"Gimana? Makannya enak?"
"Enak" Callista mengangguk.
Tiba-tiba hape Callista berdering.
Callista langsung me lihat siapa yang menelfonnya...ternyata Nathan...
"Siapa?" Tanya Deren.
"Nathan" Callista lalu mengangkat teleponnya.
Deren mengerutkan kening.
"Enggak sih...ada apa?"
"Ohh...oke lah..."
"Oke!"
Begitu jawaban Callista.
"Ngapain?"
"Ngajak jalan"
"Ha? Kapan?" Deren merasa cemburu.
"Nanti"
"Dimana?"
"Gak tau"
"Semenjak kapan kamu jalan sama dia?"
"Semenjak aku marah an sama kamu"
"Kok kamu cari pelarian sih..." Deren mengerutkan kening.
"Bodo amat...aku rasa itu adil kok...aku sama Nathan kamu sama Friska..." Callista masih fokus makan.
"Enggak lah" Deren menolak teori Callista.
"Titik" Callista lalu diam dan tetap fokus makan.
Deren menatap Callista kesal, seakan ada saingan yang siap merebut Callista dari dia.
***
"Hai" Callista duduk di samping kursi pengemudi.
"Nih kopi...pasti capek kan lo" Nathan mengulurkan minuman.
"Hehe...makasih..." Callista menerimanya lalu meminumnya.
"Kita mau kemana?" Lanjut Callista.
"Emm...rahasia" Nathan tersenyum lebar.
"Bikin penasaran aja"
Nathan menjalankan mobilnya.
***
"Udah sampe ratu" Nathan menghentikan mobilnya.
"Iya raja" Callista terkekeh, begitupun Nathan.
"Yuk, turun" Nathan membuka pintu mobil.
"Kita masuk ke dalem?" Callista menatap sebuah gang kecil.
"Iya" Nathan masuk melewati gang itu diikuti Callista.
Callista tertegun, terlihat banyak lampu di sekelilingnya, malam bertambah indah. Ada sebuah meja dengan dua kursi di sampingnya. Dan lilin di tengah meja.
Callista masih mengagumi. Tak pernah ia melihat yang seindah ini.
"Nih, buat lo" Nathan memberikan sebuah bunga.
"Yakin?" Callista menatap Nathan.
"Iya lah"
"Dalam rangka apa nih?"
"Kita sahabat an?" Nathan agak ragu.
"Haha...sahabatan kok pake ngomong. Nanti juga lama² jadi sahabat sendiri" Callista tertawa.
Nathan hanya menggaruk kepala bagian belakang yang tak gatal.
"Yaudah gua terima" Callista tersenyum lebar menerima bunga itu.
"Makasih" Nathan tersenyum kikuk.
"Gua yang makasih kali"
°°°
"Gimana...lo suka gak?" Nathan menatap Callista.
"Siapa sih yang gak suka" Callista tersenyum.
"Suka gua maksudnya"
"Lawak Lo" Callista tertawa.
Nathan hanya tersenyum.
"andai lo tau perasaan gua, Ta" ucap Nathan dalam hati.
***
"Friska hari ini udah selesai operasi...mau njenguk gak?"
"Boleh..."
"Yakin?"
"Iyaa"
"Sekarang atau nanti?"
"Kapan aja boleh"
"Nanti sore aku ajak kesana" satu tangan Deren mendarat di atas kepala Callista.
***
"Hai" Deren membuka pintu ruangan Friska.
Terlihat Friska yang terbaring di atas kasur nya.
Terlihat wajah bahagia Friska karena kedatangan Deren.
"Aku sama Callista"
Callista menyusul masuk.
Tiba-tiba raut wajah Friska berubah...seperti ada kesedihan.
"Kayanya dia gak suka aku jenguk bareng kamu deh..." Bisik Callista pada Deren.
Deren hanya mengangguk, menyuruh Callista tetap masuk.
"Kita mau jenguk kamu" Deren tersenyum.
Tapi Friska hanya memalingkan wajahnya ke sisi lain.
"Maaf...aku ganggu ya?" Tanya Callista pada Friska.
"Gua cuma mau di temenin Deren...bukan lo" Friska menatap tajam Callista.
"Kalau gitu maaf in gua...gua pergi" Callista berbalik.
Tapi tangannya di tahan Deren.
"Di sini aja" Ucap Deren pada Callista.
Callista berbalik.
"Dia calon gua, kalo Lo gak mau dia di sini, gua juga gak akan di sini" tegas Deren.
Friska mengerutkan kening.
"Kok gitu?" Friska terlihat jengkel.
"Karena aku di amanat in jaga dia juga, Fris...kalo Lo gak mau dia nemenin lo, berarti lo juga gak mau gua nemenin lo"
"Gak bisa gitu dong"
"Bisa karena dia calon istri gua, dan Lo cuma sahabat gua"
"Sahabat di atas segalanya!"
"Tapi dia lebih penting buat gua" ucapan Deren membuat Friska terdiam, seperti ada karang tajam yang menghantam hati nya.
Rasanya bukan Deren yang ada di hadapannya.
Tapi ini nyata Deren...
"Ya...gua tau" Friska tersenyum tipis.
Lalu memalingkan wajah nya, membelakangi Deren dan Callista.
Callista hanya diam melihat perdebatan mereka, karena dia tidak tahu sebenarnya apa yang Friska inginkan, dan dia juga bingung harus bagaimana mencegah Deren, karena dia rasa Deren benar dengan mengucapkan itu.
"Kita pergi aja" Deren mengandeng Callista keluar dari ruangan itu.
"Deren..." Callista berhenti saat sudah di depan pintu keluar.
Deren berbalik menatap Callista.
"Persahabatan di atas segalanya...seharusnya kamu temenin dia..." Ucap Callista.
Setelah di pikir-pikir...salah kalo cinta di atas segalanya, yang benar persahabatan lah yang di atas segalanya.
"Tapi..."
"Udah sana...aku bisa pulang sendiri" Callista tersenyum meyakinkan.
"Beneran?"
Callista mengangguk.
Satu kecupan mendarat di atas kepala Callista.
"Makasih"
"Sama-sama" Callista tersenyum dan meninggalkan Deren.
Callista duduk di halte bus, mencoba menghentikan taksi yang lewat.
Tapi semua taksi yang lewat sudah terisi.
Tiba-tiba mobil biru tua berhenti di depan Callista.
Callista diam.
"Bareng gua aja" Nathan...dia yang ada di dalam mobil itu.
"Loh...kok lo bisa di sini?" Callista bingung.
"Naik aja"
Callista hanya menurut, naik ke dalam mobil biru tua itu.
"Kok lo bisa di sini?"
"Bisa lah"
"Kok setiap gua ada masalah...di situ ada lo sih?" Callista mengerutkan kening.
"Mungkin gua malaikat yang di kirim buat lo"
"Pede amat lo babi"
Nathan hanya terkekeh.
tolong beri peringkat kalo kalian suka ceritanya...
komentar buat rame...
cuma itu sebagai tanda penghargaan karena saya meluangkan waktu untuk menulis cerita untuk hiburan kalian....
makasih yang udah ngertiin...