Tu orang ternyata bukan cuma nenek lampir tapi juga kaki gajah.
-Alana Budi Wardaya-
"Daripada nunggu cepet naik."
"Ogah."
Karena Alana menolak naik sendiri akhirnya Vano menstandarkan motornya dan turun dari motornya. Lalu yang Vano lakukan ialah mengambil helm untuk Alana.
"Nih lo pakek atau gue yang pakekin." ucap Vano menyodorkan helm.
"Ogah gue dipakekin helm sama lo." ucap Alana memakainya.
"Udah belom."
"Sabar napa."
Ketika Alana selesai memakai helm, tiba-tiba ada motor lain yang berhenti di depan Vano.
"Na cepet naik." ucap pengendara motor depan Vano.
Vano tak bisa melihat wajah cowok tersebut, karena cowok tersebut memakai helm full face dan cowok tersebut memanggil Alana tanpa membuka kaca helmnya.
Alana yang melihat motor tersebut malah berjalan meniggalkan Vano dan ikut naik motor tersebut.
"Gue duluan ya No!" ucap Alana sambil melambaikan tangan pada Vano karena motor yang sudah berjalan. Vano yang melihat Alana semakin menghilang dari pandangannya hanya memasang muka cengo.
"Van cowok tadi siapa?" tanya Dino dengan menepuk bahu Vano.
"Lah Vano ditinggalin." ledek Yahya.
"Lo kuwalat sama gue Van, makanya ditinggalin." argumumen Didit.
"Nggak ada hubungannya." sentak Vano.
"Dedek nggak bisa diginiin." ledek Didit.
"Jijik gue." balas Heri yang mendengar ucapan Didit.
# # #
Sementara yang ditinggal memasang muka cengo, yang meniggalkan malah menertawakan apa yang telah ia lakukan.
"Haha, jahat banget ya gue." argumen Alana pada pengendara motor yang telah mengajaknya setelah ia melambaikan tangan pada Vano.
"Haha, kalo gue..-" belum selesai pengendara motor tersebut berbicara Alana sudah memotongnya.
"Berhenti!" Alana menepuk-nepuk bahu pengendara motor tersebut.
Kenapa Alana tiba-tiba minta berhenti? itu karena seseorang yang mengendarai motor bukanlah seseorang yang Alana kira. Yang Alana kira pengendara motor tersebut ialah abangnya Arya ternyata bukan.
Cit.
Itulah suara yang ditumbulkan karena efek dari mengerem mendadak.
"Lah, kenapa?" tanya pengendara motor tersebut.
"Kok elo sih Kak yang jemput gue." ucap Alana setelah turun dari motor. Dan pengendara motor tersebut ialah Dani.
Sipakah Dani? Dani adalah teman Arya.
Melihat reaksi Alana, Dani hanya nyengir.
"Ihh, jawab kak jangan cuma nyengir." sebal Alana melihat Dani yang hanya nyengir.
"Iya iya gue jawab, jangan cemberut gitu kek." kata Dani yang melihat wajah cemberut Alana.
"Lagian kakak sih, mana jemputnya pake motor bang Arya lagi. Kan gue kira bang Arya." kesal Alana. Ia semakin mengerucutkan bibirnya dengan tangan tang bersedekap di dada.
"Emang kalo lo tahu yang jemput gue lo mau apa?"
"Gue ogah."
"Tapi buktinya sekarang lo sama gue kan,"
"Kan itu karena gue nggak tahu."
"Iya iya, udah cepet naik. Ntar gue dimarahin abang lo lagi kalo lo pulang nggak sama gue."
"Iya iya." Alana dengan terpaksa kembali naik ke atas motor. Tidak mau kalo dia harus lebih lama lagi berdiri dipinggir jalan menunggu angkutan.
# # #
Sesampainya Alana di depan rumah, ia langsung memanggil-manggil abangnya.
"Bang Arya...!" teriak Alana.
"Abang lo nggak ada di rumah." sahut Dani.
"Emang abang gue di mana?" tanya Alana.
"Abang lo masih di kampus, gue ke kampus lagi ya." Dani kemudian langsung menutup kaca helmnya dan pergi meniggalkan rumah Alana.
"Dasar kek jalangkung." ucap Alana melihat Dani yang telah hilang dari pandangan.
"Assalamu'alaikum!" teriak Alana lagi ketika memasuki rumah. Sunyi. Tak ada yang menjawab salam Alana. Karena tak ada yang menjawab salam, Alana pun mendumel.
"Issh, bunda kemana juga ini." Akhirnya Alana pun langsung menuju kamarnya.
"Aww," Alana meringis ketika membuka sepatunya. Yang Alana lihat ketika selesai membuka sepatu ialah kaki kanannya yang membiru.
"Pantesan, orang sampe biru kek gini. Tu orang ternyata bukan cuma nenek lampir tapi juga kaki gajah ." Setelah melihat kakinya yang biru Alana pun mengambil P3K dan kemudian mengobatinya. Entah mengapa Alana hari ini merasa sangat lelah, alhasil ketika telah selesai mengobati kakinya Alana langsung tidur.
# # #
Matahari sudah mulai kembali ke peraduan, namun Alana belum juga bangun dari tidurnya.
"Dek bangun dek." Arya menepuk-nepuk kaki Alana.
"Aduh bang sakit, jangan di pukul-pukul kaki aku."
"Sorry sorry, abang nggak ngerti." ucap Arya dengan menganggkat kedua tangannya seperti seseorang yang hendak di tembak dengan pistol.
"Emang kaki kamu kenapa Na?" tanya Arya karena khawatir dengan adik satu-satunya itu.
"Gue harus jawab apa ini?" batin Alana.
"Kenapa abang tadi nggak jemput Alana?"
"Nggak usah ngalihin pembicaraan deh Na. Sekarang kamu jawab kaki kamu kenapa?"
"Abang jawab dulu pertanyaan Alana tadi."
"Ok ok, abang tadi pas dapat sms dari kamu ternyata abang masih ada jam tambahan di kampus, makanya abang minta tolong sama Dani buat jemput kamu."
"Kenapa tadi abang nggak bilang?"
"Abang tadi buru-buru Na. Sekarang kamu bilang kaki kamu kenapa?"
Akhirnya Alana membuka selimut yang menutupi kakinya.
"Ini kenapa Na kok sampe biru gini?" tanya Arya lagi yang melihat kaki adiknya yang membiru.
"Abang mau aku jawab jujur apa bohong?" tanya Alana balik.
"Ya jujur lah Na, masa bohong."
"Tapi ada syaratnya dan abang nggak boleh nolak kalo mau aku jujur."Kemudian Alana menjulurkan tangannya meminta bersalaman dengan abangnya sebagai tanda persetujuan.
"Ok." ucap Arya di ikuti dengan bersalaman dengan Alana.
"Deal." ucap Alana dan Arya secara bersamaan.
"Ok, syaratnya apa dan kenapa kaki kamu bisa begini?"
"Syaratnya abang jangan bilang bunda penyebab kaki aku jadi begini."
"Ok."
"Jadi gini bang, di sekolah ada yang nggak suka sama aku, terus ketika aku pergi ke toilet sendiri tiba-tiba dia nyamperin aku dan bilang ke aku supaya ngejauhin cowok. Padahal aku nggak deket sama tu cowok, ya aku bantah apa yang dia bilang, terus dia marah karena gue ngejawab dan akhirnya dia nginjek kaki aku." jelas Alana panjang lebar pada Arya. Arya yang mendengar penjelasan Alana hanya ber'o' riya.
"Terus adek abang ini nggak ngebales?"
"Ya aku bales lah, aku injek kakinya juga."
"Emang kamu berani?"
"Berani lah."
"Emang tu cowok kek gimana sih sampe tu cewek giniin kamu?" tanya Arya yang penasaran dengan sesosok cowok tersebut.
"Abang kepo! udah sana aku mau mandi."
"Ye abangnya kan kepo, malah di suruh keluar. Tapi kamu udah minum obat kan?"
"Udah, cepet keluar bang aku mau mandi."
"Iya iya."
# # #
Grup Line Hamba Allah
Didit_HA: kau acuh kan aku, kau diam kan aku, kau tinggal kan akuuuu
Dino_123: lo ngapain Dit
Heri_321: itu kek lirik lagu
Yahya_HA: kasihan, Didit ditinggal :D
Didit_HA: gue nyanyi Din, eh Yahya gue nggak ditinggalin ye :p
VanoFP: pada ngapain ini
Didit_HA: lah ini ni yang tadi ditinggal
Dino_123: lah iya ya :-*
Yahya_HA: uuppss, keceplosan tu
VanoFP: njirr lu pada
Heri_321: Van cowok tadi siapa?
VanoFP: mana gue tau
Yahya_HA: pacarnya kalik
Dino_123: pacarnya kalik (2)
Didit_HA: tapi tu orang bener-bener nggak sopan, masa lagi ada orang usah e malah di srobot. Gue jadi lo Van NGGAK TERIMA.
Yahya_HA: yang di srobot Vano yang nggak terima elo,
Heri_321: emang kalo lo jadi Vano lo mau ngapain tu orang Dit?
Didit_HA: ye gue mah nggak mau jadi Vano.
Heri_321: njirr
Dino_123:njirr (2)
Yahya_HA: njirr (3)
VanoFP: siapa juga yang suruh lo jadi gue Dit.
Didit_HA: dedek merasa tersudutkan, bantu hambamu ini ya Allah.
VanoFP: emang lo lagi di pojokkan Dit?
Yahya_HA: awas Dit kalo di pojokkan
Didit_HA: mang napa Ya?
Yahya_HA: nggak kenapa-napa
Didit_HA: njirr (4)