Tải xuống ứng dụng
90.47% BECAREFUL / Chapter 19: Siapa yang bertahan?

Chương 19: Siapa yang bertahan?

Dingin malam menyelimuti kesepian, waktu berjalan begitu cepat, tiupan angin membawa kedamaian dalam lamunan. Siapa yang bertahan?

Salah satu siswa baru terpilih sebagai siswa teladan, tapi hancur ketika dia menari balonku. Siapa dia? tentu saja teman kelasku Sandi. Aku fikir Sandi sedikit pintar dan punya wajah manis, bukan tentang diriku, tapi aku heran kenapa aku ingin melindunginya.

Aku terlalu kaku untuk mengatakan sesuatu bahwa dia juga sangat berbahaya, tapi disisi lain dia terkenal di kalangan kakak kelas OSIS.

Ini kisah lama, mungkin akan selalu ku ingat meskipun mencoba melupakan. Saat satu bulan pertama setelah sekolah disana. Kami melakukan karya wisata, di daerah tertentu. Aku dan teman teman sekelas pun berinisiatif membuat jaket khusus kelas, dengan alasan supaya terlihat kompak dan bisa membedakan kelas mana.

Pada saat pemberangkatan, aku dan teman temanku sudah bersiap siap. Namun sedikit teriakan dari Ratih temanku. "Ci, tunggu sebentar". Aku menengok ke arah belakang, "ayo" ucapku. Dalam kesempatan ini aku berusaha menetralisir kekhawatiran ku yang berlebihan terhadap Sandi, karena aku tau, sejak tadi Sandi terlihat seperti sakit. Sesekali aku melirik Sandi di bus, tibalah dimana kami ke tempat tujuan, untuk melihat museum dan tempat bersejarah lain nya.

Ketika aku keluar dari bus, tanganku di tarik Sandi.

"Hati hati, Lo harus bertahan sendiri, tidak ada yang bisa menolong selain Lo sendiri." ucap Sandi, kemudian pergi begitu saja mengikuti murid lain nya.

Aku terheran heran, bukan kah seharusnya dia yang harus lebih hati hati? karena dia terlihat seperti sakit demam.

Kegiatan pun berjalan dengan lancar, sampai tiba waktunya akan istirahat di kamar hotel, lalu kami berjalan ke luar ruangan aula dan pergi ke kamar masing masing untuk beristirahat. Sedikit banyaknya banyak dari kami merasa lelah dan kurang enak badan. Kamipun beristirahat dan tidur.

Keesokan harinya.

Kami pun pergi ke aula untuk sarapan pagi sebelum kami pulang. Suasana sangat tentram, seolah olah tidak ada kehidupan saat sarapan pagi, entah kenapa mata merka terlihat pucat semua, seprrti kelelahan berlebihan. Akhirnya kamipun pulang di sepanjang perjalanan aku melihat pemandangan yang indah sampai akhirnya aku dibangunkan oleh temanku Syifa

"Ci, bangun, semuanya sudah turun. Ini sudah di depan sekolah."

Aku dan Syifa pun turun, tiba tiba dompetku terjatuh di depan bus,

"Sebentar Syif" akupun membawa dompet ku, namun Syifa sudah tidak ada bersamaku.

Akupun berjalan menuju lapangan sekolah, untuk berkumpul dengan teman teman yang lain nya.

'Dimana Ratih' fikiranku heran, karena Ratih tidak bersamaku sejak aku tertidur pulas di bus. Aku membawa tasku ke arah teman teman kelasku, kemudian masuk ke ruang aula, untuk pengarahan selanjutnya sebelum kami pulang. Langkah kakiku terhenti saat sudah memasuki ruang aula.

Tiba tiba Chika berteriak, seperti meminta tolong "tolong- tolong" ucap Chika sambil tertawa. Chika melihat ke arah Novi, kemudian Novi pun berteriak histeris dan menangis kesakitan. "tolong maafin gua, maafin gua" lalu Novi tertawa terbahak-bahak. Semua orang ketakutan menyaksikan kejadian tersebut, lalu Novi melihat ke arah mata Ratih. Lalu Ratih berteriak kegirangan dan tertawa lepas, kemudian menangis. Terlihat beberapa dari teman kami mereka menangis, ada juga yang tertawa di pojok aula.

Suasana mulai gaduh, semua orang panik dengan kejadian ini, mereka (Chika, Novi, Ratih) semuanya tertawa dan menangis, sambil berteriak. Santi pun berlari mencari guru pembimbing dan wali kelas kami. Suasana sangat rusuh dan tidak kondusif, hampir semua teman kelasku mengalami gangguan kecemasan karena melihat Chika Novi dan Ratih.

Aku mencoba memberanikan diri mendekati Ratih sahabatku.

"Ra" ucapku sambil memanggil

Tiba - tiba mata Chika memelototi ku

"Kamu sangat cantik Citra, teman teman kalian setuju (bertanya kepada Ratih dan Novi)? Kami bahkan sering memperhatikanmu, aku berada di tas lemari, dan selalu melihatmu. Namun temanmu penasaran tentangku, dia mengambil kalung itu di lemari" sambil menunjuk Ratih.

"Dan anak ini juga, dia berteriak kegirangan, karena setan nya tidak muncul di hadapan nya, saat mereka bermain main, mereka sangat berisik saat menonton film ditengah malam. Jadi biarkan Kami disini Citra, menemani mereka, atau kamu sebagai gantinya"

Kaki ku lemas bergetar hebat, namun suara langkah kaki terdengar samar samar, kemudian berbicara sangat rendah tapi terdengar tegas "Kami akan menegurnya, kami meminta maaf membuat kalian tidak nyaman". ucap seseorang, ya katakanlah dia Sandi, dia berbicara seperti bukan Sandi biasanya. Tapi satu hal yang aku tau, Sandi pasti ingin membantu kami.

Chika terus menerus menangis, Ratih berteriak terkadang tertawa dan menangis, Novi dia juga terus menangis. Terlihat beberapa siswa di aula juga berbicara sendiri.

"Citra, kamu tidak apa apa?" ucap Pak Tono di belakang

Akupun hanya bisa mengangguk, tiba tiba Sandi pingsan, tepat jatuh di dipinggir sebelah kiri ku. Semua orang berteriak histeris, terutama Chika, Novi, dan Ratih, mereka di beri air minum doa dari salah satu guru kami. Sandi, di tolong oleh guru pembimbing lain, untuk di bawa ke ruang kesehatan terdekat. Aku hanya bisa terdiam, dan merenung, sejenak, tentang apa yang sebenarnya terjadi. Namun tiba tiba Syifa menepuk pundak ku. "Citra kamu gak apapa?" tanya Syifa khawatir

"Aku sedikit pusing" Akupun menutup mataku yang terasa berat, aku seperti berjalan ke sebuah lorong, dimana lorong itu sangat panjang dan gelap, namun aku mencoba mengendalikan kembali, dan membuka mataku. Aku bernafas lega, karena aku tidur di sebuah kursi panjang di ruangan aula. Badanku berat tidak bisa digerakkan, mataku kembali menutup seperti seharusnya.

"Ini akan segera dimulai" ucap seseorang yang terdengar tidak asing di telingaku

"Apa ini baik baik saja? Dia bahkan tidak tau bahwa dia kunci utamanya" ucap seorang laki laki.

Mataku menutup, karena sangat berat untuk membuka mata, tapi pendengaran ku masih tajam. Aku dapat mendengar percakapan seseorang di dekat ku.

"Mungkin saat ini Citra akan kebingungan, tapi cepat atau lambat, dia akan menyadari akan kondisi dirinya, Citra bertahanlah".

Setelah itu aku tidak mendengar apa apa lagi, rasa pusing yang berat membuatku semakin menutup mata. Akupun berjalan kembali ke lorong Hitam yang panjang, namun langkah kakiku terhenti saat menginjak sesuatu yang tajam, akupun berjongkok, dan meraba raba di sekitar kakiku.

'Apa kalung ini punya Ratih? sepertinya aku pernah melihatnya'

'Simpan kalungnya Citra, aku mohon bantu aku' aku menengok ke belakang ke arah suara bisikan itu, namun sesosok muncul tiba tiba dengan wajah menyeramkan, mata atas kepala, wajah hancur dipenuhi darah, rambut terurai panjang kebawah, kemudian dia menjatuhkan diri di depanku dan menarik kakiku sangat erat, hampir membuatku terjatuh. Mulutnya ada di belakang kepala menjulurkan lidahnya yang manjang hampir mengikat kakiku

Tanganku ditarik seseorang saat mengambil kalung itu, aku mencoba berteriak namun tak bisa, karena kakiku di tahan saat aku ingin berlari. Seseorang terus menarikku sepaya dijauhkan dari makhluk itu

"bertahanlah" ucap seseorang yang menarik tanganku. Aku sudah tidak kuat menahan rasa sakit di kaki ku, rasanya seperti sesak nafas.

"Ci, bangun, Ci, cepat bangun" ucap Syifa

Akupun terbangun dari tidurku.

"minum dulu" ucap Syifa sambil memberi minum kepadaku. Akupun meminum gelas putih yang diberi Syifa

"Apa ada yang sakit?" tanya Syifa sedikit khawatir. Akupun menggeleng kepalaku karena masih syok dengan mimpiku. Beberapa menit kemudia seseorang datang dari kejauhan.

"Citra, bapak boleh minta tolong" ucap Pak Tono. kemudian menatap Pak Tono yang sedang berbicara padaku.

"Baik pak, bagaimana?" ucapku

"Bapak minta tolong, boleh simpan kalung nya? di atas lemari kelas kamu".ucap Pak Tono penuh harap,

"Baik pak" ucapku sambil terheran heran karena mungkin dari tadi aku memegang kalungnya.

"Mari bapak antar bersama Syifa, kamu sudah membawa kalungnya?" ucap Pak Tono

"Apa tidak apa apa jika bapak minta pergi sekarang ke kelas kamu?" Tanya Pak Tono sedikit khawatir.

"Tidak apa apa pak" ucapku sambil melirik Syifa.

"Mari pergi, kami sudah tidak punya waktu lagi" Ucap pak Tono sambil memimpin jalan ke arah kelas kami. Langkah kami terhenti.

"Disini pak?" tanyaku kepada pak Tono

"Ya disana" ucap Pak Tono

Akupun meletakkan kalung berwarna perak itu di atas lemari kelasku, tanpa basa basi akupun kembali mendekatkan diri dengan Syifa.

"Terimakasih Citra, Syifa" ucap Pak Tono

"Sama sama Pak" ucapku dan Syifa.

Aku, Syifa dan Pak Tono ke lapangan.

"Bapak tinggal dulu ya nak" ucap Pak Tono.

"Baik pak" ucapku

Anak kelas lain pun berbisik, keras hingga terdengar jelas di telingaku.

"Aku bahkan tidak melihat apa apa"

"Katanya hanya bisa dilihat dibawa dan disimpan oleh orang tertentu" ucap seseorang yang tak aku kenal.

Tiba tiba Syifa menarik tanganku menjauhkan dari orang orang yang sedang bergosip, yang bahkan aku sendiri tidak tau apakah mereka sedang berbicara tentangku atau bukan.

"Ci, ayo pergi kita jenguk Ratih di UKS" ucap Syifa

"Ratih di UKS???" aku bertanya ulang.

"Ya, ayoo, dia pengen ketemu sama kamu"

Akupun berlari ke UKS sekolah, untuk menjenguk Ratih. Aku berjalan dan mengetuk pintu, kemudian membuka secara perlahan.

"Citra"

" Ratih" akupun langsung berlari memeluk Ratih,

"Gua gak apapa Ci, makasih banyak Ci." Ratihpun menangis memelukku.

"Yang penting kamu sehat Ra" akupun sedikit memberikan sugesti positif untuk Ratih dan menenangkan nya. Akhirnya aku berbincang- bincang sedikit dengan Ratih, lalu menjenguk Novi dan Chika.

"Kami meminta maaf sudah merepotkan lo Ci, Gua janji gak bakalan ngomong sembarangan lagi" ucap Novi.

"Gua juga sama Ci, gua kapok nonton horor sambil bicara sembarangan saat di hotel"

"Yang penting kalian sekarang sehat semua" ucapku menenangkan.

Disisi lain aku memperhatikan Syifa yang sedang menjenguk Sandi dan yang lain nya. Kemudian Syifa datang menarik tanganku, mengajakku untuk melihat Sandi

"Ayo pergi kesana" ucap Syifa datar.

"Kamu melihat Citra di mimpimu meletakkan kalungnya?" tanya Syifa terdengar jelas

"Ya" ucap Sandi sambil mengangguk.

"Apakah ada perbedaan?" tanya Syifa lagi

"Sedikit, jalan nya dihalangi karena gelap, dia terkunci di ruangan, tidak ada penerang, tapi dia bertahan, aku menunggunya di lorong, untuk memimpin jalan untuk mengembalikan kalungnya, sampai akhirnya Pak Tono menolong Citra" ucap Sandi

"Ada apa?" tanyaku bingung.

"Tidak apa-apa. Tapi aku mungkin akan menjelaskan suatu saat nanti, aku hanya memberitahu tentang sesuatu" ucap Syifa kemudian memegang tanganku

"Mimpimu terhubung, dengar portal tertentu. Sandi melihatmu dalam mimpinya. Jadi bertahanlah, ini merupakan awal cerita yang kamu pilih. Ci, kamu sama Sandi pasti akan saling membutuhkan, aku harap kalian bisa berteman" ucap Syifa melirik aku dan Sandi.

"Kamu tidak perlu takut, kami akan selalu disini sebisa mungkin menjagamu saat di sekolah"

"Syif, aku tidak mengerti, aku sangat lelah. Aku mau pulang". ucapku sambil ingin menangis.

Syifa hanya bisa mengangguk dan pasrah dan terlihat seperti orang yang merasa bersalah.

"Ayo aku antar?" tanya Syifa

"Tidak perlu Syif" akupun menjawab seolah terlihat baik baik saja.

Akupun melangkah kan kakiku namun tiba tiba tangaku di tarik Sandi

"Bertahanlah" ucapnya sedikit menenangkan

Perasaan itu muncul seolah de Javu

'Suara dan tangan itu terlihat tak asing bagiku, terlihat sama persis seperti di mimpi, mungkinkah dia? Sandi?' tanyaku dalam hati.

Akupun hanya bisa mengangguk

"Aku pulang"

Sandipun melepas tanganku

"Hati hati" ucap Sandi

"Ya" jawabku

"Hati hati Ci" ucap Syifa khawatir"

Akupun mengangguk ke arah Syifa sambil tersenyum.

Akupun berjalan keluar UKS, sambil membawa tas dan perlengkapan ku yang lain. Aku masih bertanya-tanya, tentang apa yang sebenarnya terjadi di sekolah ini? Mengapa aku harus terlibat di sekolah ini

"Citra?" seseorang tiba muncul di hadapanku

"Kakak Dito. Kakak antar ya, sampai seseorang menjemput kamu pulang. Tidak ada penolakan"

Akupun mengangguk pasrah, karena kak Dito terlihat semangat kemudian membawa barang barangku ke depan pintu gerbang sekolah. Ini pertama kali bagiku melihat kak Dito memakai baju bebas ke sekolah. Terlihat seperti dia akan menjemput seseorang, tentu saja bukan aku, karena ini seperti kebetulan, tapi kebetulan yang direncanakan. Aku mencoba berfikir positif terhadap ka Dito yang mencoba menolong ku untuk membawa semua barangku. Lima menit aku menunggu jemputan, tiba tiba seseorang berteriak

"Neng ayo pulang" ucapnya

"Kak Dito, makasih banyak. Maaf merepotkan, saya pulang duluan" ucapku sambil membungkuk sedikit

"Hati hati" ucap Ka Dito sambil tersenyum.

To be continue


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C19
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập