Lova melepaskan kacamata dan meletakkannya di atas meja belajarnya yang masih sama seperti saat dia masih sekolah dulu. Menghela nafas pelan. Lova memijat pangkal hidungnya. Berkat Axel pekerjaannya menumpuk sempurna. Tugas-tugas murid yang seharusnya sudah selesai dia periksa baru tersentuh malam ini.
Ah … Axel. Laki-laki itu … Lova kembali teringat ucapan Abyan tentang Axel yang selalu menunggunya di halte. Asisten pribadi dari Axel itu juga bilang, satu ketidakberubahan Axel jangan menutupi beberapa perubahan Axel yang lain. Nyatanya untuk merubah hanya satu kebiasaan saja belum tentu semua orang mampu melakukannya, bahkan dia sendiri juga belum tentu mampu.
Apa dia sudah terlalu jahat pada Axel? Lova memejamkan kedua matanya sambil menghela nafas berat. Bagaimana seharusnya dia menghadapi Axel? Lova membuka matanya sambil menyugar rambutnya ke belakang, menahan di atas kepala, lalu menumpukan sikunya di atas meja.
Tok … tok … tok …
I tagged this book, come and support me with a thumbs up!
Like it ? Add to library!