Tải xuống ứng dụng
57.14% BECAREFUL / Chapter 12: Something wrong

Chương 12: Something wrong

Jika aku bersembunyi di keramaian, adakah yang menyapaku dalam diam?

Kutuliskan semua ucapan, doa serta harapan dalam kehidupan, tuk menjadikan tameng untuk berjalan.

Daun begitu indah berguguran memberikan peluang bagi setiap kawan. Cinta kasih sayang dan kebahagiaan perlu diciptakan dalam kehidupan.

Awan dilangit menyapa hari hariku dengan ramah dan tenang, aku terdiam merenungkan sebuah pengalaman yang mungkin terlupakan.

"San, tumben Lo diem?"

"Gak apapa Dik. Mungkin efek main game semalaman."

Terdengar jelas percakapan Sandi dan Diki dari belakang, aku mencoba melirik Sandi dan melihat keadaannya.

'Dia terlihat pucat. Semoga baik baik saja' gumamku dalam hati.

"Selamat pagi anak anak"

"Selamat pagi pak"

""Ada yang tidak masuk sekolah hari ini?"

"Hadir semua pak"

"Baiklah, buka buku paket kalian halaman 148 bab 5 . Hari ini kita akan belajar tentang asam basa dan garam. Apa pengertian nya, bagaimana sifat -sifatnya, lalu kita akan mengidentifikasi asam basa dan garam. Terakhir kita akan membahas Penentuan Skala Keasaman dan Kebasaan. Perhatikan baik baik".

Suasana belajar dikelaspun begitu sunyi, hanya terdengar Pak Guru yang sedang menjelaskan mata pelajaran Fisika.

Bel istirahat pun berbunyi.

"Anak anak silahkan boleh istirahat"

"Terimakasih pak"

Akupun berjalan menuju meja Sandi.

"San, kamu gak apapa?"

"Aku gak apapa Ci"

"Kamu mau aku beliin apa buat makan"

"Samain aja sama kamu"

"Oke, kamu gak mau ke UKS?"

"Gak apapa aku dikelas aja"

"Lo ke UKS aja San, lumayan istirahat tidur disana" tambah Diki.

"Gua mau disini, males ke UKS"

"Lo masuk angin San?" tanya Ratih

"Mungkin"

"Lo sih, maen game keterlaluan" ucap Ana.

"Ngomong ngomong kemaren gue lihat Lo ke sekolah lagi, ada yang ketinggalan?" ucap Novi menginterogasi.

"Dia ke sekolah lagi buat ngambil stik game yang ketinggalan di ruang Pramuka. Kemarin ngajak gue sih, cuma gue gak bisa soalnya udah nyampe rumah" tambah Diki.

"Kamu sendirian? jam berapa?" ucapku sedikit khawatir

"Iya , sendiri. Jam 5 lebih" ucap Sandi.

"Kenapa gak dibawa besoknya lagi?" ucapku sedikit emosi.

"Yah, lu Ci kaya yang gak tau aja gimana kalau dia gak main game sehari aja. Dia pasti gak bakalan diem. Buktinya dia nekad balik lagi ke sekolah" ucap Diki.

"Yaudah . Kamu tunggu disini dulu. Aku beli makan dulu."

"Makasih Ci"

Aku pun mencoba melangkah pergi , namun terhenti.

"Jangan marah" ucap Sandi memelas sambil memegang tanganku.

Dengan sedikit tak enak hati aku melepaskan tangan Sandi, karena seperti ada seseorang yang memperhatikan interaksi kami berdua.

"Iya," Akupun paham dengan ucapan Sandi.

"Ayo pergi Ci " ucap Ratih. Aku , Ratih dan teman temanku pergi ke kantin. Aku melewati meja Syifa, namun tidak seperti biasanya Sifa menatapku seperti tak suka, Akupun mencoba tersenyum dan berfikir positif.

"Ci, mungkin dia minta perhatian lebih" ucap Ana sambil merangkul bahuku dan membawaku pergi ke kantin

"Apaansih" jawabku sambil tersenyum.

Kami pun makan dikelas bareng bareng. Setelah selesai makan, tak lama bel masuk pun berbunyi.

"Ra, hari ini boleh gak gue sebangku sama Citra?" ucap Sandi.

"Lo mau tukeran San?" tanya Ratih menegaskan.

"Ya" jawab Sandi.

"Boleh" ucap Ratih

"Kamu gak apapa Ra?" tanyaku hati hati

"Gak apapa nyantai aja Ci" ucap Ratih

"Makasih banyak" ucap Sandi

"Sama sama". ucap Ratih sambil tersenyum kearahku.

Aku dan Sandi pun duduk bersama.

Bu Guru pun datang secara tiba-tiba. Kami melanjutkan mata pelajaran selanjutnya.

"Anak anak, apakah ada yang tidak hadir?"

"Hadir semua Bu"

"Baiklah, sebelum kita mempelajari materi selanjutnya. Keluarkan kertas selembar, ibu akan mengadakan Pre test untuk pertemuan kali ini"

"Baik Bu"

Akupun merobek kertas yang ada di salah satu buku catatan ku. Namun tiba tiba pulpenku terjatuh, tak lama tangan Sandi mau membantuku mengambilkan pulpen yang jatuh.

"Biarin, aku bawa sendiri. gak apapa". ucapku reflek tak membiarkan Sandi membantuku mengambilkan pulpen yang jatuh. Sandi pun mengangguk paham.

Aku mencoba mencari Pulpen yang jatuh sambil duduk di kursi, namun tak bisa ku gapai dan belum ketemu. Lalu Akupun keluar dari kursi lalu berjongkok mencari Pulpen yang hilang.

"Nih" satu uluran tangan memberiku pulpen.

"Terimakasih San.." ucapku sambil mencoba berdiri lalu duduk di kursiku.

"Terimakasih apa? Sudah ketemu pulpen nya?" ucap Sandi.

"Hah?"

"Sudah ketemu pulpen nya?". ucap Sandi mengulang pertanyaan nya.

"Su su sudah" ucapku hati hati sambil menilik wajah Sandi, mencoba mencari kebohongan di wajahnya. Namun nihil, sepertinya Sandi tidak sedang bercanda.

"Kamu dari tadi nulis?" ucapku sambil memperhatikan wajah Sandi.

"Ya, aku nulis identitas dari tadi. Kenapa?"

"Gak apapa" ucapku terbata bata sambil mengeluarkan keringat dingin.

Kaki ku bergetar hebat, kenapa rasanya ada yang aneh dengan Sandi hari ini?

"Apa kamu sakit Ci?" tanya Sandi sambil mencoba meraba dahiku.

"Aku gak apapa" Dengan reflek aku menepis dan menyingkir kan tangan Sandi yang mengarah ke wajahku. Karena secara tiba tiba aku melihat tangan Sandi berubah menjadi hitam dan berkeriput.

"Aku gak apapa. Beneran"

"Maaf" satu kata maaf terucap dari mulut Sandi. Suasana kamipun menjadi canggung, satu sisi aku benar benar ketakutan terhadap apa yang ku lihat selama ini, disisi lain, aku tak bisa menjelaskan kepada Sandi. Tanganku benar benar bergetar hanya untuk menulis identitas diri.

"Anak anak sesudah kalian menulis identitas kalian. Perhatikan pertanyaan berikut ini".

"Baik Bu"

Aku mencoba fokus terhadap pre test hari ini, dan mencoba melawan rasa takutku. Pre test berakhir dengan lancar, kami pun belajar materi selanjutnya.

Bel istirahat kedua pun berbunyi, menandakan istirahat kedua.

"San, mau beliin makan atau minum?" tawarku dengan hati hati.

"Enggak"

"Aku istirahat ke kantin dulu ya". Ucapku sedikit tak enak. Akupun pergi begitu saja, karena Sandi tak menjawabku.

Di kantin

"Ci, Lo gak apapa?" ucap Ratih

"Gak apapa."

"Kalau Lo mau cerita cerita aja" ucap Novi.

"Beneran aku gak apapa" ucapku sedikit meninggikan nada bicaraku kepada teman temanku.

"Yaudah ayo pesen makan, Lo makan apa?" tambah Santi mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Aku mau bakso" sahut Ana.

"Aku samain aja". ucapku.

"Sama gue juga samain" tambah Ratih.

"Lo, nov?" ucap Santi

"Sama juga".

"Oke, ayo kita pesen bakso dan duduk disana?" ucap Ana.

Suasana makan pun hening, aku mencoba mengabaikan apa yang terjadi hari ini. Namun aku juga tak bisa melewatkan nya begitu saja. Setelah memakan bakso, aku membeli roti dan susu buat Sandi.

"Kalian duluan aja, aku mau beli roti sama susu dulu".

"Oke" ucap Ratih diikuti Ana Santi dan Novi. Mereka pergi ke kelas duluan.

"Tak tak tak" Akupun berjalan menuju kelas. Dan sampailah di mejaku.

"San, makan dulu". ucapku sambil memberikan roti dan susu kepada Sandi.

"San, mau kemana?" ucapku. Dia pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaan ku.

Akupun mencoba memahami keadaannya.

"Byurrrt tak... " suara gelas cup tumpah dan jatuh di lantai.

"Awwwwhhhh... Lo apa apaansih Syif. Ini panas" Ucap Sandi membentak Syifa.

"Maafin gue" ujar Syifa meminta maaf sambil memohon mearasa tak enak. Lalu membersihkan gelas cup yang tumpah.

"Lo bisa gak, gak ngeganggu gue disaat kaya gini?" ujar Sandi.

"San, udah dong, Syifa udah minta maaf. Lagian Syifa gak sengaja numpahin kopi panas ke badan kamu" ucap Diki.

"Lo ngebelain dia?" ucap Sandi sambil menantang Diki.

"San udah udah" ucapku sambil mencoba membawa pergi Sandi.

"Syif, maafin Sandi ya. Dik, aku minta kamu tolong bantuin Syifa dulu."

Diki pun mengangguk mengiyakan.

Suasana dikelas pun tegang..

"San, ayo ikut aku". Akupun mengambil jaket hitamku di kursi lalu membawa Sandi pergi.

"Mau kemana?" ucap Sandi.

"Ayo bersihin dulu baju kamu di toilet. Aku tunggu disini. Oh ya nih" Akupun memberi kan jaket hitamku untuk dipakai Sandi.

Sandipun pergi ke toilet lalu membersihkan baju bekas tumpahan kopi panas.

Depan toilet pria

"Udah selesai?" Akupun mencoba menahan senyum

"Udah"

"Mana baju basah kamu. Aku jemur disini ya kali aja pas nanti kita pulang udah kering"

"hmh" Sandipun menunduk mengiyakan

"Kalau mau ketawa ketawa aja" ucap Sandi membuka suara.

"Hahaha... ha.. ha.." Akupun tertawa melihat jaket hitamku yang bermotif bunga bunga dipakai Sandi.

"Ayo pergi ke kelas. Gak usah ngetawain" ucap Sandi sedikit ketus, sambil meninggalkan ku.

"Iya iya" Akupun menyusul Sandi dengan berjalan cepat untuk menyamakan langkah kakinya.

Dikelas..

"San, Lu cocok banget pake jaket itu" ucap Diki mengejek.

Semua anak kelas pun mencoba menahan tawa ketika melihat Sandi masuk kelas mengenakan jaket hitamku itu.

"Apaansih" ucap Sandi sambil ingin menonjok wajah Diki.

"Ampun" ucap Sandi sambil memohon dan bercanda.

Suasana dikelas pun mencair kembali. Semua orang tertawa melihat wajah Sandi memerah karena ejekan Diki. Namun tiba tiba Syifa membawaku keluar kelas.

"Ci, maafin gue"

"Kenapa" ucapku terheran heran.

"Pokok nya maafin gue. Tapi gue gak nyesel numpahin kopi panas ke badan Sandi"

Akupun ingin marah setelah mendengar ucapan Syifa.

"Aku gak nyesel, karena nenek tua yang ada di pundak Sandi udah aku usir. Jadi badan dia sekarang gak berat lagi. Maafin gue karena gak ngomong dulu sama Lo. karena Lo terus terusan di dekat Sandi. Jadi gue gak bisa nyingkirin nenek tua itu".

"Demi apa? penglihatan ku tentang nenek tua itu benar? ucapku sambil terkaget kaget.

"Ya, dia benar benar ada. Nenek tersebut akan menggangu kamu ketika kamu lengah atau tidak stabil. Dia mengikutimu ketika portal gerbang itu terbuka saat membantu Sandi. Mungkin kemarin adalah kesempatan dia mendekati kamu dengan cara dia menempel dipundak Sandi seharian penuh. Kamu jelas mengetahuinya, Sandi ke sekolah lebih dari jam 5 sore kemarin" jelas Syifa.

"Kamu gak usah takut. Lawan rasa takutmu. Kekuatan diri sendiri lah yang pada akhirnya akan menjaga diri kamu sendiri". ucap Syifa menegaskan kembali.

"Aku mengerti" Akupun memeluk Syifa sambil meneteskan air mata.

"Semua akan baik baik saja" ucap Syifa sambil menepuk pundak ku.

Tak terasa bel masuk pun berbunyi, kami melanjutkan pelajaran selanjutnya.

"Sandi, dimana seragam kamu?" ucap Bu Tini.

"Basah Bu, sekarang lagi dijemur dilapang" jelas Sandi.

"Ada ada aja" ucap Bu Tini.

Semua anak kelas pun hening, mencoba menahan tawa.

"Baik anak anak, pelajaran hari ini kita akan membahas Perbandingan dan aritmatika sosial. Silahkan perhatikan dulu ke depan"

Kamipun belajar matematika dengan penuh semangat. Tak terasa bel pulang pun berbunyi begitu saja.

Semua anak anak berhamburan meninggalkan kelas.

"Ci, San kita pulang duluan" ucap Ratih diikuti Novi, Diki, Santi dan Ana.

"Iya" ucapku dan Sandi berbarengan.

"San, Ci gue juga duluan" ucap Syifa

Akupun mengangguk tersenyum sambil mengiyakan

"Iya" ucap Sandi.

"Hati hati" tambahku. Syifa pun pergi keluar kelas.

Akupun membereskan semua buku buku dimeja, begitupun dengan Sandi.

"Tunggu sebentar aku keluar dulu."

"Ya"

Tak lama kemudian aku masuk ke kelas kembali

"Cepat ganti bajunya, aku tunggu di depan kelas ya" ucapku sambil memberikan Baju seragam Sandi yang tadi dijemur dilapang.

"Makasih" ucap Sandi sambil menganggukkan. Akupun pergi, dan menunggu Sandi di depan kelas.

"Ayo pulang" ucap Sandi sambil tersenyum.

"Ayo" ucapku sambil melihat Sandi dan membalas senyuman nya.

To be continue


Load failed, please RETRY

Tình trạng nguồn điện hàng tuần

Rank -- Xếp hạng Quyền lực
Stone -- Đá Quyền lực

Đặt mua hàng loạt

Mục lục

Cài đặt hiển thị

Nền

Phông

Kích thước

Việc quản lý bình luận chương

Viết đánh giá Trạng thái đọc: C12
Không đăng được. Vui lòng thử lại
  • Chất lượng bài viết
  • Tính ổn định của các bản cập nhật
  • Phát triển câu chuyện
  • Thiết kế nhân vật
  • Bối cảnh thế giới

Tổng điểm 0.0

Đánh giá được đăng thành công! Đọc thêm đánh giá
Bình chọn với Đá sức mạnh
Rank NO.-- Bảng xếp hạng PS
Stone -- Power Stone
Báo cáo nội dung không phù hợp
lỗi Mẹo

Báo cáo hành động bất lương

Chú thích đoạn văn

Đăng nhập