Tải xuống ứng dụng
63.15% Something Between Us / Chapter 12: #12 Wings of Freedom

Chương 12: #12 Wings of Freedom

Seperti yang di janjikan Petra. Ia membersihkan ulang ruang makan. Berpikir dibanding ia harus membersihkannya besok pagi di Mana ia lagi-lagi menjadi satu-satunya yang mendapat giliran memasak, jadi ia melakukannya sekarang. Disisi lain Levi masih bergelut dengan dokumennya. Wajahnya menegang, tangannya tanpa sadar Terus mengambil cangkirnya teh di hadapannya dan meminumnya. Ini sudah cangkir yang ke 5. Bahkan hingga Petra selesai dengan bersih-bersihnya, Levi masih berada di posisi yang sama. Membuatnya khawatir.

"Kapten, kau harus istirahat." Bujuk Petra

"Aku tidak ingin bertemu dokumen in besok. Kau pergilah jika pekerjaannya selesai." Balas Levi tanpa repot-repot mengalihkan perhatian dari dokumen di tangannya. "Ck, siapa yang mau menjalankan projek bodoh ini?" Gumamnya di tengah pekerjaan.

Petra terlalu khawatir untuk meninggalkannya sendiri, jadi ia menaruh alat bersih-bersihnya dan duduk di kursi kosong dekat Levi. "Boleh aku membantumu?"

"Hah?" Akhirnya mata Levi terlepas dari kertas itu dan memandang petra.

"Aku bisa memisahkan Surat permohonan yang sekiranya tidak mungkin di lakukan. Kau bisa memeriksanya setelah selesai." Usul Petra.

"Pergilah. Ini pekerjaanku." Levi kembali ke tumpukan kertasnya.

Petra tau ini tidak akan berjalan lancar mengingat Levi memiliki sifat bertanggung jawab yang tinggi.

"Kalau begitu istirahat lah beberapa menit. Kau akan kelelahan sebelum dokumen ini habis jika kau tidak melakukannya."

Levi terdiam memperhatikan tumpukan kertas yang tidak banyak berkurang sejak ia mulai mengerjakannya. Mungkin dalam pertarungan fisik, Levi sangat cepat. Namun dalam kasus formal seperti ini, Levi bekerja dengan kecepatan normal. Ia mendesah dan menyandarkan punggungnya kebelakang kursi.

"Tsk. Bagaimana mereka tahan dengan pekerjaannya seperti ini?"

"Mungkin kapten harus mengerjakannya besok"

"Kuharap aku bisa membakar kertas-kertas ini." Gumamnya. Ia berhenti sejenak sebelum mengalihkan perhatian nya pada Petra "Kenapa kau masih disini?"

"Maaf, apa aku mengganggu?" Balasnya canggung.

"Jangan menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan lain." Gerutu Levi, membuat Petra merinding.

"Maaf Kapten. Aku hanya khawatir"

"Kau pikir aku orang tua?"

"Ti-dak sama sekali, Kapten!" Jawabnya spontan dengan teriakan prajurit.

"Terserah. Pergilah jika kau mulai bosan." Levi kembali menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, mendongakan kepalanya mencari sandaran di belakangnya dan memejamkan mata. Mencoba mencari posisi nyaman untuk istirahat.

Petra memandang Levi sejenak. Meski ucapannya kasar, namun yang ia tangkap hanyalah kecemasannya terhadap dirinya. Membuat Petra tersenyum kecil.

"Kau tau aku takkan pernah bosan." Gumamnya tanpa sadar.

Ketika Levi memandang nya kembali, seolah bertanya apa yang baru saja ia katakan, Petra sadar betapa bodoh ucapannya. "Ngomong-ngomong, kapten..." Petra melanjutkan berharap Levi melupakan apa yang ia katakan sebelumnya "apa yang akan kau lakukan jika kita berhasil memusnahkan semua Titan?"

"Hah?" Levi terheran dengan pertanyaan yang tiba-tiba.

"Kau tahu? Umat manusia sudah lama bertarung melawan Titan dan tidak mendapat hasil yang setimpal dengan jumlah korban. Tapi kita sudah mendapat kekuatan Titan itu sendiri di pihak kita. Bukankah itu membuatmu berpikir bahwa kemenangan umat manusia sudah di depan mata?"

"Aku mengerti apa yang kau bicarakan, tapi terlalu dini untuk Kita berpikir Kita Akan menang begitu saja."

"Yeah, tapi setidaknya itu membuatmu menemukan sedikit harapan, bukan?"

Levi terdiam, berpikir apa yang Petra ucapkan memang benar. Namun ia tidak ingin menaruh harapan terlalu banyak ketika ia tahu masih banyak Hal tersembunyi di balik dinding.

"Aku berpikir untuk membuka kedai teh kecil di kota." Petra melanjutkan dengan antusias.

"Kedai teh?" Levi terheran.

"Selama ini aku hanya membuatkan teh untuk Ayahku. Namun semenjak Kapten mengatakan teh buatanku enak, aku sangat senang. kuharap aku bisa membuat orang lain yang mencicipi teh buatanku akan merasakan hal yang sama dengan Kapten." Petra tidak bisa menyembunyikan senyumnya lebar Dan antusias nya.

Ini pertama kalinya Levi melihat Petra begitu bersemangat, jadi ia hanya menunggu nya selesai bercerita.

"Bagaimana denganmu Kapten?" Akhirnya petra bertanya balik.

"Tidak Ada. Kita akan lebih sibuk dari biasanya."

"Eh?"

"Kita adalah Recon Corps. Tugas Kita adalah menjelajah luar dinding. Jika Titan sudah tidak ada, Kita akan terus menjelajah hingga tidak ada lagi yang bisa di jelajah."

"Ah, benar juga." Petra tertegun. "Kalau begitu aku bisa mencari daun teh selagi kita menjelajah."

Levi menatap Petra bingung. "Kupikir ketika kau mengatakan akan membuka kedai teh, kau bermaksud untuk keluar dari Recon Corps."

"Tentu saja tidak. Bukankah aku sudah mengatakannya padamu? Aku akan mendedikasikan seluruh hidupku untuk Kapten." Petra tersenyum seolah itu adalah hal paling wajar.

Levi terdiam. Lagi-lagi ia merasakan sesuatu yang mengganjal. "Kau tahu kau bebas melakukan apapun yang kau mau."

"Ya. Dan itu adalah keputusan yang aku inginkan. Untuk tetap bersama Kapten." Kini senyum Petra sedikit memudar. Lebih terlihat seperti ia menyembunyikan kesedihan di balik senyumannya. Matanya tertuju pada lambang Recon Corps yang terpasang di punggung jaket Levi yang menggantung. "Kapten, aku selalu berpikir, kau adalah orang yang paling pantas mengenakan lambang sayap kebebasan ini."

Levi hanya memandangnya, sadar bahwa ia belum selesai bicara.

"Apa kau tahu apa arti dari sepasang sayap yang berbeda warna ini?"

"Mereka memiliki arti?" Levi memandang nya bingung. Ini pertama kalinya ia mendengar soal ini.

"Mereka mengajarkannya di pelatihan dulu. Sayap hitam melambangkan tekad prajurit yang telah gugur lebih dulu. Dan sayap putih melambangkan tekad prajurit baru yang suatu saat akan bertarung di garis depan. Dua sayap ini bersatu, menjadi kekuatan bagi mereka yang masih hidup untuk mencari kebebasan umat manusia." Mata Petra tidak bisa terlepas dari lambang itu. Ia memandang nya penuh arti. "Saat mendengar itu, hatiku terasa tergetar, sebesar itu harga yang harus umat manusia bayar untuk sebuah kebebasan, namun harus ada seseorang yang berjuang untuk mendapatkannya. Lalu hatiku segera memutuskan, Recon Corps adalah tempatku."

Ia melepaskan pandangannya dari lambang itu dan menatap Levi ke mata. Hal yang tidak biasanya ia lakukan. "Aku merasakan hal itu lagi saat mengenalmu, Kapten."

Levi memandang nya kembali. Seolah mata mereka sudah melekat disana dan tidak bisa bergerak. Ada sesuatu dari dirinya yang menghalangi nya untuk mengatakan sepatah katapun. Perutnya terasa tergelitik dan jantungnya berdebar sedikit lebih cepat dari biasanya. Ia tidak tahu perasaan itu. Perasaan itu mengganggu namun ia tidak membencinya.

"Jika aku harus menitipkan pada siapa lambang itu harus di beri. Kau adalah satu-satunya pilihanku. Aku percaya bahwa apapun yang terjadi, Kapten akan membawa tekadku menuju kebebasan."

Waktu seolah terhenti. Tidak satupun dari mereka berbicara atau mengalihkan pandangan dalam waktu yang lama. Petra sadar ia telah mengatakan hal yang memalukan, namun itu berasal dari lubuk hatinya. Ia melihat Levi yang kehilangan kata-kata, membuatnya berpikir mungkin tidak seharusnya ia mengatakan nya. Namun Petra tidak menyesal.

Mungkin Levi merasa canggung dengan kehadirannya, Petra berdiri dari kursinya. Berusaha sebaik mungkin untuk tersenyum seperti biasa.

"Kurasa aku akan kembali ke kamarku. Tolong Jangan paksakan dirimu, Kapten. Selamat malam." Petra memberikan salute. Levi menjawabnya hanya dengan dengungan sebelum Petra pergi dari ruangan.

Levi menatap punggung Petra yang menjauh hingga tanpa sadar ia memanggilnya. Petra memandangnya bingung. Tidak menyangka dengan panggilan yang tiba-tiba.

Levi canggung mencari kata-kata, meski tidak terlihat demikian, sebelum akhirnya menatap Petra dari kejauhan.

"Terimakasih" akhirnya ia bicara.

Levi sendiri tidak mengerti kenapa ia merasa canggung. Petra hanya menjadi baik seperti biasa. Namun malam ini seolah kebaikan Petra sedikit berbeda meski ia tidak tahu dalam bagian mana.

Petra tersenyum, memberi salute terakhir lalu menghilang di balik pintu.

Malam itu, Levi mengurung kan niatnya untuk beristirahat dan mengerjakan hampir seluruh pekerjaannya. Berharap jantungnya dapat berdetak dengan kecepatan normal lagi.

TBC------>


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C12
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập