Semalam Hagin menceritakan kejadian yang menimpa Yui pada Buya. Pada saat Buya mendengar cerita itu, dia cukup tertarik dengan Yui yang coba Hagin gambarkan. Buya tertarik dengan Yui, karena jarang sekali untuk dia mendengarkan Hagin membicarakan tentang seorang wanita, biasanya mereka hanya mengobrol hal-hal sepele dan jarang sekali menyinggung topik wanita.
"Bro... tampaknya rencana kita untuk membentuk sebuah kelompok dan masuk ke dalam peta kekuasaan SMA Hanju harus kita lakukan secepat mungkin. Aku tahu kau tertarik dengan gadis bernama Yui, Kan? Jika iya... kau harus memiliki sebuah kelompok yang nanti dapat kau manfaatkan untuk melawan kelompok Rixple." Buya mengatakannya dengan suara yang berapi-api, dirinya tahu jika Hagin pasti akan berseteru dengan kelompok Rixple. Cukup jarang untuk Hagin berbicara tentang seorang perempuan jadi dia yakin jika Hagin tertarik pada gadis bernama Yui itu.
Hagin terdiam, dia memikirkan ucapan Buya, setelah beberapa saat diam dan memikirkannya, Hagin pun memberitahu isi pikirannya. "Bro, aku yakin jika mereka pasti akan membalasku, namun membentuk sebuah kelompok hanya untuk menghadapi mereka... itu terlalu pengecut. Aku masih mampu melawan mereka sendirian."
Mendengar Hagin yang sangat percaya diri dengan kemampuannya, Buya hanya bisa tersenyum kecut, dia tidak bisa menyangkal pernyataan Hagin karena seperti itulah dia. "Aku tahu itu, Bro. Alangkah lebih baik jika kau memiliki kekuatan lain bukan? Dengan begitu kau akan lebih mudah untuk melawan mereka bahkan melindungi gadismu. Tentu saja, itu semua tergantung pada putusanmu, aku akan mendukungmu, Bro. Jadi... kau bisa tenang dan memikirkannya, tentu aku akan tetap menjadi tangan kananmu."
"Ya... akan aku pikirkan nanti, itu cukup menarik sebenarnya. Tentu saja... membuat sebuah kelompok tidaklah semudah memukul orang, jadi kita harus memikirkannya matang-matang. Bagaimana dengan kerjaanmu? Apakah Bos marah atau melakukan sesuatu?" tanya Hagin yang penasaran dengan reaksi Bosnya ketika melihat kesalahan yang dilakukan Buya.
"Hahaha... tidak ada yang spesial, dia tahu kok kalau kesalahan yang aku lakukan tidak menimbulkan banyak kerugian. Jadi... tidak ada, eh... bro, lihat orang itu," seru Buya sembari menunjukkan jarinya ke arah seorang laki-laki dengan perawakan cukup baik tengah kebingungan namun gerakan yang ia gunakan cukup mencurigakan untuk Buya.
Hagin mulai memperhatikan laki-laki yang ditunjuk Buya dengan teliti, dia terus mengawasinya sambil mengikuti pria itu, ia jalan dengan langkah kecil dan tidak tergesa-gesa. Ketika jarak mereka mulai dekat, Hagin merasakan ada sesuatu yang aneh dengan laki-laki tersebut sehingga dia memberikan kode pada Buya dengan mengedipkan matanya, lantas Buya berjalan pelan menuju sisi lain laki-laki tersebut, sedangkan Hagin mendekatinya.
"Hei... Bung, ada yang bisa kubantu? Kau terlihat kebingungan," seru Hagin sambil menepuk lembut pundak laki-laki yang mencurigakan itu, beberapa saat kemudian dia melihat laki-laki itu menatapnya dengan tatapan kasar.
Laki-laki itu hanya diam dan tidak merespons ucapan Hagin, dia sibuk dengan ponsel yang baru ia keluarkan dari saku celananya, setelah disibukkan dengan ponselnya dalam waktu singkat, laki-laki itu melihat Hagin dan berkata, "Maaf sebelumnya, sebenarnya aku baru datang ke tempat ini dan tengah mencari sebuah apartemen bernama Ichidori. Apakah kau tahu tempat itu?"
Mendengar suara yang tajam dan muda, Hagin pun membalasnya dengan datar, "Oh... aku tinggal di sana, aku akan memberikan nomor pemilik apartemen sehingga kau dapat menghubunginya dan menanyakan arah jalan ke tempat itu." Melihat jam di ponselnya, Hagin sedikit mengerutkan dahinya ,"Maaf aku tak bisa banyak membantu, aku harus pergi dulu."
Hagin dan Buya berlari dengan kencang meninggalkan laki-laki itu, mereka berdua menggunakan seluruh kekuatannya untuk meningkatkan kecepatannya, dengan waktu yang semakin mepet, mereka berdua berhasil tiba di SMA Hanju dan tidak terlambat.
Walaupun sekolah mereka tidak seketat sekolah lainnya, mereka berdua tidak ingin mengalami keterlambatan waktu kembali, apalagi merrka sudah mengetahui tentang disiplin waktu di tempat kerja.
Di dalam sekolah mereka terus melihat kekacauan yang tiada habis, setiap hari hanya ada pertarungan antar kelompok atau individu yang menjadi pemandangannya, sesekali para guru akan melerainya namun itu cukup jarang terjadi akhir-akhir ini setelah adanya bentrok antara dua kelompok besar sekolah yakni Kelompok Hiroma dan Karano.
Pertarungan antara dua kelompok semakin memanas akhir-akhir ini, kedua kelompok saling menyerang dimanapun mereka bertemu, bahkan di luar sekolah sendiri sering terdengar pertarungan antara dua kelompok tersebut, sehingga memunculkan berita-berita tentang keonaran siswa. Tidak ada yang tahu dengan jelas apa pemicu dari perseteruan dari dua kelompok ini, namun benturan ini menjadi sebuah riak yang mengacaukan ketenangan sebuah danau.
Yang pasti penguasa yang secara luas diakui di sekolah hanya diam melihat perseteruan dua kelompok ini, penguasa itu tidak lain ialah pemimpin dari tahun ketiga atau kelas tiga. Yang membuat perseteruan dua kelompok ini menjadi lebih menarik adalah adanya keterlibatan dari murid kelas satu yang mengikuti Freshman War.
Entah cara apa yang kedua pemimpin itu lakukan hingga murid kelas satu yang memiliki kemampuan baik tunduk padanya, informasi ini mengagetkan untuk Hagin dan Buya. Ketika mereka berdua mendengar informasi itu, Buya telah memprediksinya jauh-jauh hari, meski begitu dia tetap terkejut karena ini terlalu tiba-tiba. Dari informasi ini, Buya semakin mendorong Hagin untuk menciptakan sebuah kelompok dan segera menaklukkan kelas satu.
"Bro, tampaknya rencana itu harus segera direalisasikan sesegera mungkin, jika kita tunda terlalu lama lagi... kita tidak akan bisa bersaing di tempat ini bahkan untuk bertahan pun aku meragukannya. Kau ingat tatapan mata dari kedua pemimpin itu, Karano dan Hiruma?" tanya Buya sembari bergerak ke samping Hagin dan menyenggol tangan Hagin.
Hagin mengingat kembali tatapan mata yang merendahkan dirinya, dia agak kesal waktu itu dan kini dia diingatkan kembali dengan adegan itu. "Hei... kau pandai bercanda Bro, pasti aku kesal dengan mereka. Tapi kejadian yang terjadi saat ini sangat menghiburku, dua orang itu saling bertarung satu sama lain, pasti akan bagus bukan."
"Hahaha... rupanya kau masih ingat, ya... mungkin ini adalah kesempatan yang diberikan untuk kita supaya kita bisa membentuk sebuah kelompok. Jika kau setuju untuk membentuk kelompok itu, maka kita harus menaklukkan kelas 1-C, begitu kita menguasainya... kita akan segera bergerak ke kelas lainnya," ucap Buya dengan mata yang berapi-api, dia tidak sabar untuk segera melakukannya.
Buya memetakan setiap kelas yang perlu mereka ambil jika memang mereka hendak membentuk sebuah kelompok, sehingga pembentukan itu pun akan lebih mudah.