mengaca sambil memakai dres warna pink itu. Dia mondar mandir di depan kaca almarinya sambil menyoroti tubuhnya yang sudah dibalut dengan dres itu. Dia merasa nyaman dan cantik sekali ketika memakainya.

Tok tok tok

"Siapa itu."Arini mendengar pintu kamarnya diketuk dari luar.

"Tuan."Panji tiba-tiba sudah berdiri di depan pintunya. Panji terkejut ketika melihat Arini memakai dres warna pink di malam hari. Disisi lain mata Panji tidak bisa berhenti menatap Arini dari atas ke bawah yang terlihat anggun sekali ketika memakai dres warna pink itu.

"Tuan kenapa disini."Panji tersadar dari lamunannya dan kembali fokus dengan rencananya sebelumnya.

"Sini."Panji tiba-tiba mendorong tubuh Arini mundur kebelakang dengan pelan dan menutup pintu kamar Arini. Arini sempat panic melihat Panji yang tiba-tiba masuk kedalam kamarnya.

"Kamu jangan takut."Panji melihat wajah Arini sudah ketakutan ketika dirinya masuk kedalam kamar Arini. Panji sudah menduganya kalau Arini pasti berpikiran yang tidak-tidak dengan kedatangannya. Walaupun Panji sendiri tidak munafik yang niatannya tadi ingin menanyakan sesuatu kepada Arini malah kini tergoda dengan penampilan anggun Arini sekarang.

"Aku hanya tanya aja. Apa kamu tadi cerita ke mamah mengenai kejadian kemarin aku sama kamu ?"tanya Panji menatap Arini dengan serius.

"nggak."jawab Arini dengan cepat dan menggelengkan kepalanya.

"bagus."jawab Panji dengan lega. Dia takut kalau Arini tadi sepeninggalnya dengan Alena malah membocrokan masalah kejadian malam kemarin. Arini masih menatap Panji dengan takut dan khawatir kalau Panji akan melakukan yang sama seperti sebelumnya.

"Ini darimana?"Panji menarik dan memegang dres yang dipakai Arini. Seketika Arini menarik dresnya dari tangan Panjii.

"Aku nggak tega melihatmu ketakutan kayak gini. Ya udah aku keluar aja."Panji buru-buru meninggalkan kamar Arini dengan mengendap-endap supaya mamahnya tidak melihatnya. Panji yang sudah tidak lagi di kamarnya dengan seketika tangannya langsung menutup pintu kamarnya dan menguncinya.

"Hahhh."nafas Arini berhembus panjang pertanda dia merasa lega setelah Panji keluar dari kamarnya.

Setelah sesore tadi jalan-jalan dengan Alean, tubuh Panji terasa kesal sekali. Tanpa butuh waktu lama Panji langsung merebahkan tubuhnya ke atas kasurnya. karena saking kelelahannya, kedua matanya langsung dipejamkan untuk tidur.

"Cantik banget tadi dia."tiba-tiba bayang-bayang Arini muncul di kepalanya. Memang sebelum ke kamarnya tadi dia menyempatkan untuk menemui Arini di kamar Arini. Tapi dia hanya mau memastikan saja apakah Arini menceritakan tentang kejadian kemarin yang telah dilakukannya kepada Arini. Tapi malah kedatangannya dibuat terpesona oleh penampilan Arini yang sangat cantik dengan setelan dress warna pink.

"Apaan sih gue kok mikirin dia. Sadar ji panji."Panji menapoki keningnya agar berhenti memikirkan Arini.

"Tapi beneran dia itu emang cantik alami deh. DEngan penampilan polos saja sudah cantik sampai aku melongo melihatnya apalgi kalau dia dipoles pakai make up kaya Alena tadi."Panji memang menyadari kalau Arini sangat cantik sekali. dan dia tidak bisa menyangkal lagi untuk memuji kecantikan Arini.

"Dan ternyata aku sudah menikmatinya."kata Panji dengan sedikit nyengir karena puas ketika mengingat kejadian kemarin bersama Arini saat melakukan hubungan di dalam kamarnya. s


Load failed, please RETRY

Quà tặng

Quà tặng -- Nhận quà

    Tình trạng nguồn điện hàng tuần

    Rank -- Xếp hạng Quyền lực
    Stone -- Đá Quyền lực

    Đặt mua hàng loạt

    Mục lục

    Cài đặt hiển thị

    Nền

    Phông

    Kích thước

    Việc quản lý bình luận chương

    Viết đánh giá Trạng thái đọc: C9
    Không đăng được. Vui lòng thử lại
    • Chất lượng bài viết
    • Tính ổn định của các bản cập nhật
    • Phát triển câu chuyện
    • Thiết kế nhân vật
    • Bối cảnh thế giới

    Tổng điểm 0.0

    Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
    Bình chọn với Đá sức mạnh
    Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
    Stone -- Power Stone
    Báo cáo nội dung không phù hợp
    lỗi Mẹo

    Báo cáo hành động bất lương

    Chú thích đoạn văn

    Đăng nhập